Assalamu'alaikum
Alo bestie!
Terimakasih buat kalian yang udah baca cerita ini.
Jangan lupa vote dan komen setiap paragrafnya biar aku semangat nulisnya.Semoga kalian suka.
—Happy reading—
Singkatnya begini,
Jika sesuatu yang baik untukmu, Allah pasti akan mendekatkannya, tetapi jika itu tidak baik untukmu, maka Allah akan menjauhkannya darimu.
—Author—Setelah sampai di pesantren, Ning Hawa langsung menuju ke kamarnya untuk menenangkan diri. Sementara Kang Rafa berada di dapur, bersama Kang Aji tentunya. Merasa bosan di dalam kamar terus, Ning Hawa kemudian memutuskan untuk sekedar jalan-jalan mencari udara segar. Kali ini tempat yang akan dituju olehnya adalah dapur ndalem, Ning Hawa baru ingat kalo ia tadi membeli seblak, tapi belum sempat dimakan olehnya, karena itu ia memutuskan untuk ke dapur ndalem. Sesampainya di dapur ndalem, Ning Hawa melihat ada dua lelaki duduk di lantai dekat meja makan sementara tak jauh dari sana ada beberapa Mbak Abdi ndalem yang berada di perapian dapur ndalem. Benar Mbak-mbak itu sedang memasak untuk santri-santri di pesantren ini, sesekali Mbak-mbak abdi ndalem itu mengucap guyonan dan yang lainnya menertawakan guyonan tersebut. Mbak abdi ndalem yang melihat kedatangan Ning Hawa pun langsung diam seketika.
"Bahas apa sih, Mbak? Kayaknya seru banget!" Suara Mbak Lifia dan Mbak Isti terdengar sangat nyaring, ntah mereka semua sedang membahas apa.
"Eh, itu Ning—" ucap Mbak Lifia gugup.
"Kalo bercanda jangan keterlaluan ya, Mbak!" peringat Ning Hawa pada mereka. "Ya udah, saya mau ke meja makan dulu. Assalamu'alaikum," pamitnya. Setelah sampai di meja makan, kemudian Ning Hawa mencari seblaknya, tapi kok nggak ada. Merasa kebingungan lantaran ia tak menemukan makannya, kemudian Ning Hawa memutuskan untuk menanyakannya pada Kang Rafa.
"Lagi cari seblaknya ya, Ning?" tiba-tiba Kang Rafa menanyakan hal itu kepada Ning Hawa, karena sejak dari tadi Kang Rafa melihat jika Ning nya itu sedang kesulitan mencari sesuatu.
Ning Hawa yang belum menanyakan apa-apa pada Kang Rafa, pun dibuat melongo oleh pertanyaannya. "Kok bisa tahu, ya." pikir Ning Hawa. "Apa-apa sih, Wa. Jelas-jelas dia tahu lah, kan seblak itu belum kamu makan." gerutunya dalam hati. "Eh iya, Kang." ucap Ning Hawa tersadar dari pikirannya yang kemana-mana.
"Seblaknya saya taruh di dekat kompor sebelah kanan, Ning." ucap Kang Rafa memberi tahunya. Ntahlah, semenjak kejadian tadi siang membuat fokus Ning Hawa kacau, sampai-sampai seblak yang ia cari tak kunjung ketemu, padahal seblak yang ia cari ada di dekat kompor, Ning Hawa meratapi ketidak-telitiannya, padahal dari tadi ia sudah mengitari seluruh area dapur termasuk area dekat kompor.
"Nggih Kang, matur nuwun ya." ucap Ning Hawa, ia kemudian segera mengambil seblak beserta alat makan. "Kang Aji, Kang Rafa, mau seblaknya gak?" tanya Ning Hawa pada kedua lelaki tersebut.
"Sampun tadi, Ning. Tadi saya sudah makan bareng, Kang Rafa." tolak Kang Aji.
"Nggih, Ning." ucap Kang Rafa membenarkan ucapan Kang Aji. Mereka berdua memang sudah memakan seblak pemberian Ning Hawa, dan menyisakan satu untuknya. Kang Rafa pikir tadi Ning nya ini tak akan memakan seblaknya, karena kejadian tadi. Sebab itu Kang Rafa memakan seblaknya duluan bersama Kang Aji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Tunggu Qolbitu mu, Gus!
Não FicçãoWajib follow sebelum membaca cerita ini! Save cerita ini ke perpustakaan kamu!💙 Rafandra Iskandar Taqi' adalah putra KH. Malik Iskandar dan Umi Zulaikha, beliau adalah Kyai terkenal dari Yogyakarta. Kang Rafa adalah salah satu santri ndalem keperca...