7| Dasar abang tengil!

178 23 4
                                    

Assalamu'alaikum

Alo bestie!

Terimakasih buat kalian yang udah baca cerita ini.
Jangan lupa vote dan komen setiap paragrafnya biar aku semangat nulisnya.

Semoga kalian suka.

—Happy reading—

Semakin berilmu dia, semakin sedikit bicara. Apalagi jika pembicaraan yang tidak ada nilai manfaatnya.
Khalifah Siti Hawa Al-abshor—

Pagi yang cerah disertai dengan cuitan burung yang hinggap di dahan pohon menambahkan keindahan suasana pada pagi hari ini.

"Dek, mau berangkat ke Yogyakarta kapan?" tanya Gus Yusuf.

"Nanti sore, Bang." jawab Ning Hawa.

"Jangan lupa bawain oleh-oleh ya," minta Gus Yusuf.

"Mau oleh-oleh apa, Bang?" tanya Ning Hawa.

"Bakpia pathok aja, Dek." ucap Gus Yusuf sambil mengedipkan matanya, "Mau berapa hari disana, Dek?" tanyanya.

"Kemungkinan 3 harian Bang, nanti kalau aku udah di Jogja jangan kangen sama adekmu yang cantik nan imut ini ya." ucap Ning Hawa sambil terkekeh geli.

"Tenang aja Dek, nanti kalau Abang kangen tinggal baca Al-fatihah, pakai khususon ila rukhi—" ucap Gus Yusuf mulai jahil. Ning Hawa yang mendengar itu pun seketika langsung melemparkan bantal sofa ke arah Gus Yusuf.

Bugg.

"Dasar Abang tengil, bisa dituker sama Abang yang lain nggak sih!!" ucap Ning Hawa kesel dengan tingkah kakaknya itu.

"Abang! Adek! Udah jangan pada berantem ya!" ucap Umi Cahya.

"Abang duluan, Mi." ucap Ning Hawa mengadu kepada Uminya.

"Bang, jangan ganggu adekmu." minta Umi Cahya sambil melirik pada Gus Yusuf.

"Eh, nggih Mi." jawab Gus Yusuf menganggukkan kepalanya.

Gus Yusuf tanpa disangka-sangka ia mendekati Ning Hawa, lalu ia memeluk erat adek kesayangannya tersebut. "Maaf ya Dek, pasti bercandaan Abang suatu hari nanti bakal kamu kangenin, masa-masa kayak gini nda mungkin terulang lagi. Suatu saat aku bakal sungkan sama suamimu nanti kalau kamu udah nikah, dan otomatis tugas aku buat jagain kamu pindah ke suamimu nantinya." ucap Gus Yusuf sambil meneteskan air mata.

"Abang, maafin aku juga ya. Kadang aku juga sering jahil ke Abang. Maaf kalo aku manja banget ke Abang, nanti kalo kamu udah nikah aku juga bakal sungkan sama istrinya Abang. Tapi Abang harus janji ya, bakal terus jagain dan menyayangi aku sampai kapanpun?" ucap Ning Hawa, ia juga ikut menangis dalam pelukan Abangnya.

"Janji, Dek. Kalo Abang udah nikah, kamu masih tetap jadi adek kesayangannya Abang. Nggak bakal ada yang berubah diantara kita." ucap Gus Yusuf.

"Jazakallah khairan, Bang. Abang adalah kakak sekaligus ayah buat aku, kalau adek salah jangan bosan-bosan nasehatin dan tegur aku ya." ucap Ning Hawa sambil sesenggukan.

* * *

15.25

Gus Husain, Ning Zira, Ning Hawa dan Gus Abid, akhirnya berangkat ke Yogyakarta. Gus Husain mengantarkan Ning Hawa untuk mengisi tauziah di Pondok Pesantren Darul Qur'an Al-Ikhlas, Yogyakarta. Sekalian mereka berempat mau berlibur ke pantai sepanjang.

Ku Tunggu Qolbitu mu, Gus!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang