"mah, gimana? diangkat ga sama rafan?"
"engga pah, udah 3 kali mama telpon rafandra tapi ga ada responnya"
Laki-laki dan wanita setengah baya itu berada di dalam mobil mereka, dan mereka terlihat seperti orang yang gelisah. Ya, gelisah. Karena mereka mencoba menghubungi anak mereka tetapi tidak ada respon dari anaknya.
Ya, mereka adalah orang tua Rafandra. Kedua orang tua Rafandra sama-sama bekerja dan memiliki profesinya masing-masing. First, mamanya adalah pemilik restoran di kawasan Jakarta Selatan yang bernama "Henshin Restaurant" sedangkan ayahnya bekerja di pemilik perusahaan besar di daerah Jakarta Selatan.
"coba biar papa yang telpon dia, anak ini kebiasaan ya" ucap laki-laki setengah baya itu sambil memasukkan tangannya ke dalam saku jas nya dan mengambil ponselnya. Dia segera membuka layar kunci ponselnya dan mencari logo telepon di ponselnya, lalu menekannya untuk menghubungi anaknya itu.
"iya coba, siapa tau kalo sama kamu langsung diangkat"
"sebentar ya, biar papa coba hubungi rafan dulu"
Alvan, ya nama papanya Rafandra. Menekan beberapa tombol nomor di ponselnya. Beberapa kali ia berusaha menghubungi Rafandra anak satu-satunya itu.
Setelah mencoba berulangkali, akhirnya Rafandra menjawab panggilan dari papanya itu.
"halo, Rafan.." seru laki-laki setengah baya itu
"hem.. hoaaa" terdengar suara Rafandra seperti orang yang baru bangun tidur. "em, kenapa pah?" Rafandra mengucek-ngucek matanya. "Rafan, dimana kamu?" tanya laki-laki setengah baya itu dengan nada tinggi.
Rafan menjawab pertanyaan papahnya itu sambil mengacak-acak rambutnya itu "Rafan di hotel pah". Papahnya yang mendengar jawaban dari anaknya itu langsung menyuruh anaknya bersiap-siap.
"duh.. emang mau ngapain sih pah? hari sabtu gini" Rafandra kembali membaringkan tubuhnya di kasur dan menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya. "cepet bangun, siap-siap sana, cepet susul papa sama mama"
"emang papa sama mama kemana?"
"papah share lokasinya ke kamu"
"iya deh"
Rafandra mengakhiri panggilan telepon dengan papahnya dan beberapa detik kemudian papahnya mengirim lokasi yang harus Rafandra datangi.
"lumayan jauh juga nih kalo dari hotel ini, males banget gue" Rafandra mengusap-usap muka bantalnya. Ia turun dari ranjangnya dan melangkah menuju kamar mandi.
Setelah 7 menit berlalu, akhirnya Rafandra keluar dari kamar mandi. Wajahnya sudah terlihat fresh dan tidak terlihat muka-muka bantalnya lagi. "lagian bokap gue aneh-aneh aja, weekend gini malah disuruh buat pergi kesana lah kesini lah"
Ketika jam dinding menunjukkan pukul 9 pagi, Rafandra sudah siap dengan outfitnya. Ia memakai baju kaos putih dan memakai jaket bomber. Tak lupa juga dengan alas kakinya, ia memakai sepatu converse berwarna hitam putih.
Rafandra keluar dari kamar hotelnya dan segera masuk ke dalam lift hotel untuk turun ke halaman parkiran hotel. Rafandra menyalahkan mesin mobilnya dan segera menjalankan mobilnya untuk pergi ke tempat yang ingin ia tuju.
Rafandra sesekali memperhatikan lokasi yang di-share oleh papahnya. "gue belum pernah dateng ke lokasi ini deh, tempatnya siapa ya?" Rafandra menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu karena bingung dan penasaran dengan lokasi yang di-share oleh papahnya.
♡♡♡♡♡
"hahahaha.." suara tawa terdengar di dalam rumah dengan cat berwarna putih abu-abu. "silahkan diminum teh sama kopinya" ucap wanita setengah baya yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Ya, wanita yang menyuguhkan kopi dan teh hangat itu adalah mamanya Kirania.
Di ruang tamu rumah Kirania terdapat 4 orang yang tengah berbincang hangat. Mamahnya Kirania, omahnya dan tentu saja kedua orang tua Rafandra. Ya. Elvina dan Alvan, mama dan papanya Rafandra.
Papahnya Rafandra menyenggol lengan istrinya dengan pelan "Rafan kemana sih?Ko lama banget" tanya laki-laki setengah baya itu yang sudah mulai geram karena anaknya tak kunjung datang. "sabar pah, mungkin macet kali" jawab istrinya yang berusaha menenangkan suaminya itu.
Sementara itu, Rafandra sudah sampai di lokasi yang di-share oleh papahnya. "ini bener gangnya, rumahnya dimana? ah, gue telpon papah gue dulu lah". Rafandra menekan tombol nomor di ponselnya dan menghubungi papahnya.
Papahnya memberi tau kepada anaknya itu untuk masuk ke dalam gang, menyuruh Rafandra untuk memarkirkan mobilnya di halaman parkir sekitar daerah situ. Ia menyuruh Rafandra untuk berjalan menuju rumah yang diberi tau papahnya.
"iya iya, Rafan turun"
"cepet ya"
Rafandra menutup panggilan teleponnya dan segera turun dari mobilnya. "males banget gue buat jalan". Rafandra berjalan sambil menggurutu.
Tak lama kemudian, Rafandra melihat sosok laki-laki setengah baya di depan salah sau rumah. Yang tak lain adalah papahnya.
"lama banget kamu"
"maaf pah, kan macet di jalan"
"bilang aja kamu males"
Rafandra bergumam "iya itu poin utamanya". Papahnya mengajak Rafandra masuk ke dalam rumah Kirania. "permisi, selamat pagi" salam Rafandra kepada si pemilik rumah sambil mengetuk pintu rumahnya.
Si pemilik rumah menyambut kedatangan Rafandra dengan hangat. "iya selama pagi juga, sini masuk". Rafandra membalas dengan senyuman. Rafandra dan papahnya duduk bersebelahan.
"mau minum apa, Rafan?" tanya si pemilik rumah yang dikunjungi oleh Rafandra yang tak lain adalah mamanya Kirania.
"air putih biasa aja, tante"
"sebentar ya, tante ambilin dulu"
Wanita setengah baya yang memakai baju berwarna biru itu berjalan memasuki dapur dan mengambilkan segelas air putih lalu meletakkannya di atas meja tamu.
"ini ya, Rafan"
"wah, makasih banyak tante"
💍💍💍💍💍💍💍💍
- MATCHMAKING -
💍💍💍💍💍💍💍💍
©rilanocalm
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking [jenrina]
Teen FictionKirania yang merupakan anak tunggal di keluarganya dijodohkan oleh seorang laki-laki yang juga anak tunggal dikeluarganya. Mereka dijodohkan karena keluarga Kirania yang ternyata pernah berutang kepada keluarga si laki-laki. Mereka yang belum mengen...