chapter twelve

233 19 0
                                    

Jovita hanya bisa menatap bingung sahabatnya itu karena daritadi Kirania terlihat lahap sekali makan nasi goreng buatan mama Jovita, "lo laper atau laper?" tanya Jovita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jovita hanya bisa menatap bingung sahabatnya itu karena daritadi Kirania terlihat lahap sekali makan nasi goreng buatan mama Jovita, "lo laper atau laper?" tanya Jovita.

"lado." jawab Kirania. Lado? apa itu lado? kosakata baru dalam KBBI kah? atau kosakata baru dalam KBAK —kamus besar ala kirania— Jovita mengerjapkan matanya dengan cepat, "LADO APAAN ANJIR?" tanyanya.

"laper doyan."

"terserah lo deh."

"eh, terus gimana? apa yang mau lo ceritain? lo pasti ada problem kan sama Rafan?" Jovita penasaran —ada apa dengan sahabatnya— sampai-sampai ia menanyakan banyak pertanyaan.

Sedangkan yang ditanya masih menikmati nasi goreng buatan mama Jovita, "hih nih bocah makan mulu njir, cepet ceritain lo kenapa nyet?" oceh Jovita. Jovita beringsut kesal. Dia yang sudah khawatir dengan sahabatnya itu, malah yang di khawatirkan malah asik dengan makanannya.

Kesal melihat Kirania yang makan terus, Jovita mengambil piring yang berisi nasi goreng dan menjauhkan dari Kirania, "ih gue lagi makan njir." seru Kirania. Yang mengambil piring hanya mengangkat kedua bahunya dengan tak acuh. Mata Kirania memicing karena melihat kelakuan sahabatnya yang menyebalkan, "ya udah gue ceritain tapi balikin nasi gorengnya."

"kalo gue balikin tapi lo malah lanjut makan awas aja lo."

Awalnya Kirania memang berniat untuk melakukan itu —karena nasi goreng buatan mamanya Jovita sangat enak— tapi niatannya tidak jadi gadis itu lakukan. Kirania menceritakan semua permasalahan yang terjadi pagi tadi di apartemen Rafan.
Mendengarkan semua permasalahan yang sudah diceritakan oleh sahabatnya, Jovita mengerucutkan bibirnya dengan raut wajah yang dia buat sesendu mungkin, "utututuu cayangku yang acu cayangi utututu." Jovita meraiy tubuh Kirania masuk ke dekapannya sambil menepuk-nepuk kepala Kirania.

Yang dipeluk hanya bisa memutar kedua bola matanya dengan malas dan bergidik geli. Segera mungkin Kirania melepas pelukan dari sahabatnya itu, "meluknya penuh dengan ke-alay-an." ucap Kirania. Pelaku yang memeluk Kirania langsung melepas pelukannya dengan kasar dan memasang wajah kesal, "ishh si monyet ini, ya udah gue lepas." Kirania tertawa terbahak-bahak.

♡♡♡♡♡

Tak terasa waktu sudah semakin malam dan Kirania belum pulang ke apartemen Rafan. Gadis itu malah masih tiduran santai di atas kasur Jovita sambil menonton kartun di televisi milik Jovita, "heh lo ga balik? rafan ga nanyain lo?" tanya Jovita sambil menutup pintu kamarnya dan segera duduk diatas kasurnya bersama Kirania.

"cih sejak kapan dia nanyain gue, yang ada dia malah kesenengan kar—" belum selesai Kirania berucap, tiba-tiba ponselnya berdering. Pertanda kalau ada seseorang yang menghubunginya, tapi siapa yang menghubunginya malam-malam gini.

Belum sempat ia melihat dan mengangkat panggilan dari orang itu, panggilannya tiba-tiba di menghilang dari layar ponsel Kirania, "siapa?" tanya Jovita yang penasaran dengan orang yang menelpon Kirania. Kirania menaikkan kedua tangannya dan bahunya secara bersamaan.

Matchmaking [jenrina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang