"akhirnya pulang juga, kamu darimana aja sih cantik??"
Seorang wanita paruh baya —siapa lagi kalau bukan mamanya Rafan— menghampiri Kirania sambil mengelus lembut rambut panjang Kirania. Jam sudah menunjukan hampir larut malam. Sebelumnya Elvina khawatir karena putranya dan menantunya belum kembali padahal hampir larut malam.
Tapi sekarang, Elvina sudah lega karena Rafan dan Kirania sudah kembali. Elvina membawa Kirania ke sofa, "pasti dingin ya? kalian pulangnya malem banget." Elvina yang sangat cemas pada Kirania. Dia takut kalau Kirania akan terkena flu atau bahkan demam atau mungkin kejang-kejang. Ya begitulah.
"mama buatin teh manis ya." ucap Elvina. Rafan menyipitkan matanya, "biar aja Kirania yang bikin sendiri sih, mah." Rafan memutar bola matanya dengan malas. Lalu dia melihat papanya yang sedang berdiri di samping sofa itu menggeleng-gelengkan kepalanya ke arah Rafan.
Begitu Elvina pergi ke dapur untuk membuat teh manis hangat untuk Kirania, Rafan menghampiri Kirania dan duduk di sampingnya. Lalu ia mengungkapkan apa yang ingin ia utarakan tadi di dalam mobil, "inget ya, kita masih beda kamar." Kirania hanya menggumam tanpa membalas perkataan Rafan.
"minum dulu teh nya mumpung masih anget, kalo udah dingin malah ga enak nanti." Elvina meletakan secangkir teh manis hangat diatas meja. Kirania langsung menjulurkan kedua tangannya untuk mengambil cangkir yang berisikan teh manis hangat. Lalu ia sedikit-sedikit menyeruput teh itu dan menikmati aromanya.
"kita ga usah pulang ya, nginep aja disini dan besok baru pulang." Tiba-tiba Alvan ikut bergabung duduk di sofa bersama-sama dengan Rafan, Kirania dan tentunya istri tercinta yaitu Elvina. Rafan mendongak dengan ekspresi bertanya-tanya, "maksudnya?" Rafan penasaran dengan ucapan Alvan.
"kita nginep disini sayangku, mama sama papa besok baru pulang soalnya ini udah malem banget." jelas Elvina. Dilanjutkan oleh Alvan, "kenapa? emangnya ga boleh kalo mama sama papa nginep disini?" Timpalnya. Rafan kebingungan harus menjawab apa.
Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan terus-menerus berdehem, itulah keadaan Rafan saat ini. Bagaimana cara dia menjawab pertanyaan dari papanya —otaknya sudah tidak bisa berputar karena macet— dengan jelas.
Rafan berpikir panjang mencari alasan —berusaha memperbaiki otaknya yang macet— untuk menjawab pertanyaan dari papanya. Ada 2 sisi di setiap jawaban yang akan Rafan utarakan untuk papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking [jenrina]
Teen FictionKirania yang merupakan anak tunggal di keluarganya dijodohkan oleh seorang laki-laki yang juga anak tunggal dikeluarganya. Mereka dijodohkan karena keluarga Kirania yang ternyata pernah berutang kepada keluarga si laki-laki. Mereka yang belum mengen...