chapter eight

208 16 2
                                    

Kirania melirik Rafan yang daritadi melihat ke layar ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kirania melirik Rafan yang daritadi melihat ke layar ponselnya. Rafan pun tiba-tiba melirik Kirania. Kirania mengangkat kedua alisnya sambil menyebut nama pacar Rafan. Yap, siapa lagi kalau bukan Hanasta Bintari.

"hanas?" Ucap Kirania tanpa mengeluarkan suaranya. Rafan menganggukkan kepalanya menandakan benar, bahwa orang yang daritadi sedang dia chat adalah Hanas, pacarnya.

"mah, aku izin sebentar ya mau ngobrol sama Rafan." Ucap Kirania. Mamanya menjawab dengan anggukkan. "tante, Rafan izin sebentar ya." Disambung oleh Rafan. Mama Kirania kembali menganggukkan kepalanya.

Mereka berdua berjalan menjauh dari mama Kirania untuk membicarakan sesuatu. "lo mau ngomong apaan lagi?" Tanya Rafan yang dari awal bingung ketika Kirania mengajaknya untuk berbincang. "lo mau ketemuan sama pacar lo kah?" Tanya Kirania. "iya, tadi dia chat gue minta di temenin buat beli tas di mall." Jawab Rafan.

"oh ya udah, lo temenin aja sana."

"ga usahlah, gue disini aja, nemenin lo sama nyokap lo."

Kirania membulatkan matanya ketika mendengar jawaban yang tak terduga keluar dari mulut Rafan. Yang benar saja, Rafan lebih memilih untuk menemani dirinya dan mamanya dibanding harus menemani pacarnya membeli tas.

"lo serius? Hanas gimana? Kesian dia." Ujar Kirania. Sebenarnya Kirania juga merasa tidak enak pada Hanas, Hanas pasti berharap Rafan bisa menemaninya membeli tas. "ah itu mah gampang, kalo dia ngambek, gue tinggal beliin dia tas baru lagi." Jawab Rafan santai.

Semudah itu kah meluluhkan hati pacarnya? Dengan Rafan membeli tas atau benda-benda branded untuk pacarnya, pacarnya tidak akan ngambek lagi. Dasar laki-laki.

"udahlah, ga usah mikirin dia, yang terpenting kondisi omah lo selesai operasi nih." Ujar Rafan. "ya udah yok, balik lagi, kesian nyokap lo sendirian." Ajak Rafan.

Mereka berdua kembali ke tempat semula. Mereka menemani mamanya Kirania yang daritadi tak henti-hentinya menangis mengkhawatirkan kondisi omahnya Kirania yang sedang di operasi.

Tak sedikit orang yang di operasi bisa berhasil sesuai harapan keluarga. Banyak dari mereka gagal melakukan operasi untuk orang tersayang mereka. Kondisi yang semakin buruk dan mengakibatkan kematian.

Itulah yang membuat mama Kirania jadi khawatir. Rafan yang diam-diam memperhatikan mama Kirania pun langsung menghampirinya dan memeluknya.

Dia berusaha memberi dukungan untuk mama Kirania. Rafan mengelus-elus pundak mama Kirania dengan lembut. "ga usah khawatir tante, everything will be fine, believe in God." Bisik Rafan di telinga mama Kirania yang membuat tangisan mama Kirania sedikit berkurang.

"makasih ya nak Rafan."

"iya tante, sama-sama." Ujar Rafan dengan ekspresi tersenyum yang membuat eye smilenya terlihat.

Matchmaking [jenrina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang