— R Y S H A K A —
Jam telah menunjukkan pukul sebelas malam. Seorang laki-laki menghentikan langkahnya dengan wajah yang dibanjiri oleh keringat.
Ia duduk di tepi trotoar sambil meluruskan kakinya. Lima kilo meter telah ia lewati dengan berjalan kaki. Kurang satu kilo meter lagi dia akan sampai di rumahnya namun ia malah memutuskan untuk berhenti. Ia butuh waktu rehat sejenak.
Laki-laki itu menyeka keringatnya dengan ujung lengan jaket yang ia pakai.
Lelah. Seluruh tulangnya terasa remuk. Hampir seminggu ia menjalani hal ini, namun masih saja merasa sangat lelah.
Bayangkan saja. Ia belajar di sekolah dari jam tujuh hingga jam setengah empat sore. Setelah itu ia lanjutkan dengan bekerja sebagai penjaga di salah satu Alfamart hingga jam delapan malam. Selesai dengan pekerjaan pertamanya, ia lanjut ke pekerjaan keduanya sebagai buruh cuci piring disebuah warung makan yang buka dua puluh empat jam hingga jam sepuluh tadi.
Sesampainya di rumah sekitar jam sebelas sampai setengah dua belas, ia akan mengerjakan tugas sekolahnya dengan semampunya atau terkadang ia akan meminta jawaban dari teman.
Dirinya bangun jam setengah lima, setelah selesai mandi dan beribadah, ia bersiap-siap berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Lagi.
Jika kalian bertanya, kenapa tidak pakai motor atau naik kendaraan umum saja? Maka jawabannya adalah, dia menyayangkan uangnya yang ia cari dan tabung dengan susah-susah untuk biaya SPP-nya.
Laki-laki itu merogoh kantong sakunya untuk mengeluarkan dompet berwarna coklat yang ia bawa kemana-mana.
Perlahan-lahan ia menghitung satu persatu lembaran uang yang ia kumpulkan dengan teliti.
Pas satu juta rupiah.
Nafasnya menghembus kasar. Perlahan ia menyandarkan tubuhnya pada tiang lampu jalanan yang menyinari aspal.
Ia tidak ingin mengeluh. Ia sudah cukup bersyukur mendapatkan uang sekian dalam enam hari ini walaupun itu masih belum cukup untuk membayar SPP-nya selama sebulan. Padahal aslinya ia belum membayar selama dua bulan.
"Gue harus cari kemana lagi buat uang setengah juta?"
Besok adalah hari Minggu, dan lusa adalah jangka waktu ia membayar SPP. Ia harus bekerja lebih ekstra lagi untuk melunasi uang sekolahnya tersebut. Hanya ada besok waktu yang tersisa.
Mata laki-laki itu menatap hamparan awan putih di langit yang menghiasi gelapnya angkasa.
Sebuah senyum tipis timbul di sudut bibirnya. Ia menatap langit itu dengan mata sedikit berbinar.
"Bunda, kurang lima ratus lagi. Doain Arden buat dapetin uang segitu besok, ya?"
Setelah lama ia menatap langit, ia gilir membuka ponselnya. Ia membuka aplikasi chatting berwarna hijau yang sering ia gunakan.
Matanya menangkap sebuah nama yang ia pin paling atas letaknya diantara kolom kontak orang lain.
Saa–!!
Ia membuka profil kontak tersebut dan melihat sebuah foto seorang perempuan dan laki-laki yang terlihat begitu manis.
Arden membesarkan bagian foto si gadis dengan kedua jarinya. Ia mengamati foto itu dengan seksama.
Rasa rindu di dalam hatinya timbul begitu saja. Sekarang ia hanya bisa menjaga gadis itu dari jauh.
Ia bahkan juga sudah tau tentang kabar status baru mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
R Y S H A K A [ENDING]
RandomSEQUEL OF "MY ANNOYING HUSBAND" DAPAT DIBACA TERPISAH‼️ ****** Ryshaka Vansa Eyando. Seorang laki-laki tampan dengan kecerdasan diatas rata-rata ini mampu membuat semua guru terkagum-kagum oleh otaknya yang sangat genius. Anak dari Revan Kevin Eyan...