25. Gladis

195 18 2
                                    

— R Y S H A K A —

"Owh, jadi elo yang sakit? Lemah amat."

Arden mengepalkan tangannya mendengar sindiran itu. "Yang penting gue bukan anak manja kayak lo." Balasnya tak kalah tajam sambil menunjuk laki-laki tadi.

Senyum ejekan ia tunjukkan kepada Arden sambil bersidekap dada. "It's ok. Yang penting mampu sih."

Detik itu juga Arden turun dari brankar yang ia duduki tadi dan langsung mencengkram kuat kerah seragam yang Shaka kenakan.

Iya, Shaka. Laki-laki itu lagi-lagi memang sangat senang mancing kemarahan Arden. Apalagi ditambah dengan sifat tempramentalnya membuat Shaka lebih gampang memancing emosi Arden.

"Duit hasil minta, gak usah bangga lo." Balas Arden dengan mata melotot lebar menahan amarah yang bisa meledak kapanpun.

"Shaka, kamu apa-apaan sih?"

Leysa langsung menahan lengan kekasihnya. Jujur, ia canggung ketika kembali bertemu Arden secara langsung ditambah dengan situasi seperti ini membuatnya takut.

"Biasa, By. Hama dikit." Jawab Shaka santai sambil menyentak tangan Arden membuat laki-laki itu melepaskan cengkraman tangan Arden di kerahnya.

"Kamu siapa sih? Gak usah gitu. Itu namanya gak baik." Celetuk Gladis ikut menengahi pertengkaran antara Arden dan Shaka.

Shaka tertawa sinis. "Haha... Ini pacar baru lo? Gak selevel sama Leysa gue ternyata."

Arden semakin menatapnya tajam. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat. Menghela nafas kasar, ia memilih meninggalkan ruang UKS dengan membanting pintu ruangan.

"Cupu."

Gladis menatap laki-laki di depannya tidak suka. Ia lalu berlari mengejar Arden yang berjalan cepat menuju bekalang sekolah.

"Shaka, kamu apa-apaan sih? Gak boleh gitu!"

Shaka menatap Leysa sambil tersenyum. "Udah, sayang. Biarin aja. Lo kan udah sama gue. Gak udah peduliin dia lagi, oke?"

Dengan perasaan bersalah, Leysa hanya sanggup mengangguk sebagai jawaban yang di hadiahi dengan kecupan manis di punggung tangan gadis tersebut.

— R Y S H A K A —

"Kak Ar! Kak!!" Gladis mengejar Arden sambil berlari. "Kakak, tungguin!!"

"Kak—?!"

Brughh!

Arden menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Gladis yang sudah tersungkur jatuh tersandung batu yang lumayan besar.

Ia mendekati gadis itu dan tiba-tiba saja membopongnya membuat Gladis cukup terkejut. Ia langsung mengalungkan kedua tangannya pada leher Arden sambil melihat laki-laki itu yang masih memasang wajah penuh amarahnya.

Dengan perlahan Gladis di turunkan di sebuah bangku kayu yang ada di sana. Arden berjongkok di depan gadis itu sambil melihat kaki Gladis yang tadi terlihat kesakitan ketika ia turunkan dari gendongannya tadi.

Dengan wajah datarnya, Arden membuka sepatu gadis itu. Ia ikut melepaskan kaos kaki yang membalut kaki putih Gladis.

Arden memberikan pijatan sebaik mungkin untuk pergelangan kaki Gladis yang kemungkinan besar terlikir.

Lima belas menit berlalu dengan keheningan. Gladis yang mulai merasa tidak nyaman pun mulai membuka suara.

"Kak Ar, ucapan tadi jangan di masukin hati, ya?"

R Y S H A K A [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang