27. Si Bucin Ryshaka

234 16 3
                                    

HARAM HUKUMNYA MEMBACA TANPA VOTE!!



— R Y S H A K A —

"KAK ARDEN!!"

Semua orang yang berada di sana langsung menoleh ke arah seorang gadis yang berdiri dengan ransel berwarna pink yang ia kenakan.

Rambut gadis itu di gerai namun pada kedua atas telinga gadis itu diikat dengan kecil membentuk dua ekor kuda membuat dirinya terlihat semakin lucu.

Gadis itu berlari menghampiri Arden yang baru saja turun dari motornya. Rambutnya turun naik dengan lucu beserta dengan cara dirinya memegang tali ransel.

"Kak Arden udah sarapan belum?" Tanyanya antusias membuat Arden mengembangkan senyum tipis.

"Udah."

"Yahh... Padahal aku bawa bekal double buat aku sama Kakak." Ucapnya lesu dengan wajah bad mood.

Tanpa sadar, senyum Arden mengembang membuat orang-orang yang melihatnya terheran-heran.

"Kasih gue kalo istirahat nanti. Lo udah sarapan?"

Mata gadis itu berbinar terang. "Belum."

"Ayo, gue temenin."

Tangan Arden dengan baik merangkul pundaknya membuat sang gadis tertegun. Ia menatap tangan Arden dengan sang pemilik secara bergantian lalu tersenyum dan mulai melangkahkan kakinya mengikuti laki-laki tersebut.

— R Y S H A K A —

Perlahan seorang gadis membuka matanya. Ia mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam rentinanya.

"Sayang," Panggilan lembut itu masuk kedalam telinganya membuat dirinya menoleh.

Gadis itu menemukan keberadaan Shaka yang menggenggam tangannya lembut dan jangan lupakan sorot mata penuh kekhawatirannya.

Badannya sangat lemas dengan selang oksigen yang menggantung dari telinganya menuju ke hidung. Tangannya terpasang sebuah infus yang menjuntai dari atas besi tempatnya berada.

"Sha-kaa..."

Shaka mendekatkan wajahnya pada wajah Leysa. Ia mengelus surai hitam sang gadis dengan penuh kelembutan.

"Mual?" Tanya Shaka pelan. Sebelumnya dokter sudah memberitahu Shaka pasal efek samping setelah melakukan kemoterapi. Jadi laki-laki itu bisa sedikit tenang ketika gadisnya bangun.

Leysa mengangguk kecil. Gadis itu berusaha duduk dengan dibantu oleh Shaka. Ia menyenderkan kepalanya pada dada bidang Shaka. Rasanya sangat lemas. Semua badannya terasa sakit disaat yang bersamaan.

"Sakit, Shakaa..." Adunya lirih sambil menahan air mata yang ingin jatuh dari kelopak matanya. "Rasanya kayak mau mati—"

"Sssstt... Apaan sih, Ley? Gak boleh ngomong gitu!" Shaka mengeratkan pelukannya. Demi apapun, ia takut dengan ucapan Leysa tadi.

"Hiks! Shaka, mau ketemu Mama, Papa– hiks!"

"Udah, Ley. Udah." Shaka memegang kedua pundak Leysa dan menatap sepasang mata itu dalam. "Gue takut kehilangan lo. Gue juga gak mau kehilangan lo. Inget, Ley. Gue masih punya janji buat bahagiain lo. Gue masih belum bahagiain lo. Jangan gitu. Gue beneran takut, Ley. Gue takut."

R Y S H A K A [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang