7. Toxic Relationship

383 29 0
                                    

Gak update 4 hari. Wkwk
Kangen enggak?

Btw, jangan lupa vote and comments!!
Makasih banyakkk!!!

R Y S H A K A

"How is my wife, doctor?" Tanya Revan penuh rasa khawatir.

Clarysa masih belum sadarkan diri itu telah selesai di periksa oleh seorang dokter wanita dengan rambut putihnya.

Wanita itu tersenyum kepada Revan, "All good. Nothing to worry about." [Semuanya baik. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan].

Revan terlihat tidak puas dengan jawaban sang dokter. Ia menggenggam tangan istrinya erat. "How can I calm down? After vomiting, she fainted." [Bagaimana saya bisa tenang? Setelah muntah, dia pingsan].

Dokter itu mengemasi barangnya, setelah itu kembali menatap Revan sambil tersenyum. "She just a little tired. Coupled with her condition being pregnant, she gets tired quickly." [Dia hanya sedikit kelelahan. Ditambah dengan kondisinya yang sedang hamil, dia cepat lelah].

Mata Revan membulat. "Wait. Pregnant?"

Wanita itu mengangguk. "Yeahh... It's been about two weeks." [Iyaa, kurang lebih usianya sudah dua Minggu].

Revan tersenyum senang. Ia semakin mengeratkan genggamannya pada Clarysa. Dan perlahan ia dapat melihat, sepasang mata istrinya terbuka.

"Sayang," Panggil Revan pelan penuh akan ketulusan.

Clarysa memegangi keningnya yang terasa pening. Ia dapat melihat keberadaan seorang dokter dengan Revan yang tersenyum cerah.

"One more thing. Don't invite your wife to make love too often. The content is still early. You must understand what I mean." [Satu hal lagi. Jangan terlalu sering mengajak istri anda bercinta. Kandungannya masih dini. Anda pasti mengerti dengan maksud saya].

Revan mengangguk antusias. "Thank you very much, doctor."

Wanita itu mengangguk. Ia pamit pergi setelah Revan memberikan beberapa lembar dolar untuknya.

Revan menunduk untuk mengecup punggung tangan istrinya. "Gimana, sayang? Masih mual? Pengen muntah lagi enggak?"

Clarysa menggeleng kecil. Satu tangan Revan lantas mengusap kening istrinya tersebut. "Tadi dokternya bilang apa? Aku cuma kecapekan kan?"

Revan tersenyum. Terkadang ada rasa senang tersendiri ketika istrinya itu tidak begitu paham soal bahasa Inggris.

"Iyaa. Kamu sedikit kecapekan. Dan..." Revan menggantungkan ucapannya. Ia lebih mendekatkan dirinya pada Clarysa.

"Kenapa senyum-senyum gitu? Aku gakpapa, 'kan?" Tanya Clarysa mulai kesal.

Pria itu semakin tersenyum lebar. Ia semakin mengeratkan genggamannya membuat Clarysa kebingungan sendiri.

"Kenapa?" Tanya Clarysa lagi. Perlahan, senyumnya ikut timbul membuat keduanya tertawa tidak jelas. "Kenapa sih, Kak?"

"Saya senang banget, Clarysa." Ucap Revan lalu menunduk mengecup kening wanita tersebut.

"Yaa, senengnya kenapa?"

"Dengerin saya baik-baik." Clarysa langsung menggangguk cepat. Revan mengecup tangan Clarysa lalu menatap istrinya dalam.

R Y S H A K A [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang