Dua hari berlalu dengan cepat dan dua hari juga jihoon masih tidur diatas tempat tidurnya, ini yang renjun takutkan banyaknya tekanan yang jihoon alami serta kegiatannya naik bukit dua hari lalu ditambah dengan kejadian yang menurut renjun menyebalkan membuat kondisi jihoon drop.
Renjun berdiam diri di meja suster tempat dimana ia duduk dan menikmati makan siang karena diklinik ini tak ada kantin terlebih lagi ia malas jika harus bergabung dengan orang-orang yang membenci jihoon.
Bicara Mengani kejadian kemarin keadaan yoongi dan juga wonwoo sudah baik-baik saja karena luka tikam itu tak terlalu dalam dan hanya butuh beberapa jahitan saja bahkan sekarang mereka sudah bisa berkerja di klinik lagi.
"Selamat siang renjun-ssi"sapa yoongi
"Selamat siang dokter min"sapa renjun seadanya
"Kau makan disini sendiri?"
"Ya"
"Kenapa tidak bergabung dengan yang lain?"
"Malas saja, dokter min..."
"Kenapa?"
"Boleh aku membawa tiga kantong cairan infus untuk ku bawa pulang? Bulan depan pesanan ku akan datang nanti ku ganti"
"Untuk siapa?"
"Jihoon Hyung, kalau untuk ku tak mungkin"
"Jihoon sakit? Kenapa tak dibawa kesini saja?"
"Aku tak yakin dengan yang lain jika membawa jihoon Hyung kesini dan yang menikam mu dan wonwoo-ssi itu bukan jihoon Hyung, jihoon Hyung saat itu masih diatas bukit kau bisa menanyakannya pada jaemin dan haechan mereka yang melihat jihoon Hyung disana"
"Aku tahu, aku sudah menjelaskannya pada Jimin jika itu bukan jihoon dia tinggi berbeda dengan jihoon"
"Tapi kenapa tak ada yang meminta maaf padanya? Tapi jika minta maaf sekarang juga tak akan berguna karena jihoon Hyung belum bangun"
"Jihoon belum bangun?"
"Heum, makannya aku minta ijin bawa tiga kantong cairan infus"
"Nanti pergi dengan guanlin, minta temani guanlin untuk ambil itu nanti malam aku akan kerumah mu"
"Untuk apa ke rumah ku?"Belum juga renjun dapat jawaban yoongi sudah beranjak dari tempatnya duduknya dan meninggalkan renjun seorang diri dengan bingung.
Yoongi tak tahu apa yang terjadi pada jihoon sepuluh tahun belakangan ini hanya saja selama sepuluh tahu perasaanya suka sekali tiba-tiba tak tenang jika menyangkut jihoon, pandangan yoongi menangkap soonyoung dan Jeno yang seperti baru saja pulang dari peternakan di ikuti dengan jaemin yang sepertinya baru saja mencari objek gambar.
"Jeno-ya!"panggil yoongi
"Ada apa Hyung?"sahut Jeno santai
"Nanti setelah ini tolong ikut renjun dan guan ke rumah nya aku meminta tolong pada renjun melakukan sesuatu"ujar yoongi
"Melakukan apa Hyung?"bingung soonyoung
"Membuatkan ku puding manis, kau mau ikut?"tawar yoongi, lagi pula tak mungkin bilang untuk melihat jihoon
"Tidak terimakasih"singkat soonyoung
"Aku boleh ikut kan Hyung?"itu jaemin ia juga ingin menengok jihoon
"Tentu saja kau kan teman renjun"ujar yoongiSebenarnya soonyoung tahu jika yoongi berbohong padanya padahal tujuan yoongi menyuruh Jeno adalah untuk melihat jihoon karena Jimin tak pernah mengijinkan yoongi untuk kesana apa lagi setelah kejadian kemarin.
Dirumah lebih tepatnya di kamar jihoon yang kini bersuhu hangat dimana jihoon tengah tertidur dengan peluh yang banyak, tubuhnya sakit semua, kepalanya terus berputar padahal ia dalam kondisi tidur.
Usapan lembut jihoon rasakan mengusap kepalanya dan peluh yang membanjiri sekitar lehernya, jihoon hafal usapan ini usapan adiknya usapan milik Chan.
"Chan"lirih jihoon sebari mencoba membuka mata
"Aku disini Hyung, Hyung bisa istirahat sampai Hyung mau...jangan melukai diri Hyung sendiri..."ujar Chan lembut
"Jangan pergi"
"Iya tak akan pergi, Chan akan bersama Hyung jadi tenang saja"Tidur jihoon kini perlahan mulai tenang kembali memejamkan mata untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya sedangkan Chan masih disisi jihoon untuk menenangkan jihoon, Chan tak bisa melihat jihoon yang seperti ini hatinya sakit sudah cukup penderitaan jihoon kenapa ia harus di tambah lagi.
.
.
.
Mengomel itu yang tengah renjun lakukan sebelum ia pergi mengambil cairan infus untuk jihoon sampai ia perjalanan pulang pasalnya ia harus berjalan bersebelahan dengan manusia tinggi bagai tiang panjat pinang tujuh belasan siapa lagi kalau bukan lai guanlin.Renjun yang sadar tubuhnya pendek apa lagi jika disamping guanlin makin pendek lah belum lagi lehernya sakit jika guanlin mengajak bicara mungkin bisa patah leher renjun.
"Kau bisa lebih pendek lagi ngak sih?"tanya renjun
"Kau pikir aku antena radio yang bisa panjang dan di pendek kan, itu nasib mu saja yang pendek"sahut guanlin santai
"Kalau tahu yang ku jumpai manusia menyebalkan macam kalian aku tak mau ikut kesini"gerutu renjun
"Itu takdir terima saja, lagi pula kalau kau masih disana kemungkin hari ini kau sudah hanya tinggal nama saja"sahut guanlin
"Oh ya njun, aku tak pernah melihat mu ikut dengan kami latihan? Yang ku lihat kau hanya berdiam diri di klinik atau bersantai di rumah?"tanya jaemin karena memang hanya renjun saja yang tak terlihat
"Oh aku berlatih dengan ji Hyung karena ji Hyung sedang sakit jadilah aku bisa bersantai"sahut santai renjun
"Ji Hyung hebatkan?"tanya Jeno
"Heum, aku cepat mengerti dengan apa yang ia contohkan"sahut renjun
"Kalian tahu aku cukup terkejut saat tahu ji Hyung bisa sakit karena sejak dulu ji Hyung hampir tak pernah sakit sekali pun sakit paling hanya flu"ujar JenoRenjun hanya diam lagi pula Jeno tak tahu apa yang jihoon lalui sepuluh tahun belakangan ini yang mana kejadian dulu membuat fisik maupun mental jihoon berubah, dulu saat pertama mengenal jihoon di sel renjun berfikir kenapa orang dengan wajah tenang bagai tak berdosa ini bisa menghabisi lebih dari 10 orang.
Sesampainya dirumah mereka langsung masuk dan duduk di ruang tamu tidak tahu malu memang tapi ya sudahlah renjun tak ingin kembali darah tinggi, renjun bergegas menuju kamar jihoon dengan membawa cairan infus dan semua perlengkapannya renjun pikir tiga orang itu akan duduk diam di ruang tamu tapi nyatanya malah mengikutinya.
Jeno cukup terkejut melihat keadaan jihoon peluh jihoon membasahi bantal yang jihoon gunakan bahkan baju yang jihoon gunakan, renjun dan jaemin memilih untuk mengganti baju jihoon lebih dahulu sebelum melakukan tindakan.
"Demamnya sudah tak setinggi semalam sudah lumayan turun, tinggal makan dan minum obat saja"jelas renjun
"Chan..."lirih jihoonRenjun diam sudah sejak semalam jihoon seperti ini, Jeno yang mendengar apa yang jihoon katakan memilih untuk mengusap lembut tangan jihoon dan sepertinya ia harus menanyakan tentang jihoon pada renjun.
"Tolong temani sebentar, katakan apa saja yang membuatnya tenang aku akan buat makan siang dulu"ujar renjun
Jeno hanya mengangguk paham, renjun dan yang lain memilih untuk mengikuti renjun yang keluar dari kamar, jaemin yang memang sudah mendengar kondisi jihoon juga hanya bisa diam pasalnya ia tak berhak menceritakan semua yang jihoon alami sedangkan renjun memilih untuk bercerita pada yang melihat kondisi jihoon saja.
Dikamar Jeno terus menggenggam tangan jihoon tangan hyungnya tak pernah berubah lembut dan hangat hanya saja lebih kurus dari terakhir kali ia menggenggam tangan jihoon sepuluh tahun yang lalu.
"Chan...Chan..."lirih jihoon
"Tunggu sebentar ya Hyung, chan-ie Hyung sedang keluar dengan Jeno dulu ya"ujar Jeno lembutJeno kembali mengusap tangan jihoon dengan lembut sampai membuat jihoon kembali tenang, baru setelah tenang Jeno keluar dari kamar jihoon dan bergegas menemui renjun untuk meminta semua penjelasan mengenai jihoon.
Meski sudah sepuluh tahun berpisah Jeno tetap adik jihoon tak mungkin ia tak sakit melihat kondisi Jihoon yang seperti ini Jeno tak bisa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc