°4°

1.8K 230 3
                                    

Jeno langsung dioperasi malam harinya. Kali ini Jaemin menggunakan sedikit kekuasaan orangtuanya. Mumpung sekolah sudah libur dan tinggal menunggu pengumuman kelulusan serta seleksi perguruan tinggi. Jaemin pikir ini adalah waktu yang tepat. Selama operasi Jaemin lah yang menemani Jeno. Karena operasinya malam hari, bertepatan dengan dibukanya kedai mereka, Jaemin meminta orangtua Jeno untuk tetap dengan pekerjaannya. Jaemin sendiri yang akan menemaninya. Tentu awalnya itu ditolak olah kedua orangtua Jeno. Tapi dengan segala bujuk rayu yang Jaemin keluarkan, akhirnya mereka memilih menurut. Jaemin bahkan menginap disana.

Pagi harinya Jeno bangun lebih dulu. Tapi karena kedua matanya ditutup dan dia tidak akan bisa melihat untuk sementara waktu, yang dilakukannya hanyalah diam. Tangannya sedikit menggerayangi sekitar. Sampai akhirnya tangan kanannya menyentuh sesuatu yang lembut. Rasanya seperti rambut. Entah benar atau tidak, Jeno berpikir itu adalah Jaemin. Perlahan dan dengan hati-hati serta menggunakan nalurinya, Jeno mengelus lembut kepala tersebut. 

Eungh~

Suara lenguhan itu membuat Jeno tersenyum. Benar dugaannya. Dia adalah Jaemin. Anak itu pasti tidur sambil duduk di samping ranjangnya. 

Ceklek~

"Jaemin-ah ireona. Pasti sakit tidur dalam posisi seperti ini" sebuah suara yang sangat Jeno kenali berbarengan dengan pintu terbuka. Itu adalah suara ibunya. Jeno tersenyum lagi mendengarnya.

"Eomma" panggil Jeno pelan.

"Oh? Kau sudah bangun? Bagaimana perasaanmu? Ada yang sakit?" tanya ibu Jeno. Tangannya mengelus lembut kepala Jeno. 

"Aku baik-baik saja eomma. Tidak ada yang sakit" ucap Jeno menenangkan. Dia memang tidak merasakan apapun kecuali sedikit nyeri di matanya. Tapi itu hanya sedikit saja. 

"Jaeminie tidur disini?" tanya Jeno.

"Ne. Dia yang menemanimu sejak semalam. Petang tadi saat kami kemari aku sudah menyuruhnya pulang dan beristirahat. Tapi dia menolak dan melanjutkan tidurnya. Padahal dia tidur sambil duduk. Lehernya pasi sakit nanti" ucap ibu Jeno. 

"Apa eomma melihat ponselnya? Kita bisa menghubungi sopirnya agar dia dibawa pulang biar bisa istirahat" tanya Jeno. Ibu Jeno mendekati tas selempang Jaemin yang tergeletak di sofa. Padahal ada sofa disana, tapi Jaemin memilih tidur terduduk di kursi dengan meletakkan kepalanya di ranjang. 

"Mian, aku sedikit lancang" ucap ibu Jeno. Ia membuka tas branded itu dan mencari ponsel Jaemin. Setelah menemukannya dia pun membukanya. 

"Ada sandinya" ucap ibu Jeno. 

"Pakai face id saja. Dekatkan dengan wajahnya" ucap ayah Jeno menyarankan. Ibu Jeno nampak melakukannya. Tangannya dengan hati-hati menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Jaemin. Setelahnya menghadapkan ponselnya ke wajah Jaemin.

"Terbuka" ucap ibu Jeno senang. 

"Oh! Ada pesan dari sopirnya" ucap ibu Jeno kala mendapatkan notifikasi yang baru saja masuk. Notifikasi pesan dari sopir Jaemin yang menanyakan dijemput jam berapa.

"Telepon saja. Aku yang bicara" ucap Jeno. Sekitar 15 menit setelah panggilan diakhiri, seseorang datang mengetuk pintu ruang rawat Jeno. Jika dilihat dari pakaian formalnya, sudah pasti itu adalah orang Jaemin. 

"Permisi. Maaf mengganggu. Saya mau menjemput nona muda" ucap orang tersebut.

"Ah ne" ucap ayah Jeno mengizinkan. Orang tadi adalah Johnny, orang yang sama dengan orang yang ditanyai Jaemin soal Jeno. 

"Ini tas nona muda bukan?" tanya Johnny sambil meraih tas selempang di atas sofa.

"Ne. Ah ini ponselnya. Maaf tadi aku lancang membukanya karena mencari ponselnya. Tidak tega melihatnya tertidur dalam posisi seperti ini. Dia selalu menolak pindah setiap kami bangunkan" jelas ibu Jeno. Dia juga menyerahkan ponsel Jaemin pada Johnny yang langsung dimasukkan dalam tas selempangnya. Johnny nampak membentangkan selimut tipis yang sejak tadi dia bawa. Dia pakaikan pada Jaemin terutama bagian bawahnya agar saat ia menggendongnya nanti tidak terbuka. Perlahan Johnny mulai mengangkat Jaemin dengan hati-hati dibantu ibu Jeno.

Partner ~ NOMIN (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang