°8°

1.8K 205 3
                                    

Jeno dan Jaemin meninggalkan pesta dengan perasaan sangat puas. Walau tidak melakukan kekerasan, tapi melihat wajah pias mereka saat diserbu dan merasakan bagaimana rasanya dipuji serta dibela sudah membuat Jeno cukup puas. 

"Aku benar-benar puas malam ini. Ini semua tidak akan terjadi kalau kau tidak membantuku. Aku tidak tau bagaimana caranya membalasnya tapi aku sangat berterimakasih padamu" ucap Jeno tulus. Kini keduanya masih dalam perjalan dengan Jeno yang menyetir.

"Berapa kali aku harus bilang padamu. Kau hanya perlu membalas dengan tidak mengkhianati kepercayaanku. Sudah, itu saja" ucap Jaemin sedikit jengah.

"Tap-"

"Sudah cukup oke? Atau aku akan marah padamu!" ancam Jaemin.

"Arraseo. Jangan marah padaku oke? Kau teman pertamaku kau tau? Aku tidak memiliki teman lagi jika kau menjauhiku" ucap Jeno sedikit memelas.

"Dengan penampilanmu yang sekarang, kau akan dengan mudah mencari teman" ucap Jaemin.

"Ya. Tapi sangat memungkinkan mereka mau menjadi temanku karena mau memanfaatkanku saja"

"Kau benar"

"Mau mampir makan dulu? Aku tidak melihatmu menyentuh makanan disana sedikit pun" tawar Jeno.

"Kebanyakan adalah dessert yang diolah dengan susu. Aku tidak bisa mengonsumsi susu" ucap Jaemin memberitahu.

"Ah~ Lalu apa ada yang ingin kau makan malam ini?" tanya Jeno lagi.

"Aku ingin makan di kedai pinggir jalan. Aku bosan akan di restoran terus. Apa kau tau dimana yang enak? Sebenarnya aku ingin ayam tapi kedai orangtuamu tutup malam ini kan? Mereka juga pasti sudah tidur jam segini" tanya Jaemin

"Kau ingin ayam? Baiklah. Aku tau dimana yang jual ayam enak. Jangan katakan pada orangtuaku tapi ayam disana lebih enak daripada masakan eomma" ucap Jeno bercanda.

"Baiklah. Aku bukan tukang pengadu. Ayo! Bawa aku kesana. Aku penasaran dengan seberapa enak ayamnya sampai putra dari pemilik kedai ayam mengatakan lebih enak dari kedai orangtuanya hihihi" ucap Jaemin.

"Oke. Let's go!"

Sebuah kedai yang tidak begitu ramai. Lokasinya sedikit sulit dijangkau. Mereka harus berjalan kaki dan memasuki gang kecil karena tidak bisa dijangkau dengan mobil. 

Sret~

Jaemin yang awalnya merasa sedikit dingin sejak keluar dari mobil kini merasa hangat. Ada sebuah jas yang menutupi bahu dan lengannya. Jaemin menatap Jeno.

"Dingin ya? Kau beberapa kali mengusap-usap kedua tanganmu" ucap Jeno.

"Aku memang tidak begitu menyukai udara dingin. Terimakasih" ucap Jaemin mengeratkan jas Jeno. Jas itu nampak sangat besar di tubuh Jaemin. Jeno yang melihatnya menjadi tertawa kecil.

"Apanya yang lucu?"

"Kau terlihat tenggelam dalam jas itu. Aiggoo~ katakan padaku. Kau sebenarnya masih SD kan? Mana mungkin sudah lulus SHS tapi badannya sekecil ini" ucap Jeno meledek. Jaemin yang kesal pun memukul lengan Jeno dengan brutal sampai Jeno mengaduh. Keduanya lalu tertawa kecil kala menyadari tindakan mereka diperhatikan orang-orang yang berjalan disekitar mereka. Keduanya menunduk malu.

"Itu kedainya" ucap Jeno. Tanpa sadar tangannya menggenggam tangan mungil Jaemin untuk masuk ke kedai tersebut.

Kedainya tidak begitu besar, mirip dengan milik orangtua Jeno. Tidak banyak pengunjung yang datang. Hanya ada 2 pasang pengunjung. Jeno menuntun Jaemin untuk duduk di baris kedua dari belakang. 

Partner ~ NOMIN (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang