Partnya agak pendek ya hehehe ^^
***
Jeno sedang duduk di ruangan Jaemin sendirian. Si pemilik ruangan sedang ada keperluan dengan salah satu divisinya. Jeno yang merasa tidak begitu dibutuhkan disana pun memilih kembali ke ruangan Jaemin. Sendirian kaena Wendy ikut bersama Jaemin.
"Hah~ Rasanya sudah lama sekali aku tidak sesantai ini" monolog Jeno. Ia memilih membaringkan diri dan mulai membuka salah satu aplikasi permainan di ponselnya.
Hari ini jadwal Jaemin memang tidak begitu padat. Oleh karena itu Jeno sendiri bisa sesantai ini. Jaemin hanya memiliki jadwal secara internal saja tanpa ada jadwal keluar. Tidak ada rapat. Ia bertemu salah satu divisi ini pun karena Jaemin ingin memantau seberapa jauh projek yang sedang mereka kerjakan. Sebenarnya, Jaemin bisa saja libur hari ini. Tapi karena orangnya yang terlalu bekerja keras membuatnya tidak mau libur barang sehari saja. Padahal Jeno sudah sempat sedikit memaksanya untuk mengambil libur karena jadwalnya yang padat sebelumnya. Namun karena tidak mau kembali berebat yang bisa menimbulkan pertegkaran hebat, Jeno akhirnya memilih menyetujui Jaemin untuk tetap bekerja.
Ekhem~
Suara dehaman berhasil mengambil alih fokus Jeno yang sejak tadi terpusat pada game di ponselnya. Ia menemukan Wendy berdiri disampingnya sambil melipat tangannya di depan dada. Jeno pun memilih keluar dari gamenya dan mengubah posisinya menjadi duduk.
"Enak sekali ya bisa bersantai seperti ini" cibir Wendy.
"Kalau mau ya jadi personal asisten saja. Jangan jadi sekretaris" ucap Jeno membalas. Wendy berdecih kala mendengar jawaban Jeno.
"Kenapa kembali? Sudah selesai?" tanya Jeno.
"Sudah. Kau tidak lihat dia sudah kembali ke mejanya?" tanya Wendy balik. Ia menunjuk ke arah Jaemin yang nampak sudah kembali fokus dengan beberapa berkas di depannya. Tidak banyak, namun karena sedikit ia akan memilih memeriksanya dengan lebih teliti.
"Sejak kapan kalian kembali?" tanya Jeno heran karena melihat Jaemin sudah tenggelam bersama berkas di mejanya.
"Sekitar 15 menit yang lalu. Kami terus memandangimu yang sibuk dengan gamemu itu. Tapi kau tidak menyadari kehadiran kami. Makanya Jaemin memilih kembali bekerja dan aku baru menghampirimu setelah beridiam diri cukup lama" jelas Wendy. Jeno menganggukkan kepalanya.
"Ngomong-ngomong..." Wendy menjeda ucapannya. Ia berbicara setelah duduk di kursi sebelah Jeno.
"Ada apa?" tanya Jeno heran.
"Bagaimana hubunganmu dengan Jaemin?" tanya Wendy penasaran.
"Kau tahu maksudku bukan yang akan kau bicarakan sekarang" sahut Wendy saat Jeno akan menjawabnya. Ia sudah mengenal Jeno cukup lama. Sudah dipastikan Jeno akan menjawab dengan menghubungkannya dengan pekerjaan. Padahal yang dimaksud Jeno bukan itu, melainkan hubungan secara personal.
"Kau bilang ingin menikahinya bukan? Kau bercerita begitu padaku sebulan yang lalu. Tapi aku lihat sampai sekarang kau tidak ada pergerakan sama sekali" ucap Wendy sedikit mencibir.
"Belum waktunya. Kamis minggu depan nanti. Aku akan melamarnya dan menikah di hari Minggunya" jawab Jeno dengan santai. Berbeda sekali dengan Wendy yang nampak terkejut setelah mendengarnya.
"Kamis depan? Dan apa tadi kau bilang? Mau langsung menikah hari Minggunya?" tanya Wendy tidak percaya.
"Yap! Aku butuh bantuan sedikit darimu noona saat hari-H nanti. Jadwal untuk hari kamis tidak begitu sibuk kan? Aku akan melamarnya sore hari. Lalu hari Minggunya karena tidak ada janji temu dengan kolega maka tolong buat libur untuk hari itu. Kalau bisa sabtunya juga" jawab Jeno.
"Kau gila? Bagaimana bisa kalian bertunangan hanya dalam waktu beberapa hari saja. Memangnya menikah tidak butuh waktu untuk menyiapkannya apa?" tanya Wendy agak kesal. Sebenarnya ia tidak paham dengan pola pikir Jeno.
"Itu sudah cukup. Begitu ia menerima lamaranku di hari Kamisnya, malamnya kami bisa memilih desain gaun untuknya. Lalu hari Jumat pagi bibiku akan kesini untuk mengukurnya. Dia sudah menyanggupi akan menyelesaikannya dalam sehari. Lalu hari Sabtunya Jaemin bisa mencobanya sekaligus melihat dekorasi. Aku sudah menyewa sebuah gedung untuk pernikahan itu. Aku juga sudah menentukan dekorasinya dan aku yakin Jaemin akan menyukainya karena sudah aku sesuaikan dengan seleranya. Tinggal hari Minggunya kami menikah" jelas Jeno.
"Woah... kau benar-benar gila. Bagaimana kalau dia tidak menerimamu?" tanya Wendy terperangan.
"Aku yakin dia akan menerimaku" ucap Jeno dengan percaya diri.
"Memangnya tidak mau menyebar undangan? Kau pikir orang-orang tidak sibuk apa?" tanya Wendy.
"Tidak perlu mengundang banyak orang. Hanya orang-orang terdekat saja. Aku sudah memberitahu seluruh keluargaku. Aku juga sudah memberitahu keluarga Jaemin dan memintanya untuk merahasiakan dari Jaemin sampai aku melamarnya" tambah Jeno.
"Hah... terserah padamu. Kalau akhirnya kau ditolak itu bisa berakibat buruk pada keluargamu. Hah~ kalau sampai itu terjadi, jangan menangis dihadapanku. Kau yang sudah mengambil keputusan besar ini" ucap Wendy sudah lelah. Dia tidak memahami pola pikir Jeno untuk yang satu ini.
Keduanya sama-sama menatap Jaemin yang sama sekali tidak melirik mereka. Bahkan saat Wendy terkesiap akan jawaban Jeno tadi. Meskipun begitu Jeno justru merasa lega karena artinya Jaemin tidak mendengar pembicaraan mereka. Kemungkinan rencananya bisa berjalan dengan baik. Semoga.
***
TBC
Mian typo bertebaran ^^
Votement juseyo~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner ~ NOMIN (GS)
RomanceJaemin itu partner Jeno. Jeno itu partner Jaemin. "Mau berpartner dengan ku?" "Untuk?" "Segalanya"