Hari yang ditunggu pun tiba. Hari Kamis dimana jika sesuai dengan rencana Jeno, maka ia akan melamar Jaemin sore ini. Seharusnya begitu. Tapi justru yang Wendy lihat pagi ini jauh dari ekspetasinya. Entah apa yang terjadi pada keduanya, sejak kemarin siang keduanya nampak tidak banyak berinteraksi. Lebih tepatnya setelah jam makan siang dimana keduanya memilih makan hanya berdua. Namun saat kembali ke kantor, Wendy justru melihat wajah Jaemin yang nampak kusut. Biasanya Jeno dan Jaemin akan berjalan beriringan, namun saat itu Jaemin berjalan lebih dulu. Jeno sendiri berjalan di belakangnya dengan jarak sekitar 10 langkah dengan wajah dingin dan datarnya.
"Bukankah Jeno akan melamarnya besok? Kenapa mereka malah terlihat seperti sedang bertengkar?" gumam Wendy saat Jeno dan Jaemin kembali ke kantor.
Wendy pikir, keduanya mungkin hanya ada sedikit perdebatan kecil yang menimbulkan kesal sesaat. Namun nyatanya tidak. Hari Kamis pagi Wendy datang seperti biasanya ke kantor. Tidak terlalu pagi namun bisa dibilang termasuk yang berangkat lebih awal dibanding waktu rata-rata kedatangan karyawan kantor Jaemin. Kegiatan paginya di kantor diawali dengan menyiapkan segela keperluan untuk hari ini. Tidak lupa menata berkas-berkas penting di meja Jaemin serta mengurutkannya.
Saat membuka pintu ruangan Jaemin, ia terkejut saat mendapati Jeno sudah ada disana. Berbaring di sofa dengan penampilan yang bisa dibilang sangat buruk. Rambut acak-acakan, wajahnya kusut, jas yang tergeletak di lantai sebelah sofa, lalu kemejanya yang sudah tidak beraturan dengan kancing teratas sudah terbuka. Mungkin jika ada orang yang melihatnya akan menganggapnya seksi? namun bagi Wendy itu justru terlihat mengenaskan. Ditambah wajah kusut Jeno dan juga kantung mata yang terlihat jelas.
"Ada apa denganmu? Sejak kapan kau disini? Jangan bilang kau tidur disini? Kalau aku tidak salah itu baju yang kau pakai seharian kemarin bukan?" tanya Wendy.
Jeno mengubah posisinya menjadi duduk. Menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Matanya yang sebelumnya terbuka justru ia buat menutup. Semua pergerakannya dilakukan dalam tempo lambat dan terus mendapat tatapan dari Wendy.
"Kau ini kenapa hah?" tanya Wendy yang agak kesal karena pertanyaannya tidak segera dijawab Jeno.
"Jaeminie marah padaku" ucap Jeno dengan nada lesu.
"Kupikir dia hanya akan marah sebentar. Tapi ternyata sampai saat ini dia terus mengabaikanku. Noona tau? Kemarin dia bahkan memintaku turun dijalan saat kami dalam perjalan pulang. Dia berkata dengan sangat dingin dan tidak mau menatapku sama sekali. Lalu dia segera pegi begitu aku turun dari mobilnya" cerita Jeno.
"Kalian bertengkar sejak makan siang kemarin?" tanya Wendy memastikan.
Jeno menjawab dengan anggukan kepala pelan. Wendy yang melihat itu merasa iba. Baru kali ini Jaemin marah sampai mengusir Jeno. Biasanya kalau marahan pun paling hanya saling diam. Itu pun hanya sebentar. Paling lama besok paginya mereka sudah kembali baikan dan menempel layaknya perangko dengan surat. Wendy memilih duduk di sofa yang berhadapan dengan Jeno agar lebih santai untuk berbicara. Mumpung Jaemin belum berangkat dan tidak ada jadwal yang sangat penting pagi ini jadi Wendy bisa sedikit bersantai.
"Memangnya apa yang kau lakukan sampai Jaemin semarah itu? Biasanya dia tidak akan marah selama ini. Bahkan sampai mengusirmu dari mobilnya" tanya Wendy. Jeno memebenarkan posisi duduknya. Duduk tegak namun kakinya ia naikkan dan dilipat diatas sofa.
"Aku juga tidak tahu. Aku hanya sedikit menjahilinya. Kemarin saat kami makan bersama, aku dengan sengaja memesankan strawberry smoothies dan juga cake strawberry. Tapi aku juga memesankan sesuai yang ia inginkan. Itu hanya tambahan saja. Namun dia justru marah dan memilih pindah meja dengan membawa pesanannya. Setelahnya dia mengabaikanku. Noona lihat kan kemarin setelah makan siang itu dia tidak mau berbicara apapun denganku kecuali hal yang benar-benar penting. Dia mengabaikanku. Bahkan dia juga menolak panggilanku semalaman ini. Tadi aku sudah ke rumahnya untuk menjemputnya. Tapi dia menyuruhkan pergi dan bilang akan berangkat sendiri" ucap Jeno bercerita. Ekspresinya terlihat sedih dan juga sedikit frustasi.
"Ini terdengar aneh. Jaemin tidak mungkin semarah ini jika hanya karena strawberry smoothies dan juga cake strawberry. Pasti ada hal lain yang kau lakukan" ucap Wendy tidak mempercayai Jeno.
"Aku juga berpikir begitu. Tapi seingatku aku tidak melakukan kesalahan apapun selama sehari kemarin selain sedikit menggodanya dengan memesankan itu" ucap Jeno yang terlihat kebingungan.
"Mungkin ka-"
Ceklek~
Ucapan Wendy terhenti kala suara terdengar suara pintu terbuka. Jeno dan Wendy sontak menoleh ke arah sumber suara. Terlihat Jaemin yang berdiri disana. Sepertinya ia juga sedikit terkejut karena melihat ada Wendy dan Jeno di dalam ruangannya. Tidak berlangsung lama karena setelahnya Jaemin segera kembali melanjutkan langkahnya. Wajahnya nampak dingin tanpa ekspresi. Ia juga tidak lagi menatap Jeno maupun Wendy.
"Wendy-ssi! Tolong bersihkan ruangnku tanpa suara. Setelahnya bisa keluar. Karena hari ini tidak ada jadwal penting jadi aku hanya ingin fokus dengan berkas-berkas di ruanganku tanpa gangguan sedikitpun" ucap Jaemin dengan tegas.
Jaemin meletakkan tasnya disamping mejanya. Melepaskan blazernya dan menyampirkan di kursinya lalu duduk di kursi kebesarannya. Setelahnya ia mengeluarkan airpods dari laci mejanya dan memakainya. Menyambungkan dengan ponselnya. Setelah dirasa nyaman ia segera mengambil berkas diatas mejanya. Belum sepenuhnya karena sebagian masih ada ditangan Wendy.
"Ini beberapa berkas yang harus anda periksa, Sajangnim" ucap Wendy yang segera menuju meja Jaemin.
"Hmm. Tolong buatkan aku kopi tanpa gula lebih dulu. Aku harap benar-benar tidak ada suara lagi setelah ini" ucap Jaemin dengan tegas. Wendy mengangguk dan segera keluar untuk membuatkan kopi. Jaemin sedang dalam mode sangat serius. Ia tidak mau kena semprot jika melakukan kesalahan sedikit saja.
Disisi lain, Jeno masih tetap pada posisinya. Duduk di sofa dan memandangai Jaemin yang sepenuhnya mengabaikan keberadaannya. Cukup lama tetap dalam posisi seperti itu. Sampai Wendy kembali masuk dengan segelas besar kopi pahit tanpa gula sesuai dengan selera Jaemin. Jeno bangkit. Ia mengambil alih kopi ditangan Wendy. Wendu tentu saja hendak protes karena hal itu bisa menimbulkan kemarahan Jaemin. Namun ia urungkan karena jika ia berdebat dengan Jeno, maka kemungkinan Jaemin akan lebih murka.
"Terimakasih. Kau bisa keluar setelah membantu Wendy-ssi membersihkan meja itu. Lain kali segera bersihkan begitu selesai makan" ucap Jaemin dingin.
Jeno meletakkan gelas kopi itu dengan perlahan berharap Jaemin mau menatapnya barang sebentar. Namun ternyata gagal. Akhirnya ia berbalik untuk membantu Wendy membersihkan meja dan sofa tamu di ruangan Jaemin. Itu ulahnya. Karena ia merasa frustasi dan kesal, jadi semalaman dia memesan banyak makanan dan minuman. Semua bungkus dan bekas wadahnya masih ada diatas meja.
"Noona~" Jeno merengek begitu keduanya keluar dari ruangan Jaemin dengan dua kantung kresek berisi sampah-sampah Jeno.
"Lihat kan? Dia masih marah padaku. Bahkan mengusirku" ucap Jeno mengadu layaknya anak kecil. Dalam hati Wendy tertawa melihatnya karena Jeno nampak seperti anak kecil yang baru saja dimarahi orangtuanya.
"Sudah. Pulang dulu sana dan bersihkan dirimu. Nanti baru kembali ke sini. Jaemin bisa semakin marah karena penampilan burukmu. Jeno pun akhirnya menurut. Langkahnya terlihat gontai dengan wajah yang super kusut. Jasnya pun ia bawa dengan asal-asalan.
***
TBC
Mian typo bertebaran ^^
Votement juseyo~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner ~ NOMIN (GS)
RomanceJaemin itu partner Jeno. Jeno itu partner Jaemin. "Mau berpartner dengan ku?" "Untuk?" "Segalanya"