Alhamdulillah, bisa selesai pula bab ini. Terima kasih yang sudah meninggalkan jejak ❤.
Happy membaca. 😍
======================
FlashbackEmpat hari setelah sakit.
Yuda kembali beraktivitas seperti biasa. Selama sakit dan istirahat di rumah, ada beberapa rencana pengembangan usaha yang tertunda. Meski tidak ke kantor, Yuda tetap memantau dari jarak jauh. Beruntung dia memperkerjakan karyawan yang loyal dan bisa diandalkan. Semua itu tak lepas dari sikapnya dalam menjaga hubungan baik dengan para pegawainya. Yuda yang bijaksana dan demokratis.
Malam itu dia tidak balik ke rumah. Begitu jam kantor berakhir, Yuda memutuskan memesan makanan untuk makan malam. Selain ingin menyelesaikan pekerjaan yang mendesak, untuk sejenak Yuda ingin sendiri. Ada yang tidak biasa di hatinya dan yang pasti kerinduan pada almarhumah istrinya.
Lampu temaram di ruang istirahat kantor menambah sepi suasana malam yang dingin. Hampir tanpa kedip, Yuda menyelisik foto yang terpajang di dinding. Gambar istri yang dicinta dalam balutan baju takwa sedang tersenyum memandang wajah Yuda. Tangan keduanya bertaut erat seakan tiada terlepas. Namun, ternyata takdir berkata lain. Meski telah ikhlas, Yuda tetap setia dengan janjinya.
Sekian menit berlalu, tanpa sadar sudut bibirnya terangkat ke atas. Seolah-olah sang pujaan hati tengah membersamai. Yuda merasakan kerinduan yang tiada usai, kemudian menghadirkan almarhum Lia dalam relung hatinya.
"Aku kangen. Kamu pasti tahu itu. Aku akan menjaga hati ini buat kamu, Sayang." Batin Yuda berucap. "Suatu saat anak kita harus tahu memiliki mama yang hebat seperti kamu."
Setelah puas memandangi gambar tersebut, langkahnya mendekat ke ranjang. Rasa penat bekerja dalam kondisi kurang fit memang berdampak kurang nyaman. Yuda merebahkan tubuhnya di sana dan berharap bisa terlelap.
Kehidupan yang telah dijalani memang tampak wajar dari sisi luar. Sebagai seorang pengusaha sukses yang memiliki masa depan mapan dan sosok ayah yang diandalkan, Yuda tampak sempurna. Prinsip tidak akan menikah lagi, ternyata menambah nilai tersendiri bagi sebagian rekan dan kolega yang mengenalnya. Tak jarang memberi label lelaki setia tingkat dewa. Padahal, orang-orang tersebut mungkin tidak pernah tahu bagaimana remuk dan hancurnya seorang Yuda.
Seperti malam itu, di saat Yuda tengah meringkuk dalam kondisi belum sehat, dia menjalani dalam kesendirian. Usap hangat tangan istri tiada lagi ada yang menemani. Yuda berusaha tidak mengeluhkan takdir terbaiknya setelah terpuruk dan membuat Kalila tidak terawat dengan baik.
Lewat jam dua belas, Yuda baru bisa memejamkan mata. Reaksi obat flu membantunya untuk beristirahat. Terdengar lirih bibirnya menyebut nama almarhumah istrinya.
"Kamu kangen aku, Mas?" Lembut suara Lia menyapa.
"Banget. Kamu nggak kasihan sama aku?"
"Ayolah ... jangan terus begini. Aku ikhlas, kalau Mas menikah lagi. Aku ikhlas dan bahagia. Mas, dengar, kan? Aku bahagia kalau Mas juga bahagia."
"Lia ... Lia ... Amelia ...."
"Menikahlah lagi, Mas. Aku nggak marah. Menikahlah lagi, Mas!"
"Lia ... Lia ... Amelia, jangan pergi!"
Yuda terbangun dengan napas tidak teratur. Mimpi yang seolah-olah nyata membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Yuda kemudian terduduk dan meraih gelas di nakas dan meminumnya tiga kali tegukan.
Setelah merasa lebih baik, Yuda kembali merebahkan badan. Kali ini tangan lelaki itu menjadi bantal kepalanya. Matanya masih terbuka sembari mengingat mimpi pertemuannya dengan Amelia. Bunga tidur yang tak biasa buat Yuda, karena sebelumnya tidak pernah bermimpi demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI TERBAIK
RomanceAmalia Patmasari (27 tahun) dalam doanya berharap mendapat pendamping hidup seorang suami yang baik budinya dan penyayang. Seorang lelaki terbaik yang menghargainya sebagai teman hidup, dan bukan pelengkap hidup. Semua karena trauma masa lalu ibunya...