"Rindu itu hanya bisa ditebus dengan kata jumpa, tetapi apa daya karena kau telah pergi selamanya. Di mana kutemukan rindu itu?"
===========================
Yuda sedikit merasa lega setelah melihat putrinya tertidur di pangkuan bik Amri. Mungkin karena kelelahan menangis selama perjalanan balik dari swalayan. Sekaligus menahan kecewa karena kehilangan perempuan yang mirip dengan mamanya.
Kalila hampir saja tidak mau pulang ke rumah bila tidak dengan sang mama. Tangis dan rengekannya mereda saat Yuda berjanji akan mencari mamanya sampai ketemu.
Kalila pun menurut sembari memperjelas apakah ayahnya sungguh-sungguh atau tidak. Bocah mungil yang bersekolah di TK A itu mengajak ayahnya berjanji dengan saling mengaitkan jari kelingking. Ucapan Kalila pun laiknya orang tua yang memberi nasihat 'Janji harus ditepati dan nggak boleh bohong'.
Meski belum tahu apa yang akan dilakukan dengan janjinya pada Kalila, minimal dia bisa menenangkan kecemasan putrinya. Sampai waktu menunjuk pukul 00.10 menit, lelaki yang enam tahun menduda itu belum bisa memejamkan mata. Tidak habis pikir dengan perempuan yang berhasil menghipnotis Kalila. Setidaknya bila putrinya bersikukuh dia adalah mamanya berarti secara fisik wajah jelas ada kemiripan. Lalu siapakah perempuan yang dengan cepat membuat Kalila yakin dengan penglihatannya.
Sembari menaikkan kaki di atas meja dan badan menyender pada kursi, Yuda memejamkan mata. Sebenarnya lelah mendera lahir lelaki pemilik iris mata legam itu. Secara batin, Yuda sekuat tenaga untuk tetap bertahan dengan prinsipnya semenjak istrinya tiada. Menjadi lelaki setia pada almarhum Lia hingga ajal menjemput. Walau pun tidak memungkiri di saat jiwanya merindukan kehadiran sosok perempuan, Yuda harus puas memandangi foto mendiang istrinya atau berkunjung ke makam. Berbincang sendiri dalam waktu yang tak berjeda. Sejenak, bila telah terpuaskan dia akan tersenyum pulang setelah mengusap nisan Amelia. Terkadang tanpa sadar mengecup dengan titik bening di pipi.
Namun, tak mungkin niatnya menyembunyikan kepergian Lia yang selamanya pada Kalila akan berjalan sesuai rencana. Sekarang saja Kalila terus bertanya, kenapa mama tidak pernah menjenguknya bila pergi untuk sebuah urusan. Tidak seperti mama teman-temannya yang lain. Sebuah pemikiran yang lazim pada anak-anak yang tidak mengerti kebenaran tentang mamanya.
Semua itu Yuda lakukan untuk kebaikan Kalila sementara waktu. Bila telah cukup memahami, akan diceritakan semuanya. Maka, tak seorang pun di keluarga yang berani mengatakan kisah kepergian Amelia. Namun, faktanya kini diluar perkiraan.
"Lia ... apa kamu punya kembaran? Anak kita melihatmu tadi malam. Kal nggak mungkin bohong dengan apa yang dilihat. Sayang, jawablah pertanyaanku? Di mana aku harus mencari perempuan kembaranmu itu?" gumam Yuda dalam renungannya. Terbayang senyum istrinya yang manis dengan deretan gigi mentimunnya yang rapi.
Ketukan di pintu kamar membuat Yuda tersadar dari bayang Amelia. Sembari menghela napas panjang dia menurunkan kaki. Hidupnya memang kehilangan separuh nyawa yang tidak mudah menjalani. Kalila lah cahaya yang membuatnya sanggup menatap masa depan meski tanpa sosok Lia.
"Kal?" Yuda terkejut mendapati putrinya berdiri sembari menggendong boneka beruangnya. Segera dia merendahkan badan agar sejajar dengan Kalila.
"Ayah ... mama?" Ucap Kalila dengan mata mengerjab.
"Sini ... sini, Ayah peluk anak Ayah. Upst! Masih ngantuk kok, malah udah bangun. Mau bobok sama Ayah, kan?" Tangan lelaki itu mengangkat kuat tanpa menjawab pertanyaan.
"Iya, mau bobok sama Ayah."
Yuda merebahkan tubuh Kalila perlahan di atas ranjang. Tubuh mungil itu lantas diselimuti sembari ikut tidur di samping putrinya. Kalila yang menguap lalu menatap wajah sang ayah. Sorot matanya seakan menunggu jawaban ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI TERBAIK
RomanceAmalia Patmasari (27 tahun) dalam doanya berharap mendapat pendamping hidup seorang suami yang baik budinya dan penyayang. Seorang lelaki terbaik yang menghargainya sebagai teman hidup, dan bukan pelengkap hidup. Semua karena trauma masa lalu ibunya...