002

2.2K 241 6
                                    


          Di ingatkan, di akhir bab ini ada Author Note's, mohon dibaca ya teman-teman 🤗 

Enjoy!










-Typo bertebaran;

      Paginya, sepasang pengantin baru itu bergegas bersiap untuk pulang ke rumah Mario dan Sasa saat dulu.

Bukan tanpa alasan, mengingat mereka berdua yang menikah tak berbekal persiapan apa-apa.

Bahkan, saat resepsi saja sangat bernuansa sederhana, bertempatkan di hotel biasa. Sangat berbeda sekali dengan pernikahan Mario dan Sasa dulu.

Harap-harap saja semoga hal baik selalu menyertai pasangan ini kedepannya.

"Mas, kita ga mampir dulu ambil adek?," Saat ini, mereka berdua berada di dalam mobil dalam perjalanan menuju pulang, setengah jalan dari Hotel - Rumah Mario;

     Pmelewati jalan yang menuju ke rumah orang tua Mario, tempat anaknya di titip semalam.

"Mama bilang nanti siang mau ke rumah, jadi Nio sekalian dibawa nanti siang. Kita langsung pulang aja. Saya capek"

Jawaban si lelaki mengundang respon anggukan dari istrinya. Kemudian setelahnya kembali tak ada suara obrolan lagi, tergantikan nyaring suara radio mobil itu.

Ngomong-ngomong, Nio— Mahrenio Putra Arsen ; Anak laki-laki pertama Mario dan Sasa.

Malang nasib anak bayi tersebut, di usianya yang baru beberapa minggu, harus menerima takdir bahwa ibunya meninggal saat bertaruh nyawa melahirkannya.

Semua orang berduka tentu saja.

Awalnya, Mario marah besar saat mendiang Sasa berkali-kali menyinggung bahwa ia akan pergi.

Mario menganggap, itu hanya omong kosong belaka. Takdir tak di tentukan oleh manusia, sekalipun ia Dokter.

Dan mimpi? Baginya, mimpi itu hanya ilusi bunga tidur. Ia tak percaya ramalan-ramalan atau firasat dari hal tersebut.

Belum reda ia berduka, harus dipaksa menikah lagi dengan gadis yang tak pernah ada dalam benak Laki-laki itu.

Menikahi adik iparnya sendiri???

...."Maafin aku mas, hiks.. Hiks... Bukan tanpa alasan aku minta Haura sebagai penggantiku nanti. Aku cuma percaya sama dia buat nempati posisi ini. Aku ga percaya sama wanita lain yang kamu pilih nanti, aku ga rela! Hiks.. Hiks.. Selain kamu, ini juga buat kebaikan anak kita. Aku gamau dia dapat kasih sayang semu dari ibu tiri wanita lain selain Haura. Hiks! Aku mohon, mas.."

Begitu kalimat yang mendiang istrinya katakan hari itu. Tak ada pilihan lain untuk menolak, sebelum persalinan, Istrinya itu memaksa telapak tangannya untuk menggenggam telapak tangan Haura.

Dengan terpaksa, mereka berdua membuat janji pada Sasa untuk menepati permohonannya.

________________________________

        Memasuki perkarangan rumah mewah di sebuah perumahan yang cukup elit dari jajarannya. Di dalam garasi, sudah terparkir apik satu mobil hitam yang sudah sangat bisa ditebak mobil Ayah Mario.

Berarti, sedari tadi Ayah dan Ibu serta anaknya sudah dirumah terlebih dahulu. Lebih cepat dari perjanjian di pesan.

Dengan itu, segera Haura turun dan masuk tanpa menghiraukan Mario yang sedang memarkirkan mobil.

"Shalom. Selamat pagi!!"

Begitu sapanya terlihat ceria, seakan-akan kejadian kemarin bukannlah beban berat yang dipikulnya.

The Second || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang