018

2.3K 229 27
                                    

Sebenernya agak ngarep vote nya lebih banyak, tapi kayaknya belum bisa deh cerita acak kaya gini dapat segitu

Yaudah lah gapapa, maaf juga telat, ini baru pulang eval OSIS bela²in nulis, semoga kalian ga kecewa sama isinya yang makin kesini kayanya makin rancu.

____


S

uasana sarapan pagi kali ini terasa sangat sepi bagi Mario.

Yah walaupun di hari-hari biasanya pun tak jauh berbeda, namun rasanya didiamkan secara sengaja tak ayal membuat ayah satu anak itu tambah merasa hampa.

Sudah beberapa kali terdengar helaan napas, pun kedua bola matanya sudi berbolak-balik melirik kearah yang sama.

Haura masih pada tempatnya, memasak sarapan membelakangi sang suami yang sudah rapi duduk manis di meja makan.

"Gausah marah, yang lihat cuma saya."

Detik berikutnya Mario dibuat tersentak tatkala bunyi tutup panci seperti dijatuhkan sengaja dengan tenaga penuh.

Pria itu mengerjapkan matanya, takut-takut menilik kembali dimana sang istri menata makanan dengan gerakan tangan yang bisa dibilang kasar.

Pria itu mengerjapkan matanya, takut-takut menilik kembali dimana sang istri menata makanan dengan gerakan tangan yang bisa dibilang kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Baik. Jawaban Haura cukup membuat Mario mengerti.

Istrinya masih marah.

"Haura say—"

"Lupain mas, sarapan duluan aja. Aku mau mandiin Nio dulu."

Haura bahkan tak segan menunjukkan wajah datarnya, tidak biasa. Bahkan wanita itu berani memotong kalimat sang suami untuk pertama kali.

Lelaki itu kembali menghela napas, ini akan panjang pikirnya

Maka dengan langkah lebar ia berdiri segera menggapai sebelah lengan istrinya untuk berhenti.

"Haura saya minta maaf kalau kamu ternyata marah perihal kemarin. Saya minta maaf, bilang ke saya kalau kamu nggak nyaman atas perlakuan saya, bilang batasan mana saja yang saya nggak cukup berhak untuk ditujukan ke kamu, agar saya bisa lebih berhati-hati dan nggak menyinggung kamu baik sengaja atau bukan,"

Well, baru kali pertama ini Mario mau berucap panjang.

"Iya,"

Haura masih enggan memberi respon berarti. Yang mana membuat Mario semakin merasa resah.

"Serius? Kamu marah cuma karena masalah sesepele ini?"

Ganti sang wanita yang kini mendongak dengan kedua alisnya yang terangkat.

Apa katanya?

"Aku nggak marah mas."

"Kamu kayak anak kecil Haura, nggak seharusnya kamu marah sebegini nya,"

Haura mengangguk, tak lupa ia tersenyum sekilas yang mana menyadarkan Mario bahwa seharusnya kalimat tadi tak pernah diucap.

"Nggak—Haura, maksud sa—"

"Bentar ya mas,"

Begitu saja Haura berlalu melanjutkan langkah naik keatas menuju kamar dimana terdengar suara Nio menangis.

Sepertinya bayi belum genap setahun itu baru saja bangun namun tak menemukan keberadaan ayah atau ibunya.

Punggung Haura yang menghilang dibalik tangga mengundang Mario untuk kembali menghela napas.

Aneh, kenapa istrinya begitu sensitif pikirnya

Ditto's is Calling....

Lelaki itu menilik pada jam tangannya,  hari itu ia tak di beri kelambatan untuk kekantor.

Bagaimana pun ia masih harus menyelesaikan jadwal meeting paginya hari ini.

Persetan istrinya yang masih marah, Mario pikir Haura belum mau untuk ia bujuk dalam waktu dekat ini.

Maka ia putuskan memenuhi tanggung jawabnya sebagai atasan lebih dulu.

Nanti. Nanti setelah ia kembali kerumah untuk makan malam, ia pastikan Haura sudah mau kembali berbicara padanya.

————

"Nah udah, kita mandi dulu ya? Nio suka banget kan mandi di bath up? Iya dek??"

Sembari menanggalkan baju Nio, Haura sengaja mengajaknya berbicara agar bayi itu terdistrak perhatiannya pada suara sang ibu.

Jika tidak seperti itu, Nio akan awet rewel.

Bayi itu nemiliki kebiasaan jika bangun paginya menangis maka sudah menjadi pertanda seharian penuh dipastikan ia rewel.

Bayi itu nemiliki kebiasaan jika bangun paginya menangis maka sudah menjadi pertanda seharian penuh dipastikan ia rewel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

/Cklekk

"Haura saya berangkat, hati-hati di rumah, kalau kamu mau keluar izin dulu ke saya,"

Haura hanya diam, wanita itu terlihat masih disibuk'kan dengan popok sang anak.

"Maaf, saya salah bicara lagi. Hari ini saya harus ke kantor buru-buru,"

Pria  itu lantas berjalan mendekat pada istri dan anaknya, menunduk guna mengecup Nio beberapa kali sebagai pamitnya.

Cup!

"Jangan marah lama-lama, saya minta maaf. Nanti kita perlu bicara lagi,"

Dibalik pintu kamar yang kembali tertutup, sebelah tangan wanita itu meraba sudut bibirnya yang mana dengan sengaja dan tanpa diduga di kecup Mario.

TBC

————

Sel, 12/12/2023

Nulisnya dari sore, selesainya hampir tengah malem, ini pendek banget sih awokawok, besok lagi dilanjut berantem.

Voment makanya 👋











Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Second || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang