14 : Loving and kissing you

34 5 0
                                    

Aku lupa memberi tahu, hari ini aku tidak pulang bersama Bunda. Karena Bunda sudah kembali pada pekerjaannya, yah, cukup mengecewakan. Tapi tidak apa-apa, sudah biasa begini, bukan?

Aku duduk di halte bus seperti biasanya, mengambil ponsel dan earphone. Kemudian mengaitkan earphone tersebut ke telingaku.

Aku membuka aplikasi dengan logo berwarna hijau tersebut, dan terputarlah playlist yang biasa aku putar biasanya. Sembari menunggu bus yang entah kapan akan datang diriku di sana hanya diam sambil mendengarkan lagu dari ponselku.

Tapi jika dipikirkan lagi, bosan juga.

Jadi, aku ingin bercerita tentang hari ini, hari ini tidak terlalu buruk sebenarnya—terlepas dari kedatangan Taehyun yang dengan kirang ajarnya itu. Hari ini sebenarnya tidak seburuk itu.

Jisung tidak masuk sekolah entah mengapa, dan hari ini tidak ada perundungan terhadap Soobin. Aku bahagia sekali. Dan Soobin menikmati novel pemberianku, dia langsung membacanya. Wajahnya ceria sekali, senyum manisnya bahkan tidak pernah absen dari wajahnya.

Ingin kucium saja rasanya.

Ah, bercanda teman-teman.

Aku bercanda, serius.

Lalu dilanjut dengan hasil tes m
Matematika-ku minggu lalu mendapatkan nilai di atas KKM, padahal biasanya aku tidak pernah mendapatkan nilai di atas KKM saat tes Matematika. Maka dari itu aku senang sekali. Dan seperti biasa, si pintar Choi Soobin mendapatkan nilai sempurna, padahal pernah suatu hari Soobin mengatakan bahwa dia begitu membenci Matematika sampai ingin muntah saat melihat angka. Tapi nyatanya? Dia bahkan tidak pernah mengulang tes matematika karena nilainya sudah sempurna.

Dunia memang tidak adil sekali.

Lalu,

Apa lagi, ya?

Rasanya itu saja yang terjadi hari ini.

Puk!

"Ah?" Aku menoleh, eraphone-ku bagian yang kanan langsung terlepas begitu saja. Aku mendapati wajah seorang pemuda yang tepat berada di depan wajahku, benar-benar dekat.

Sosoknya hanya tersenyum sehingga dimple miliknya terlihat, matanya menyipit seperti bulan sabit, bibirnya melengkung sempurna.

Dan, kedua bola matanya yang bergetar-getar.

Laki-laki di depanku ini kemudian merapihkan rambutku dengan jarinya. Badanku seketika menegang dan jantungku berdegup seakan ingin keluar dari rongganya. Aku tidak menyangka perlakuan pemuda itu. Dengan canggung aku mengalihkan posisi kepalaku agar tidak terus bertatapan dengan wajahnya.

Menyadari bahwa aku mengalihkan pandangan Soobin beralih untuk duduk di sisiku. Berhimpitan, ah, tidak juga. Tetapi kakiku dengan Soobin sempat bersentuhan.

"Aku hanya ingin memastikan dirimu baik-baik saja."

Aku melirik, mengeja kalimat Soobin dengan pelan.

Tidak biasanya? Ada apa?

"Kenapa memangnya?"

"Aku takut Taehyun mengikutimu. Dia obsesif sekali."

Kedua pipi kurusku bersemu merah, "khawatir?"

"Iya."

Tetapi setelah aksi medebarkan tadi Soobin tampaknya lebih berani lagi, dia menyentuh telapak tanganku yang menganggur lalu menggegamnya dengan erat. Aku tahu, aku tahu ini sudah biasa. Tetapi ada yang aneh, benar-benar aneh. Aku tidak bisa menafsirkan tindakan Soobin.

Kemudian ketika aku kebingungan aku menemukan Soobin tersenyum begitu lebar.

Dan hari ini aku menemukan sesuatu.

Aku menemukan satu hal-yang tanpa disangka, masuk ke dalam jajaran seribu satu alasan bahagiaku hari ini.

Adalah senyum yang terpatri di manis wajah Soobin. Berkali-kali diriku melihatnya, rasanya tidak pernah sekalipun senyum itu berhenti membuat sensasi menggelitik di perutku.

Sebenarnya apa itu semua?

Jatuh cinta? Begitu?

"Song Juhee, mari hari ini kita saling mencintai."

Hah?

"Aku menyukaimu."

Alih-alih menjawab kedua bibirku masih saja membisu, kedua mataku menatapnya dengan bingung. Kenapa gamblang sekali? Apa semudah itu dia mengungkapkannya? Sedangkan aku? Aku saja masih kebingungan dengan semua perasaan yang aku alami akhir-akhir ini.

Masih tersenyum, Soobin tersenyum. Rasanya semakin menyebalkan saja.

Barulah ketika aku sudah membisu terlalu lama insan di depannya menoleh. "Wajahmu terlihat terkejut."

"Memang." ucapku pada akhirnya membuka mulut.

"Kau, mengapa mudah sekali mengatakannya?"

Surai hitamnya berantakan. Tertiup angin yang berhembus kencang hingga rambutnya terbelah acak di bagian poni. Aku tidak ingin salah fokus sekarang, tapi jujur saja Soobin itu sangat tampan.

"Apa karena aku gampangan? Apa karena aku—"

Cup!

Mataku membulat, binar-binar seterang lentera dalam kegelapan bergetar-getar dikedua pupiku yang masih terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mataku membulat, binar-binar seterang lentera dalam kegelapan bergetar-getar dikedua pupiku yang masih terbuka. Bibir lembut milik Soobin bersentuhan dengan bibir milikku.

Aku mencengkram ujung pundak kanan berupaya meredam rasa kalut yang datang tiba-tiba itu.

Ini ciuman pertamaku.

Aku mulai memejamkan mataku, kami saling mengunci untuk beberapa saat. Tidak ada nafsu, hanya lumatan lembut sebagai penyalur rasa cinta yang membuncah antara aku dan Soobin. Kemudian Soobin yang terlebih dahulu menyudahkannya.

"Ini juga ciuman pertamaku."

Perkataan Soobin seakan membalas semuanya penuturanku dalam hati.

Wajahku memerah padam, mataku masih memandangnya dengan rasa tidak percaya.

Seorang Soobin?

Menciumku?

Wahh, benar-benar tidak terduga.

"Aku sangat menyukaimu, Juhee."

── ⋅ ⋅ ── ✩ ── ⋅ ⋅ ──

dear sunshine, soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang