19 : Little monster

25 6 0
                                    

Di hari sejak kejadian malam itu Kak Juna didiagnosa mengalami trauma pascakematian Ayah sehingga kesehatan mentalnya sedikit terganggu, jadi aku memutuskan untuk memasukkannya ke dalam rumah sakit jiwa. Aku hanya ingin Kak Juna sembuh, aku tidak ingin membuatnya terus tersiksa dengan kejadian itu. Terlebih lagi saat ulang tahunnya.

Aku melipatkan kedua tanganku untuk menutup wajahku, pagi hari ini aku benar-benar tidak berselera untuk melakukan apa pun. Aku tidak ingin berbicara, atau pun memberi senyum kepada Soobin. Meski sekarang aku adalah pacarnya.

Trash!

"Rasakan itu bajingan!"

"Keparat miskin dan bisu sepertimu tidak pantas untuk Juhee-ku yang sempurna!"

"Enyahlah kau SIALAAANN!"

Sungguh, hari ini aku hanya ingin tenang dari segala masalah yang menimpa diriku, tetapi tampaknya para sampah sialan di koridor membangkitkan kemarahan seorang monster. Aku mendongkakkan kepalaku.

Menoleh ke samping, ke arah jendela penghubung antara koridor dan kelas. Aku melihat Kang Taehyun dengan rambut barunya yang nyentrik dan juga Park Jisung di sampingnya seperti seorang iblis yang sedang menyaksikan buruannya meronta.

"Para brengsek sialan," Aku segera bangkit. Minjeong di sampingku terkejut, dia membulatkan matanya menatapku yang sudah berjalan ke arah pintu.

Seperti biasanya, Minjeong sudah tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

Ceklek!

Trash!

Aku baru saja keluar dari pintu kelas tersebut, namun aku langsung disambut dengan guyuran air dingin yang membasahi tubuhku. "Ups, kami tidak sengaja, maaf, ya!" segerombolan siswi itu memandangku dengan remeh sedangkan Jisung dan Taehyun di seberang hanya asik pada mainan mereka.

"Jalang sialan, kalian sudah membangunkan monster." Aku mengambil langkah, menarik napas dan mulai menarik kerah pakaian ssalah satu siswi tersebut. Aku membaca namanya dari sebuah tanda pengenal di pakaiannya.

"Kim Minchae?" Aku tersenyum, tanganku yang masih menarik kerah pakaian itu langsung membanting tubuhnya sehingga menimbulkan suara yang cukup keras karena benturan tubuhnya ke lantai.

"Perkenalkan namaku, Song Juhee. Atlet Taekwondo medali emas." ucapku sok keren.

Aku beralih menginjak tulang kering kaki siswi bernama Kim Minchae itu, membuat sosoknya menggerang kesakitan. Kulihat matanya memerah mengeluarkan air mata, "sudah aku katakan kau membangunkan monster, sayang."

Semakin kukeraskan injakan kakiku pada tulang keringnya, hingga kulitnya mulai mengelupas karena permukaan sepatu yang aku kenakan.

Wajahku yang semula menatap wajah Minchae beralih, memandangi ketiga siswi yang masih setia memandangku. Aku melepas injakanku pada Minchae.

"Siapa yang melemparkan air?" tanyaku memelankan suara sembari berjalan mendekati mereka. Ketiganya bergetar ketakutan, ada dua gadis yang berlindung di balik punggung satu gadis yang paling mencolok. Dan kebetulan dia yang memegang ember berisi air.

"Kau, rupanya?"

"Hong Ryuna." ucapku mengeja namanya dari tanda pengenal seragamnya. "Kau cantik juga, ya."

Plak!

Wajah gadis bernama Ryuna itu sepenuhnya beralih, rambut hitamnya berkibas ketika telapak tanganku menampar pipinya. Ia memegang pipinya yang memerah dan berkedut nyeri.

"Sungguh aku tidak ingin melakukan ini semua, tapi kalian memancingku." kunaikkan kaki kananku lalu menendang perut siswi itu hingga tubuhnya menghantam tembok. Hidungnya sudah mengeluarkan darah, tapi aku tetap tidak akan pernah menghentikannya. Aku sungguh marah.

dear sunshine, soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang