Yeon-Bin : Talking

26 1 0
                                    

28 November 2018

Suasana tenang tanpa adanya interupsi suara percakapan orang-orang membuat langkah kaki dapat terdengar walau sedikit samar.

Tentu perpustakaan adalah tempat yang tepat bagi siapa saja yang ingin memperoleh ketenangan maksimal atau kegiatan membaca dengan sunyi tanpa gangguan insan sekitar.

"Permisi, aku boleh duduk di sini tidak?" sampai akhirnya sebuah suara tertuju pada pemuda bersurai hitam legam, kepalanya terangkat dan mengalihkan pandangan dari buku bacaan ke arah seorang pemuda bersurai hitam mengkilat yang baru saja berbicara pelan padanya. Seolah tak ingin terlihat mengganggu sebab lokasi yang hendak ia tempati merupakan titik ternyaman dari ruang perpustakaan.

Choi Yeonjun.

Lalu Soobin menuliskan sesuatu di buku notes kesayangannya, "boleh."

"Terima kasih, maaf kalau kedatanganku mengganggumu."

Pemuda surai hitam, Soobin, terkekeh pelan sembari mengangkat satu tangan dengan memberi gestur abstrak, seperti melambai memberi arti bahwa ia tidak masalah sama sekali.

Obrolan pembuka diakhiri dengan anggukan dari Yeonjun seraya mengambil tempat duduknya. Ia mulai menaruh sebuah buku yang diperkirakan ratusan halaman sebab tampilannya terlihat tebal. Entah, ekor mata Soobin melirik bahwa buku itu merupakan jenis non-fiksi, ia yakin isinya kemungkinan berat, dilihat dari sampul dan judulnya.

Sekitar tiga puluh menit berlalu, suasana masih berlangsung seperti awal, hening dan tiada perubahan. Bertambahnya satu eksistensi yang ikut bergabung dalam tempatnya membaca tidak memberi pengaruh apa pun.

"Aku kemarin lalu aku baru saja ditolak Juhee, loh." Yeonjun menutup buku novel bacaannya lalu Soobin mengalihkan sedikit perhatiannya kepada Yeonjun.

"Sepertinya, dia juga menyukaimu." Soobin tersenyum. Tangannya tergersk untuk menuliskan sesuatu. "Bagaimana kau bisa tahu?"

"Semua orang pasti tahu, Juhee itu memang menyukaimu sejak awal. Pandangan matanya terhadapmu itu berbeda sekali."

"Memangnya, kami sedekat itu, ya?"

Yeonjun mengagguk, "sangat dekat, sampai sangking dekatnya banyak orang yang menyimpulkan kalian sudah berpacaran."

Soobin terkekeh kecil. "Kau tidak cemburu?"

"Rasa-rasanya sedikit tidak pantas jika aku cemburu untuk sahabatku yang sedang bahagia bukan?" lantas Soobin menggeleng, "seorang sahabat juga masih seorang manusia. Itu wajar."

"Apa yang membuatmu menyukai Juhee?" tanya Yeonjun mulai membangun atmosfer yang bagus diantara keduanya. Soobin meletakkan buku bacaannya untuk fokus merespon Yeonjun.

"Dia mirip seperti diriku saat aku masih kecil."

"Jadi kupikir kami pasti akan cocok, dan Juhee adalah satu-satunya orang yang mau memperdulikan keberadaanku di sekolah ini."

"Kalau kau sendiri?"

"Kalau aku ... Juhee itu adalah satu-satunya gadis yang memahamiku secara fisik dan batin. Aku mengalami depresi saat SMP karena orang tuaku selalu bertengkar setiap hari, dan ketika aku hendak mengakhiri hidupku Juhee datang untuk menyadarkanku arti kehidupan yang sebenarnya."

"Juhee itu hanyalah seorang gadis manis yang bisa kapan saja membuat seseorang di sampingnya akan merasa nyaman, terlepas dari sifat keras kepalanya."

Soobin mengagguk setuju, "itu benar."

Lalu hening kembali, Soobin srdang bingung ingin kembali berbicara apa.

"Ah, benar. Kudengar kau suka puisi, ya?" kembali Yeonjun yang membuka pembicaraan dan Soobin yang hanya mengikuti alur.

"Benar, mau lihat?"

"Bolehkah? Tentu saja aku mau!"

Soobin tertawa tanpa suara, dia membuka buku warna hitam yang selalu ia bawa kemana-mana. "Buka saja, aku baru menulis dikit."

Yeonjun menerima buku berwarna hitam tersebut dengan senang hati.

"Buku ini hanya bisa dilihat oleh orang tertentu, lho."

"Kenapa begitu?"

"Tidak ada alasan spesik, sih, tapi aku hanya ingin seseorang yang dapat melihat puisiku merasa dirinya spesial, karena tidak semua orang bisa melihat dan membacanya."

Hati Yeonjun mendadak menghangat.

Choi Soobin itu memang layak untuk disandingkan dengan Juhee.

Tutur katanya, prilakunya, catanya memandang lawan bicaranya yang hangat. Yeonjun sadar, Soobin ini berbeda.





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
dear sunshine, soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang