26 : Minjeong and Yeonjun

24 3 0
                                    

Lima menit setelah bel listrik
berdering panjang dan nyaring di seluruh lorong sekolah, murid-murid bergembira—sebuah pertanda bahwasannya seluruh kegiatan formalitas di kelas telah usai—pun hal lain yang membuat hati berbunga: hari ini adalah musim ujian. Siswa mana yang tak merasa lega karena terbebas dari belenggu soal ulangan, yang kadangkali beberapa di antaranya tidak diajarkan di dalam kelas?

Pengawas ujian sudah menghilang dari depan kelas. Beberapa teman kelasku turut meninggalkan ruangan, ada yang masih menongkrong di dalam hanya sekedar untuk merumpi atau melepas keluh resah. Sementara aku sibuk merapikan barang ke dalam tas jinjing.

Aku akan bersiap-siap untuk mengunjungi Soobin dan sahabtku—Yeonjun.

"Juhee!"

"Ya?"

"Mau ke rumah sakit lagi?" tanya Minjeong penasaran. "Iya, dong. Seperti biasa. Mau ikut?" tanpa diduga Minjeong menganggukkan kepalanya. "Tumben?"

"Ingin saja."

"Oke!"

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

Aku berjalan di koridor rumah sakit, tangan kiri sibuk menenteng salad buah yang baru aku beli saat perjalanan menuju rumah sakit. Sedangkan Minjeong di sampingku membawa buku-buku tebal di genggamannya.

"G-Gyu!" panggil Minjeong kewalahan dengan berat buku yang berada di genggamannya. Lelaki yang di panggil segera berjalan cepat menuju suara yang memanggilnya. "Tolong bawakan buku ini, huh! Berat sekali!" Aku tertawa kecil, "lagipula bawa buku banyak-banyak, sih?" sungutku.

"Soobin harus ikut ujian setelah sembuh tahu, sudah hampir dua minggu di tidak hadir. Aku khawatir nilainya menurun. Mau bagaimana pun juga, aku harus memiliki pesaing untuk ujian kenaikan. Rasanya bosan jika tidak ada saingan seperti ini."

Wah, ini pertama kalinya aku mendengar sosok Minjeong yang mengoceh begitu panjang bahkan mimik wajahnya begitu ekspresif.

"Terima kasih, Gyu." ucap Minjeong melemparkan senyumnya ke arah pemuda berwajah seperti karakter komik itu. Mataku mulai memicing curiga, ini tidak biasanya Minjeong dengan ramah memberi senyum berharganya untuk orang lain selain dirinya.

Ini sungguh mencurigakan.

Tak mau berlama-lama di tempat itu, aku mengabaikan kecurigaanku pada Minjeong lalu beralih untuk berjalan menuju pintu kamar Soobin.

Ceklek!

"Soobin-ah, hari ini Minjeong datang untuk menjengukmu!" ucapku senang, dari belakang Minjeong tersenyum lebar sembari memberikan lambaian tangan dengan cepat ke arah Soobin.

Soobin yang sedang membaca buku itu segera memfokuskan netranya menatap kedua gadis dan satu pemuda yang sedang sibuk menata buku di atas meja. "Kau terlihat terkejut." kataku mulai menghampiri. "Minjeong membawakanmu banyak buku, katanya kau harus cepat sembuh supaya bia mengikuti ujian kelulusan dan menjadi saingannya."

Barulah Soobin melemparkan senyumnya. "Katakan pada Minjeong, bahwa aku sangat berterima kasih padanya. Aku sangat menghargai usahanya."

"Minjeong, kemari." panggilku. Minjeong yang berada di ambang pintu mulai melangkah mendekat.

"Kata Soobin dia sangat berterima kasih padamu dan dia juga sangat menghargaimu karena sudah membawakannya buku." Soobin kembali tersenyum ke arah Minjeong.

"Sama-sama, cepat sembuh, ya, Soobin."

"Juhee sering galau karena tidak ada dirimu di sekolah." Soobin beralih menatapku dengan terkejut, wajahku memerah padam cepat-cepat aku memukul punggung Minjeong supaya dia diam dan tidak terus-terusan membongkar aibku.

dear sunshine, soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang