15 : Found Juhee's brother

28 5 0
                                    

Tit! Tit! Tit!

Ceklek!

Aku memasuki ruangan tersebut, namun betapa terkejutnya aku mendapati sosok Yeonjun dan sesosok laki-laki yang sudah lama tidak aku lihat.

Sosok itu tertidur dengan pulas di atas sofa, memeluk boneka berwarna ungu tua itu dengan nyaman. Aku melangkah dengan ragu untuk memastikan bahwa dia adalah sosok yang hilang di dalam keluarga ini.

Surai hitam kusutnya, wajahnya yang kotor, kulitnya mengelupas dan menghitam. Inikah sosoknya selama ini?

"Kau harus berterima kasih padaku." suara Yeonjun menyadarkanku. Lelaki itu berbicara dengan kedua tangannya yang asik bermain ponsel. "Y-Yeonjun-ah,"

"Ini, Song Juna. Song Juna yang hilang .." kataku bergetar dengan sorot mata yang masih memandang sosoknya tak percaya.

"Iya, dan aku berhasil menemukannya. Dengan susah payah aku menggeretnya untuk pulang."

Kedua mataku berkaca-kaca, tidak percaya bahwa Yeonjun akan sebegininya dengan dirinya. Aku memang sudah lama mencari Kak Juna. Mencari kesana-kemari tapi tidak menemukan sosoknya. Bahkan tumpukan tebal kertas brosur 'dicari orang hilang' sudah aku sebarkan di seluruh penjuru kota Ansan sampai habis tidak tersisa.

Aku dapat merasakan dengan jelas berapa kesulitannya Yeonjun mencari Kak Juna. Dilihat dari bagaimana cara dia yang memegang ponsel, jari-jemarinya bergetar karena kelelahan.

"Kau berhutang budi, ya."

Aku tersenyum dan mengaggukan ucapan Yeonjun.

Beralih meletakkan tas ranselku, dan mendudukan diri di dekat Yeonjun. Mataku menatapnya dengan lekat, sehingga pemuda itu agaknya sedikit kesal.

"Apa?" ia akhirnya menoleh kearahku, menyadari bahwa eksistensiku mengganggunya.

"Eh?"

"Kau pulang ke sini dengan wajah memerah seperti kepiting rebus itu? Dan bibirmu? Kau memakai liptint baru? Merah sekali tahu." Aku refleks menyentuh kulit wajahku. Tetapi aku tidak merasakan apa-apa.

"Lihat, wajahmu seperti akan melepuh." Yeonjun menyerahkan kamera ponselnya lalu aku mengambilnya dan mengidentifikasi wajahku.

Dan memang benar.

Wajahku seperti kepiting rebus.

Tiba-tiba aku teringat dengan kejadian beberapa waktu lalu, ah, memalukan. Tidak mungkin aku menceritakan kejadian itu kepada Yeonjun. Bahkan untuk mengingatnya saja aku malu, apalagi menceritakannya. "Bisa jelaskan?"

"Wajahmu iritasi karena matahari, kah? Atau karena hal lain?"

"Itu .. ah! Iya! Aku tadi ingin bertanya kapan kau menemukan Kak Juna."

"Heol, kau mengalihkan pertanyaanku."

"Jawab saja dulu."

"Aku menemukannya di pelataran 7-eleven. Dengan penampilan yang bisa kau lihat sekarang. Makanya aku cepat-cepat membawanya ke sini. Sebelum seseorang meneriakinya gelandangan gila." Aku tergelak sejenak, mendadak hatiku terenyuh. Yeonjun memang sepeduli ini padaku, aku tidak boleh membuatnya kecewa. "Lapar tidak?"

"Hei, Song Juhee. Kau belum menjawab pertanyaanku tentang wajahmu."

"O-oh, iya, ini karena produk sunscreen yang aku beli kemarin, sepertinya tidak cocok." bohongku sembari menyunggingkan senyum agar Yeonjun percaya.

"Oh, begitu." Yeonjun mengagguk mengerti, "jadi, kau lapar atau tidak?"

"Tentu saja lapar!" Yeonjun merengut dari posisinya, lalu kubalas dengan senyuman sebelum langkahku kubawa menuju dapur.

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"Bagaimana?"

"Lumayan, kemampuan masakmu sudah berkembang." kata Yeonjun melahap sup tahu yang sudah kumasak dengan sepenuh hati, "syukurlah, kalau begitu."

"Nikmatilah dengan tenang, aku meu ke kamar dulu untuk berganti pakaian."

"Yaaa~"

Aku segera beralih dari sana menuju kamarku, tak lupa mengambil tas ranselku yang semula tergeletak di atas lantai.

Ceklek!

Aku menutup pintu dengan pelan, meletakkan tasku di atas ranjang. Aku terdiam sejenak, dan tiba-tiba saja reka adegan beberapa waktu lalu kembali terputar.

Saat kedua belah bibirku tersentuh seutuhnya dengan bibir milik Soobin. Mendadak wajahku yang memang sudah memerah ini mulai kembali memanas.

Ah! Tidak bisa, aku terlalu terkejut untuk ciuman pertamaku!

Ya, ini ciuman pertamaku setelah aku putus Dengan Taehyun. Aku memang pernah berpacaran dengannya tetapi kami tidak pernah berciuman, sebab aku selalu menolaknya dengan mentah-mentah. Kami berkontak fisik hanya sebatas berpegangan tangan dan berpelukan. Tetapi jika dipikir-pikir, mungkin ini adalah salah satu faktor mengapa saat itu Taehyun meminta putus.

Mungkin dia sudah lelah denganku yang selalu menjaga jarak dengannya ketika kencan, dan terus menolak ketika akan berciuman.

Aku segera merebahkan tubuhku di sana, kedua netraku menatap atam kamar dengan tatapan kosong. Kedua tanganku beralih menyentuh dadaku, aku merasakan sesuatu yang berdetak kencang di sana.

Kata orang, apabila jantung kita berdetak kencang saat bersama seseorang maka tandanya kita jatuh cinta, terlebih lagi ada sensasi kupu-kupu yang seolah beterbangan di dalam perutmu.

Lantas, apakah berarti aku jatuh cinta?

Pada Soobin?

Sialan. Tidak mungkin, lah!

Eh?

"Aku sangat menyukaimu, Juhee."

"ARRGHHHHH AAAAAAAA!"

"Juhee, kau tidak apa-apa?" suara dari luar kamarku membuat teriakanku langsung teredam, itu Yeonjun. "A-ah, aku tidak apa-apa, tadi ada kecoa. Tapi sekarang sudah pergi jadi baik-baik saja."

"Oh, baiklah. Aku hanya ingin pamit untuk pulang. Terima kasih atas makanannya, Juhee."

"Y-ya .."

dear sunshine, soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang