"Hnnghh.." erang seorang gadis dari balik selimut ketika suara alarm memecahkan mimpi indahnya.
Luna menatap ponselnya yang menunjukan pukul setengah enam pagi
"Shit!" umpat Luna ketika ia merasakan ketidaknyamanannya saat bangkit dari ranjangnya.
Tamu bulanan Luna barusaja datang pagi ini. Yang berarti Luna tidak bisa mengikuti penilaian renang hari ini.
"Gak apa deh, healing." Ucap Luna kemudian, membersihkan diri dan memakai seragam lengkap.
Setibanya di sekolah, Luna tidak langsung duduk di bangkunya. Melainkan duduk di tempat biasa ia berkumpul dengan Sela dan Yola.
"Lo gimana, Na sama Sagara?" Serbu Yola saat Luna barusaja menarik bangku di belakang.
"Hmm, ya gitu," jawab Luna sebelum kembali melanjutkan kalimatnya, "gue gatau si kalo gue beneran jauh lagi sama Sagara bakalan gimana. Salah gak sih gue posisiin dia sebagai pengganti sosok bokap selama jauh dari bokap? Kesannya kayak bucin tolol si emang, tapi kalo nyatanya gue butuh dia gimana?" tambah Luna.
Yola mengubah posisi duduknya menjadi menghadap kearah lawan bicara di sebelahnya, "ga salah lu gantiin peran bokap ke Gara, cuman yang gue takutin nanti lu di tinggal lagi, cok. Semoga aja always with you until the appointed time, amin paling kenceng." Gadis itu nampak mengambil napas sebelum kembali melanjutkan pembicaraan, "Sekarang itu waktunya lu nikmatin, lu hargain gitu selagi masih bisa bareng. Buat kedepannya jangan mikir kemana-mana dulu." jelas Yola karna tahu sifat Luna yang terlalu pemikir. Bukan pemikir seperti orang-orang pintar pada umumnya, tetapi gadis itu memikirkan apa yang seharusnya tidak dipikirkan.
Luna menghela napasnya gusar mendengar ucapan Yola, "ribet amat dah." Gumamnya kemudian
"Kan kalo lu ditinggal pas pertengahan jalan ga mungkin, masa lu di tinggal mulu, hari-hari NT." Celetuk Yola tiba-tiba.
"Teuing, Yol."
"Ngertiin kangennya Luna dong mas Garandong.." lagi-lagi Yola kembali berkicau sambil membuka makanan yang tadi dibelinya. "Oh iya, uang lo belom gue ganti ya 32 ribu?" Tanya Yola
"Uang bensin gak usah, toh gue juga ngikut lo jalan-jalan."
"Hutang tetaplah hutang Kak Luna, gak boleh gitu. Rezeki gak boleh ditolak, sama halnya kaya kamu ketemu Sagara ahak, rezeki yang tidak di duga." Luna hanya bisa tersenyum mendengar celotehan Yola yang sedaritadi tidak berhenti meledeknya.
ooOoo
Suasana sore hari begitu sejuk. Mendung sedikit gerimis membuat beberapa cewek tidak perlu takut terbakar akibat sinar matahari.
Semua anak IPA bahkan IPS sudah berkumpul di depan parkiran dekat pintu masuk. Sedang menunggu beberapa orang yang belum tiba sambil mengkolektif uang yang belum membayar.
"Yang gak renang gimana, bu?" Tanya Luna.
Bu Janita menoleh kearah Luna, "Emang kamu kenapa gak renang?" Jelas Bu Janita.
"Datang bulan, bu." Ucap Luna
"Berenang aja. Dari kapan kamu datang bulan?"
"Baru pagi tadi bu, lagi deres-deresnya ini." Jelas Luna. Bu Janita mengangguk memahami.
Luna mengeluarkan dompet dari tas ranselnya dan memberikan uang kepada bendahara. Bendahara pun langsung mencatat namanya. Luna bergumam dalam hati begitu berpapasan dengan salah satu teman Sagara di pintu keluar.
"Cowok lo renang disini juga ya kayaknya? Itu gue liat ada temen kelasnya." Bisik Yola yang sudah ada di samping Luna.
Sudut bibir Luna sedikit terangkat saat Yola berkata 'cowok lo' , seakan-akan seperti Luna dan Sagara benar-benar menjalin hubungan. Padahal nyatanya tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
21:20 [END]
Short StoryBagaimana jika kamu mempunyai teman laki-laki masa kecil yang bertemu kembali dengan sebuah perasaan saat kalian beranjak dewasa? Hal itu terjadi pada Naluna Erlangga Hadid. Siswa kelas dua belas yang kembali bertemu dengan teman masa kecilnya, Saga...