21 : 20 CHAPTER 30

46 1 0
                                    

"Bagaimana para saksi? Sah?" Ucap penghulu yang kemudian di ikuti oleh penonton yang lainnya. "Alhamdulillah sekarang kalian berdua sudah Sah menjadi pasangan suami istri. Semoga Sakinah Mawadah Warohmah. Aamiin.."

"Aamiin.." ucap Luna dan para tamu undangan yang turut tersenyum bahagia.

Senyum tak henti-hentinya merekah diwajah Luna. Bagaimana tidak? Akhirnya orang yang begitu ia sayangi mendapatkan pasangan abadinya. Ya, Sagara Geovano Adhiyaksa telah menemukan teman hidupnya. Ini adalah acara pernikahan laki-laki itu.

Setelah menjarak diri dengan Sagara selama hampir tiga tahun lamanya, Luna kembali berteman yang benar-benar hanya sebatas teman dengan Sagara. Mereka kembali berkontak sudah lima bulan terakhir, dengan Sagara yang mengirimi undangan pernikahan padanya.

"Lo gak apa-apa?" Tanya Cakra, teman kecil Sagara dulu.

"Gue kenapa? Gue gapapa. Nih, lo cobain filletnya. Enak sumpah!" Ucap Luna sambil menyodorkan sendok ditangannya pada Cakra, memakan hidangan yang ia ambil di pantry.

Cakra hanya tersenyum kecil melihat Luna berpura-pura tegar di depan orang-orang. "Dia udah nikah, Lun. Lo mau sampe kapan kaya gini terus? Segitu susahnya, Lun?" Tanya Cakra lirih.

Gadis berbalut dress putih diatas lutut itu tersenyum lalu melangkahkan kakinya kearah pekarangan balkon gedung. Daffa dan Cakra sudah bilang padanya, kalau tidak kuat lebih baik tidak perlu datang. Tapi bukan Luna namanya kalau tidak keras kepala. Ia bilang bahwa ini terakhir kalinya ia bisa melihat Sagra, cinta pertamanya sebelum benar-benar dimiliki oleh pemenang. Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya dengan pelan. Air mata menetes kemudian. Ia memejamkan matanya perlahan berusaha menikmati semilir angin di sore hari, dan berusaha mengikhlaskan apa yang terjadi hari ini.

Pikiran dan pergerakan tubuh Luna tidak selaras. Tubuhnya merasa seperti bergerak sendiri kearah pembatas balkon gedung lantai enam tersebut. Angin kencang menerpanya hingga Luna kehilangan keseimbangan.

Tubuhnya terasa seperti melayang. Waktu seolah melambat. Kilas balik memori lama tentangnya dan Sagara kembali terlintas di benaknya. Kalimat demi kalimat mengisi pikirnnya, bagaimana kisahnya dengan Sagara pertama dekat dahulu.

"Aku punya kamu dan kamu punya aku."

"Iya sayangku, cintaku."

"Yang, nanti malem aku mau latihan. Kamu mau ikut gak?"

"Aku mau kamu sekali lagi, can i?"

"HUBUNGAN JARAK JAUH EMANG SELAU GAGAL!"

Hingga kisahnya dengan Sagara yang tidak bisa bersama kembali terlintas begitu jelas di otaknya. Dua insan duduk di pelaminan dengan wajah yang berbinar-binar dan cerah.

"Luna!"

"NGGAK!"

"Yang? Hey, kamu kenapa sayang?" Suara bariton terdengar panik disebelah.

Luna menoleh ke sumber suara. Menatap lekat mata sendu laki-laki itu sebelum Ia menerjang tubuh proporsional lalu menangis.

"Hey, kamu kenapa? Minum dulu." Tawarnya, "Ada apa?" Tanyanya setelah meletakkan air minum keatas nakas.

"Aku.. hiks.. aku mimpi kamu nikah sama cewek.. hiks.. lain." Tangis Luna pecah kala Ia mengingat betapa bahagianya raut wajah Sagara saat berada di samping mempelai wanita di mimpinya.

"Aku disini, sayang. Sama kamu, ini lagi kamu peluk." Sagara mengusap kepala sang istri dengan lembut. "Udah, udah. Cuma mimpi aja." Ucapnya merapihkan rambut acak-acakan Luna.

Setelah hampir lima tahun setelah kejadian Sagara kecelakaan, satu tahun kemudian Sagara kembali menawarkan Luna untuk kembali padanya. Tapi kali ini laki-laki itu datang untuk mempersuntingnya. Luna menyetujui ajakan serius Sagara karna disisi lain hatinya masih di isi penuh oleh laki-laki itu.

"Hiks.. cium." Pinta Luna tiba-tiba seraya mengerucutkan bibirnya.

Sagara mengngkat alisnya tinggi. "Gak, ah. Bau belum mandi." Seru Sagara sambil bertingkah seolah-olah jijik.

"Mamaaaaa.." Tangisan Luna yang kembali pecah menjadi sumber kebahagiaan tawa Sagara.

Tangis Luna mereda kala tubuhnya terasa melayang. Sagara menggendongnya dan mendaratkannya tepat dipangkuan laki-laki itu. Cup! Sagara mengecup kening Luna cukup lama.

"Ih! Bukan disitu, disini." Rengek Luna sambil kembali mengerucutkan bibirnya.

Cup! Sagara kembali memberikan dua kecupan di kedua pipi tembam Luna. Ia tersenyum lebar kala melihat istrinya memicingkan mata. Sebelum Luna benar-benar mengeluarkan suara, Sagara sudah membungkam bibir perempuan itu dengan bibirnya.

"Manja banget. Istri siapa, sih?" Seru Sagara.

"Bawaan debay." Jawab Luna spontan.

"Ih? Emang udah ngisi?" Tanya Sagara dengan nada terkejut. Luna menggeleng cepat. "Yaudah aku isiin ya?" Belum sempat menjawab Sagara sudah kembali menyambar bibir basah milik Luna.

Tentu saja itu disambut dengan senang hati. Luna mengalungkan tangannya kebelakang tengkuk Sagara. Jemari nakal milik Sagara mulai menyusup kedalam baju tidur yang Luna kenakan.

Meloloskan satu persatu pakaian yang dikenakan sang istri. Ia melakukannya dengan perlahan sembari memberikan cumbuan di beberapa titik sensitif Luna. Ia terus menjaga agar istrinya tidak merasakan sakit kala melihat bulir-bulir bening yang terlihat di ekor matanya. Ruangan bernuansa abu-abu itu menjadi saksi bisu percumbuan mereka berdua. Hari libur yang digunakan dengan baik oleh pasangan suami istri baru.

21:20 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang