Pintu ruangan Bugenvil 104 terbuka. Nampaklah perempuan mengenakan sweater putih dan levis biru dengan rambut cokelat yang di cepol asal memasuki ruangan itu.
"Halo pacar." Panggil Sagara sumringah
Luna hanya menaikan sebelah alisnya mempertanyakan maksud panggilan Sagara. Pandangannya berganti kearah pria paruh baya di samping ranjang Sagara. Pria itu tersenyum hangat, Luna pun membalas dengan senyuman kecil.
"Ah. Itu bapak yang nganter Sagara tempo hari." Batin Luna.
"Pacar cuek banget sih, pacar." Ucap Sagara.
"Lo kenapa? Obatnya abis?" Tanya Luna.
"Ngaku putus tapi masih di bilang pacar." Seru Sagara dengan nada mengejek.
"Apa sih?"
"Pacar, kan, pak Juan? Dia bilang apa pak pas itu?" Tanya Sagara ke pria paruh baya yang Ia panggil Juan.
"Mbak pacarnya mas ini kan? Soalnya pas itu bilangnya pacar."
Senyum kemenangan tercetak jelas diwajah Sagara. Sedangkan Luna hanya bisa meringis merutuki mulut sialannya yang keceplosan lupa status akibat panik.
"Saya gak bisa lama-lama, kalau gitu saya permisi ya. Kamu cepet sehat biar bisa main voli lagi." Ujar Pak Juan memberi semangat sebelum akhirnya keluar ruang inap Sagara.
"Pacar apa kabar pacar?" Tanya Sagara begitu Luna menempati tempat duduk Pak Juan.
"Apaan sih. Kita udah gak ada apa-apa." Jawab Luna.
"Tapi-"
"Itu keceplosan! Gak usah di perpanjang." Ujar Luna. Ia mengambil sebuah apel lalu mengupas kulitnya. "Kita dulu temen. Sekarang pun temen walau udah gak sama-sama." Lanjutnya. Lalu memberikan potongan apel yang masih bertengger ditangannya ke Sagara.
Sagara mengambil potongan apel yang diberi Luna lalu memasukannya ke mulut dengan sekali suap, "Emang lo gak mau gitu balik sama gue?" Tanya Sagara.
Luna menghentikan aktifitas memotong apelnya lalu menatap Sagara tajam. Yang di tatap hanya meringis tak berdosa.
"Ntar gue keburu diambil orang, lho." Ucapnya meledek.
"Lo udah sembuh kayaknya, kalo gitu gue balik ya." Luna menaruh apelnya lalu bergegas untuk segera meninggalkan Sagara. Sampai suatu suara menginterupsinya.
"Aduh! Lun, tulang gue sakit. Kayaknya gara-gara apel deh." Sagara meringis kesakitan. Luna yang hendak pergi menjadi sedikit panik.
"Gak lucu. Gak usah bercanda." Luna berusaha mencoba tidak panik. Tapi raut wajah Sagara menandakan kalau laki-laki itu benar-benar kesakitan. "Gar, gue panggilin dokter ya?"
"Cie panik. Masa makan apel ngaruh ketulang." Ucap Sagara seketika. "Makannya kalo masih sayang jangan sok jual mahal." Lanjutnya.
"Ih bego!" Kesal Luna. Jantungnya hampir melompat ke lambung ketika tadi melihat wajah Sagara yang benar-benar kesakitan.
"Ih kasar. Makannya ayo balikan. Nanti gue keburu dinikahin orang." Ucap Sagara.
"Bodo! Nikah aja sana yang lain." Luna melenggang pergi meninggalkan ruangan itu. Menyisakan Sagara seorang diri dengan senyum geli yang tercetak jelas di wajah tampannya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
21:20 [END]
Short StoryBagaimana jika kamu mempunyai teman laki-laki masa kecil yang bertemu kembali dengan sebuah perasaan saat kalian beranjak dewasa? Hal itu terjadi pada Naluna Erlangga Hadid. Siswa kelas dua belas yang kembali bertemu dengan teman masa kecilnya, Saga...