21:20 CHAPTER 28

37 1 0
                                    

"Saya cek di riwayat panggilan, saya liat paling atas, komunikasi terakhir dengan namanya Luna. Saya pikir kamu itu istrinya, lalu saya hubungi." Jelas bapak yang ikut mengantar Sagara.

"Bukan, pak. Saya pacarnya. Tapi makasih ya pak sekali lagi udah ngehubungin saya." Ucap Luna tulus.

"Lun." Panggil Bara dari kejauhan.

Luna menoleh ke sumber suara. Kecemasannya bertambah saat Bara dan Cilla datang. Dengan begitu, Ayah dan Ibu Sagara pun akan ikut serta.

"Kalau begitu saya permisi ya, mbak." Pamit bapak-bapak itu. Diangguki oleh Luna tak lupa mengucapkan terimakasih sekali lagi.

"Itu tadi siapa?" Tanya Bara.

"Bapak-bapak yang ikut nganter Sagara." Jawab Luna. "Kata bapak tadi, bagian kiri motor Sagara nyerempet separator jalan, terus dia kepental." Luna mengulang penjelasan yang Ia dapat dari bapak yang mengantar Sagara.

"Ayah sama Ibu lagi di jalan kesini." Ucap Bara setelah memasukan kembali ponselnya kedalam saku celananya.

"Kak, aku minta maaf banget kak. Ini semua salah aku makannya Sagara bisa masuk IGD." Lemas. Kaki Luna seperti tak bertulang.

"Emang kalian kenapa?" Tanya Cilla.

"A-aku berantem karna hal sepele kak. Aku terlalu ngebesar-besarin itu. Tapi aku gak tau kak kalo Sagara ke kostan aku." Jelas Luna.
"Kak aku takut dimarahin Ayah sama Ibu. Gimana pun juga ini salah aku." Luna tertunduk lesu. Ia akan mendapat masalah besar habis ini.

"Kamu gak usah takut. Kamu udah gede, Ayah sama Ibu pun paham cara ngejelasinnya. Nanti kita cari jalan keluarnya sama-sama, ya." Ucap Cilla menenangkan. Wajar kalau Bara memilih Cilla sebagai istrinya. Ia memiliki sifat keibuan dan baik hati.

- 21 : 20 -

"Luna gak kesini, Bar?" Tanya Sagara begitu melihat Bara.

"Emang dia belom kesini lagi?" Tanya Bara seraya menaruh parsel buah di nakas.

Sagara menatap Bara bingung, "Lagi?"

"Iya. Dia yang nelfon gue begitu tau lo kecelakaan. Emang lo gak ngabarin dia kalo lo udah sadar?"

"Hp gue mana?" Tanya Sagara.

"Dibuang sama Ayah. Rusak." Jawab Bara. Ia kemudian mengeluarkan rokok dari tasnya. "Rokok, gak?" Katanya dengan senyum mengejek. Lalu berjalan keluar ruangan mencari udara segar.

Sepeninggalan Bara. Sagara memejamkan matanya. Sagara terdiam. Mencoba mencari memori sebelum dirinya terjebak diruangan dominan berwarna putih ini. Setelah sadar dari tiga hari koma di rumah sakit, Ia memang tidak berkabar lagi dengan Luna.

Ia berpikir gadis itu sudah tidak ingin mendengar kabar apapun darinya, karna seingatnya Luna yang mematikan sambungan terlebih dahulu. Tapi begitu mendengar penuturan Bara tadi membuatnya terpaku.

Di sisi lain...

"Halo, Lun. Sagara udah sadar."

"..."

"Gak usah ngerasa bersalah banget lah. Toh anaknya juga gapapa."

"..."

"Yaudah. Besok. Yang dicariin pertama bukan Ayah Ibu, bukan. Tapi lo."

"..."

"Yo."

Sambungan terputus. Bara mematikan sambungan telfonnya lalu menyesap rokok di rooftop rumah sakit. Senyum kecil terbesit diwajahnya sebelum akhirnya Ia menginjak puntung rokok itu lalu meninggalkan tempat itu.

Tbc

21:20 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang