21 : 20 EPILOG

66 1 0
                                    

Setelah melewati proses persalinan anak kedua secara caesar (sesar), akhirnya yang ditunggu-tunggu pun hadir. Setelah dua jam menunggu, pintu ruangan terbuka. Menampilkan suster dengan box bayi di dorongnya.

Ya.. Setelah melahirkan anak laki-laki, Bara dan Cilla kembali dikaruniai seorang anak berjenis kelamin perempuan. Mereka sudah mengetahui sejak melakukan USG di trimester pertama yang menunjukan janinnya tengah berkembang dengan baik dan sehat didalam rahimnya.

Keluarga Bara dan Cilla sengaja datang untuk menunggu proses persalinan. Tak lupa Sagara dan Luna yang sudah resmi menjadi pasutri.

"Bapak silahkan baby Ayasha boleh di Adzanin." Ucap suster. Bara mengambil bayinya dengan penuh hati-hati dan mulai mengumandangkan Adzan.

Setelah semuanya selesai, Ayasha diberi waktu satu jam untuk berada digendongan sang Ibu, diberi ASI lalu bercanda ria dengan semua yang hadir.

"Yang, gantian dong." Pinta Luna. Sagara mengiyakan lalu memberikan Ayasha dengan sangat hati-hati.

"Gar, itu Luna mau juga lho. Masa kamu gak peka, sih?" canda kak Cilla.

"Bulan depan dateng, Kak." Ucap Sagara.

"Mau kemana? Jalan-jalan?" Tanya kak Cilla.

"Syukuran tujuh bulanannya Luna." Pandangan seisi ruangan beralih menatap Sagara, lalu berganti menatap Luna.

"Kamu teh, hamil, Na?" Tanya kak Cilla yang masih tidak percaya.

"Hehe, Iya, Kak. Maaf ya, bu gak ngasih tau. Ide Sagara katanya jangan dikasih tau dulu." Jelas Luna.

"Emang berdua, ya. Ahlinya kalo main rahasia-rahasiaan!" seru kak Cilla. "Tapi badannya tetep slim, ya." Lanjutnya.

"Ini karna aku pw nya pake sweater oversize, kak. Kalo dirumah juga keliatan buletnya." Luna mengelus perutnya yang kemudian nampak perutnya yang sudah membuncit.

Kebahagiaan menyertai keluarga mereka. Mulai dari kelancaran proses bersalin anak kedua Bara dan Cilla. Hingga pemberitahuan mengejutkan dari Sagara dan Luna yang tengah mengandung anak pertama. Semuanya terasa hampir sempurna. Akan menjadi sempurna ketika anak yang didalam perutnya benar-benar hadir di tengah keduannya.

- 21 : 20 -

Beberapa bulan kemudian...

Kaki itu masih bergetar dalam diam. Si pemilikpun hanya bisa duduk lemas sembari menetralkan rasa yang berkecamuk di dada. Berkali-kali ia menghembuskan napas panjang. Matanya bahkan berkali-kali menatap kearah pintu kaca dengan tulisan 'Ruang Bersalin'.

Hingga hampir satu jam, dari dalam terdengar suara tangisan bayi yang sangat kencang. Ia sedikit tenang dan mulai menegakkan punggungnya. Semua yang hadirpun turut mengucap syukur atas kelahiran.

Pintu ruang bersalin terbuka dan mempersilahkan Sagara untuk masuk kedalam. Hari ini, tepat pada pukul 24 Mei telah lahir putra pertama Sagara dan Luna.

Sekarang semua berpindah keruang rawat inap. Luna pun sudah sepenuhnya sadar dari obat bius. Bahkan dengan santainya Ia sudah memberanikan diri untuk duduk.

"Selamat ya bapak, ibu, bayinya sehat. Beratnya 3,2kg." Ucap suster seraya memberikan bayinya pada Luna. "Sudah boleh dikasih ASI, ya, ibu." Lanjut susternya.

"Terimakasih, sus." Ucap Luna mengambil anaknya dengan hati-hati. Matanya berkaca-kaca menatap sang jagoan. Rasanya masih seperti mimpi bahwa dirinya telah menajadi seorang ibu.

Sagara menatap raut wajah Luna dengan bingung, "Kenapa?" tanyanya.

"Ini, aduh.. ge-geli." Ucap Luna saat pertama kali memberi asi pada bayinya. Sagara tertawa kecil sebelum akhirnya mencium kening sang istri lama.

Tak bisa dipercaya, bahwa laki-laki didepannya ini adalah teman bermainnya saat Ia kecil dulu. Dekat kembali saat mereka beranjak dewasa. Mengingat lika-liku yang mereka alami saat jaman pacaran. Senyum lebar turut menghiasi mengingat hari itu. Ia bahagia karna Ia tak hanya sekedar menjadi pendamping hidup untuk suaminya. Tapi juga menjadi tempat pulang dan berbagi pendapat untuk suaminya. Sagara Geovano Adhiyaksa.

- THE END -

21:20 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang