"I said it was fine, but i never said I didn't hurt."
•••
"Bro.. yang lain mana?" Tanya Sagara pada temannya yang berada didalam lapangan voli indoor.
"Masih pada di jalan kali." Jawab laki-laki yang sedang duduk bermain ponsel. Sagara hanya ber-oh ria sambil meletakkan tasnya dipinggir lapangan.
Selang beberapa hari setelah mengajaknya ikut serta menonton latihan futsal, Sagara kembali mengajaknya. Kali ini adalah yang benar-benar passion dari laki-laki itu.
Didalam lapangan sudah ramai, tak sedikit orang yang memilih bermain lebih dulu. Mata Luna meneliti ke sekitar lapangan dan menemukan Daffa disana. Ia memang sudah tahu bahwa anak itu akan datang, karna sekolah Sagara akan latihan melawan sekolah Daffa.
"Nitip dong." Ucap Sagara dari dalam lapangan. Memberikan PDH berwarna cream tak lupa juga ponselnya. Laki-laki jangkung itu perlahan menjauh mencoba untuk pemanasan.
Tatapan Luna kini tertuju kebawah. Ia menatap benda pipih itu. Menempelkan jari telunjuknya pada finger print yang terletak dibelakang ponsel dan boom! Ponsel pun terbuka. Luna mengangkat alisnya tinggi tanda terkejut. Sagara memang pernah memberinya akses masuk untuk ponsel laki-laki itu dengan cara mendaftarkan finger print, tapi ketika Luna mencobanya tidak pernah bisa terbuka. Sedangkan Luna tidak ingat bagaimana gambar pola rumit milik Sagara.
"Aku bisa bukanya." Ujar Luna pada Sagara seperti bocah yang barusaja memamerkan sesuatu yang berhasil dibuat.
"Finger print, ya?" Tebak Sagara.
Luna mengangguk mantap, "iya. Sebelumnya 'kan, gak pernah bisa. Pola kamu juga susah." Sagara mengangguk kecil, meminta ponselnya sebentar untuk mengecek pesan. Mata Luna menyipit saat melihat benda mungil yang sangat Ia benci terselip di sela-sela jari Sagara.
Luna memutar matanya jengah, "itu, apa itu maksudnya?" Tanya Luna malas.
Sagara menatap arah pandangan Luna yang tertuju pada rokoknya. Laki-laki itu tersenyum lebar dan memindahkan rokok dari tangan kanannya menjadi ke tangan kirinya.
Ponsel kembali berpindah tangan ke genggaman Luna. Sagara sudah kembali masuk kelapangan setelah menyesap satu batang rokok. Luna kembali membuka ponsel Sagara dan melihat-lihat disana.
Katakanlah Luna tidak sopan sekarang karna Ia sudah memasuki galeri milik Sagara. "Dasar cowok." Batin Luna begitu Ia melihat sekian banyaknya foto cewek yang tak sedikit banyak Ia kenal. Terlalu asik melihat-lihat hingga suatu foto menghentikan aktivitasnya. Luna terpaku dengan foto black and white yang ada di room itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
21:20 [END]
Historia CortaBagaimana jika kamu mempunyai teman laki-laki masa kecil yang bertemu kembali dengan sebuah perasaan saat kalian beranjak dewasa? Hal itu terjadi pada Naluna Erlangga Hadid. Siswa kelas dua belas yang kembali bertemu dengan teman masa kecilnya, Saga...