21:20 CHAPTER 12

55 3 0
                                    

Pukul setengah tujuh pagi. Luna barusaja selesai mandi untuk persiapan upacara pengibaran bendera merah-putih dalam rangka Ulang Tahun RI ke-77 hari ini. Luna sudah rapih dengan seragam hitam-putih sekolahnya dengan rambut yang dikepang dua.

Tidak ada dresscode formal yang ditentukan. Dresscode yang dirapatkan beberapa hari yang lalu adalah kostum dengan gaya semenarik mungkin.

Karna Luna berpikir ia menjadi petugas, lebih baik ia menggunakan pakaian formal dengan salah satu panitia pengibar.

Luna memakai sepatu flatshoesnya lalu beranjak pergi ke area masjid dimana tempat upacara dimulai. Disana sudah ada Daffa yang berbusana adat Sumatra Utara dan ayahnya yang berbusana persis seperti Bapak Ridwan Kamil.

Tak lama datang laki-laki berbadan gemuk dengan mata sipit mengenakan Jas hitam layaknya tamu VIP di sebuah acara formal. Di susul dengan gadis cantik berparas ayu mengenakan pakaian tari fullset yang membuat mata Luna berbinar karna kecantikannya.

"Kan, udah gue bilang gak ada yang gak heboh pakean anak ini." Seru Nathan sambil menunjuk Lesya yang barusaja tiba. Sedangkan anak yang dibincangkan hanya bisa tersenyum karna itu semua benar.

"Eh, kita foto ga si?" Ajak Lesya yang di angguki oleh semuanya. Mereka bertujuh pun merapatkan barisan dan bergaya. Ayah Daffa dengan sigap dan senang hati memotret ketujuh remaja itu.

"Udah gue kirim di grup ya." Ucap Nathan

Luna mengambil ponsel dan menyalakan data selulernya lalu membuka aplikasi berwarna hijau berlogo telpon, mendownload foto yang barusaja Nathan kirim. Ia lalu mengunggahnya di story whatsappnya.

TING!

Sagaraaa

| ngga upacara disekolah?

yg upacara absen ganjil |

| berarti skrng lomba drmh?

| upacara dlu. nnti siang baru lomba

| okeii
| insyaallah nanti kesana
| mau liatt

Bolehkah Luna berteriak sekarang?

Semua telah berkumpul. Upacara pun dimulai dengan Nathan yang menjadi pemimpin Upacara. Upacara berjalan dengan tenang dan khidmat. Luna dan tim pengibar lain pun sukses menjalankan misi mengibarkan sang saka Merah-Putih dengan lancar.

Perlombaan ibu-ibu dan bapak-bapak pun berjalan lancar dan sangat heboh karna sempat ada kejadian salah satu bapak-bapak tercebur kedalam selokan masjid saat lomba balon air yand dimana itu sukses membuat semua orang yang ada disana tertawa.

Matahari perlahan mulai meninggalkan titik dimana ia menyinari bumi. Semua perlombaan telah tuntas. Satu persatu pekerjaan telah terselesaikan. Hanya tersisa satu misi lagi, yaitu kegiatan malam puncak.

ooOoo

Malam puncak perlombaan 17 Agustus jatuh tepat pada tanggal 20 yang dimana berpapasan pula dengan perebutan juara lomba voli putra.

Hari hari berikutnya terasa manis dan bahagia. Kedua remaja (Luna dan Sagara) itu semakin dekat layaknya orang yang sedang pendekatan. Padahal di benak salah satu dari mereka berpikir keras agar sedikit 'tahu diri' sebab tidak ada ikatan pasti diantara mereka.

"Gue pengen banget nonton! Tapi gue punya tanggung jawab jadi bagian dari dokumentasi." Gumam Luna. Ada rasa penyesalan sedikit di hatinya karna menerima tawaran menjadi bagian dokumentasi.

21:20 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang