BAB XXI : Protest

43.3K 5.2K 183
                                    

Langkah kaki Edeline terayun cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kaki Edeline terayun cepat. Di belakangnya saat ini terdapat Cassius, Archery, Alexander, dan Asher yang sedang memanggil-manggil namanya.

"EDELINE!"

Itu adalah pertama kalinya Edeline mendengar Cassius memanggil namanya.

Edeline menoleh kecil, tetapi langkah kakinya tak pernah berhenti bergerak. Namun penglihatan itu tidak berlangsung lama karena setelah sepersekian detik kemudian Edeline langsung memandang lurus jalan di depannya dengan pandangan dingin.

"EDELINE, BERHENTI!" Teriakan itu menggema.

Deg!

Mata Edeline sedikit melebar. Pandangannya tertegun lurus.

"Di luar berbahaya. Jangan bertindak gegabah!"

Itu adalah suara datar dari Alexander. Dan ya, teriakan pemanggilan nama itu juga berasal dari Alexander.

Itu juga adalah kali pertama bagi Edeline untuk mendengar lelaki itu memanggil namanya secara gamblang.

Edeline spontan terkejut. Tentu. Maka dari itu, dia reflek menghentikan laju kakinya.

Meski begitu, Edeline sama sekali tidak memutar badan dan menghadap ke arah mereka. Dia justru tetap mempertahankan posisinya yang memunggungi mereka berempat.

"Apa peduli anda?" Edeline menoleh kecil. "Apa peduli kalian? Bahkan jika saya mati sekalipun. Itu bukan menjadi urusan kalian. Karena jangankan menghadiri pemakaman, menyentuh mayat saya pun tak akan pernah saya izinkan."

Edeline kemudian tanpa mau berbicara panjang lebar lagi segera melangkahkan kakinya dengan gerakan cepat seperti sebelumnya.

Gerbang istana sudah berjarak sekitar beberapa meter lagi di depannya. Suara- suara teriakan dari kerumunan masa sudah sampai terdengar nyaring di telinganya. Membuatnya pengang.

Edeline mengangkat sebelah tangannya, menengadah ke atas, seperti sedang berdoa. Sekumpulan angin kemudian berkumpul di atas telapak tangan halusnya.

"Diam." Ucap Edeline pelan pada angin itu.

Kemudian Edeline menyuruh prajurit penjaga untuk mundur dengan suara tegas. Dan prajurit pun segera memundurkan langkahnya. Berbeda dengan masa yang justru semakin maju dan semakin berisik mengumpati Edeline. Apalagi saat ini mereka sudah bisa melihat langsung keberadaan Edeline yang berada tepat di depan mereka.

Dan tepat ketika prajurit dan masa benar-benar memiliki sedikit ruang terpisah, Edeline dengan sigap langsung mengayunkan tangannya, menghembuskan angin itu pada kerumunan masa yang ada di hadapannya.

Seketika semuanya bergerak mundur. Bukan, bukan karena kencangnya angin pemberian Edeline, tetapi karena suara menggelegar yang keluar dari angin tersebut.

"DIAM!" Bak suara yang memakai pengeras suara, suara Edeline yang tadi sempat wanita itu bisikkan pada sihir anginnya, kini berdengung keras di telinga masing-masing masa.

Invincible VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang