03. He's Bryan

157 22 9
                                    

"Berhenti berbicara tentang cover seseorang, karena lo ga tau apapun tentang hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berhenti berbicara tentang cover seseorang, karena lo ga tau apapun tentang hidupnya. Diam atau lo berada dalam masalah"

-BRYAN

∆∆∆

Bryan Devandra Alexander

Itulah nama panjangnya. Sosok dingin yang sulit sekali untuk digapai dan sangat jarang berbicara. Pemuda berdarah blasteran Spanyol-Indonesia itu memiliki rahang yang tegas, alis tebal, mata elang yang semakin membuat kesan sangar.

Dia cerdas, keturunan bundanya. Hanya dengan memperhatikan saja, ia bisa mengingatnya dengan jelas. Dia sama sekali tidak pernah kesulitan dalam belajar, otaknya encer.

Hanya dengan membaca, ia sudah bisa mendapatkan nilai sempurna. Baginya, kunci utama dalam belajar adalah mengingat pelajaran itu dan menanamkannya ke dalam otak. Jika guru menjelaskan, dengarkan dan resapi.

Walaupun begitu, dia cerdas bukan berarti good boy. Bryan adalah remaja yang hobinya berkelahi, sudah menjadi makanan sehari-hari Bryan ketika di Australia sejak satu tahun lalu, menjadi nakal, liar, dan bad boy.

Jangan heran mengapa ia jago berkelahi, di Australia Bryan mengenyam pendidikan taekwondo selama 4 tahun di sebuah klub khusus. Bahkan sudah mencapai tingkatan sabuk hitam.

Pulang malam, mencari kebebasan, itu sudah menjadi hal biasa bagi Bryan.

Namun ia masih mengerti batasan, tidak sampai minum-minum ataupun mengonsumsi obat-obatan terlarang. Ia tidak ingin mengecewakan bundanya disana, dan Zeline.

Hanya saja, ia sering sekali mengikuti balap liar dan berurusan dengan geng motor disana.

Walaupun bisa dibilang dia bad boy, tapi Bryan sama sekali tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim, selalu ingat dan taat kepada Tuhannya.

"Bry, banyak cecan noh, mereka udah tergila-gila mampus sama lo." Arsen merangkul Bryan seraya melambaikan tangannya kepada gadis-gadis yang tengah menyoraki mereka.

Saat ini mereka sedang berjalan menyusuri koridor lantai dua.

"Gak tertarik," jawab Bryan singkat padat nan jelas.

"Yaelahh si Bryan, padahal cantik-cantik ya nggak Ron, kayak... Si Rayya gitu," timpal Ryan yang baru saja bergabung dengan mereka, anak itu dari kamar mandi.

"Tapi galak, gue sukanya yang kaya Zara, Elena, Maureen," Aaron menyugar rambutnya kebelakang, "Gila-gila menggoda."

"Semuanya sono lu embat, sekalian emak gua. Dasar kadal, etdah." Arsen menoyor kepala Aaron pelan.

"Yee sirik aja lu, tai kambing. Lu liat nih muka gua, ganteng kan? Oh tentu." Aaron melipat kedua tangannya di dada dengan cirikhas muka tengilnya. "Jadi, suka-suka gua lah. Orang ganteng mah bebas. Ya nggak Jay, Bry."

Amitié ÈternelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang