14.Aneh

100 8 5
                                    

"Mencintai seseorang yang tidak mencintai kitaadalah seni luka yang paling indah, ebeeww

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mencintai seseorang yang tidak mencintai kita
adalah seni luka yang paling indah, ebeeww."

-ARSEN

∆∆∆

Tiga hari sudah, Bryan berubah sikap dengan Rayya sejak kejadian terakhir mereka bertemu.

Cowok dingin itu selalu menghindari Rayya jika keduanya bertemu.

Rayya bingung, namun isi otaknya menebak jika cowok itu selalu menghindarinya karena malu.

"Lo ngehindarin gue?" tanya Rayya to the point.

Saat ini dirinya tengah menghadang Bryan di lorong sekolah.

Bryan membalikkan pertanyaan Rayya. "Bukannya memang biasanya kita asing?"

Deg.

Entah mengapa mendengar pertanyaan Bryan itu membuat hati gadis cantik itu sedikit tergores.

Memang sebelum kejadian itu, mereka dari awal selalu asing dan tak pernah akur kecuali pertemuan yang tak di sengaja sehingga membuat mereka berdua mau tak mau berinteraksi lebih.

Rayya memandang Bryan intens, membuat Bryan memalingkan muka agar tak bertatapan dengan gadis di depannya.

Gadis yang telah membuatnya hampir jatuh, malam itu.

"Lo kenapa sih? Aneh banget!"

Bryan tak menjawab, namun dirinya mendekat ke arah Rayya. Tangannya terulur melepas cepolan rambut Rayya.

"Lain kali jangan pernah ngiket rambut kaya gini, apalagi di sekolah," tegurnya dingin.

Rayya menyipitkan matanya, merasa aneh dengan cowok berlabel kutub utara di depannya ini.

"Oh, i know. Lo ngejauh dari gue karena kejadian waktu itu kan? Gue udah maafin kok," tebaknya.

"Atau lo malu kemarin nangis gue peluk? Santai aja, aman rahasia lo sama gue," imbuh Rayya

Rayya tak paham dengan expresi wajah Bryan kali ini, cowok itu benar- benar susah di tebak.

"Lo jatuh cinta sama gua? Ga biasanya nemuin gua cuma buat nanyain hal yang ga bermutu kaya gini," tanya Bryan mengalihkan.

Perkataan Bryan itu sukses membuat Rayya terkejut, ia sendiri akhirnya sadar mengapa tingkah lakunya sangat aneh.

"OMG Rayy, lo gila ya? Kok lo jadi gini, sih? Jangan bilang lo jatuh cinta sama dia beneran? No!"

Rayya merasa akhir- akhir ini seperti bukan dirinya sendiri.

"Hah?! Jatuh cinta sama lo? Helloow ga usah mimpi, dih PD banget lo!"

Pipinya bersemu merah, Rayya segera berlari dan pergi dari situ sebelum ia benar- benar nyaman dengan cowok yang selama ini anggap sebagai 'musuhnya'.

Bryan hanya bisa menggelengkan kepala heran.

Amitié ÈternelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang