08.Kucing dan Tikus

160 16 24
                                    

"Benci dan cinta hanya berbeda tipis, ku harap diriku bukan termasuk orang yang mencintai seseorang berawal dari membencinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Benci dan cinta hanya berbeda tipis, ku harap diriku bukan termasuk orang yang mencintai seseorang berawal dari membencinya."

-RAYYA

∆∆∆

"Bryaaaaaaaaannn!!"

Teriakan Rayya melengking dengan sempurna.

Cowok jangkung berhoodie putih itu sama sekali tak merasa bersalah, malah sekarang sibuk membuka lemari pendingin minuman.

Rayya pun tak terima, ia segera berdiri dan menepuk-nepuk pantatnya dengan tujuan menghilangkan debu yang menempel,ekor matanya melirik sinis Bryan.

Seperkian detik kemudian tangannya menjulur ke arah kepala Bryan, ia menarik kupluk hoodie cowok tersebut.

"Lepas! Lu ngapain si? Gila ya?" protes Bryan, kepalanya tertarik kebelakang karena ulah Rayya.

Rayya masih saja menarik kupluk hoodie Bryan sampai kepala cowok tersebut sejajar dengan tingginya.

Bayangkan, betapa bar-bar nya Rayya jadi cewek.

"Apa lo?! Lo tau ga? Sakitt!! Malah sengan santainya lo nyelonong pergi setelah jatuhin gue!" bentak gadis  berbibir sexy tersebut.

Tentu saja tenaga laki-laki lebih besar dari perempuan, makanya Bryan dengan mudahnya melepas cekalan tangan Rayya dari hoodienya.

Walaupun tangan lentik tersebut sempat ngotot, tapi itu sangat mudah baginya.

Bryan meluruskan lehernya, merasa seperti habis ditindih oleh makhluk tak kasat mata. Genderuwo misalnya...

Tangan kanan Bryan kini masuk ke dalam saku celana, ia memandangi Rayya dengan padangan yang sulit di artikan, sudut bibirnya menyunggingkan smirk.

Tiba-tiba bulu kuduk Rayya berdiri sendiri, ia mundur perlahan. Tapi semakin ia mundur Bryan malah semakin maju ke arahnya, sampai saat ini badannya terbentur rak.

Bryan semakin mendekat, mengikis jarak sampai jarak mereka mungkin hanya sejengkal.

Rayya berusaha untuk menghindar pun percuma, kedua tangan Bryan telah mengukung pergerakannya.

Cowok dengan tinggi kurang lebih 185 cm itu menutupi tubuh kecilnya, tinggi Rayya hanya sebatas dada Bryan.

"L-lo ma-mau ngapain? J-jangan macem-macem, awas lo."

Rayya tergagap, merasakan aliran darahnya berhenti beberapa saat dan jantungnya dangdutan.

Bryan memajukan wajahnya, sontak Rayya memejamkan matanya rapat-rapat.

Amitié ÈternelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang