"Jadi, lo beneran ada?" tanya Zanky menatap Anelza yang menoleh padanya, ia tampak mengangguk dengan senyum ceria.
"Bukannya orang-orang bilang lo udah meninggal?" tanya Zanky lagi ia kelewat senang bertemu sang penulis bayangan, selama ini yang tidak pernah ia temui sebelumnya.
"Lebih baik begitu, supaya awak media tidak lagi mencari-cari" jawab Anelza membuat Zanky mengangguk-angguk.
"Gue suka buku-buku lo" kata Zanky membuat Anelza tersenyum menatap nya.
"Oh ya? Yang mana?" tanya nya. Zanky segera membuka tasnya dan menunjukan beberapa buku yang selalu ada disana.
"Ortu gue juga suka sama karya lo, novel favorit Ibu yang judulnya 'Sederhana namun Indah' dia baca sambil nangis" tutur Zanky tertawa mengingat nya. Anelza juga tampak terkekeh mendengar hal itu.
"Terimakasih" seru Anelza tampak senang karya nya banyak yang menyukai.
"Ayah juga sempet baca, tapi gak lama dia pergi" ucap Zanky memudarkan senyumannya.
"Kemana?" tanya Anelza tampak penasaran, Zanky terdiam beberapa saat dan menunjuk ke arah langit.
"Dia udah tenang" jawab Zanky tersenyum tipis.
"Oh, maaf" seru Anelza merasa menyesal.
"Gakpapa" sahut Zanky tampak kembali semangat.
"Yang Kak Zanky ucapkan tadi itu beneran? Yang waktu di taman" seru Anelza membuat Zanky mengangguk-angguk, ia membuka jam tangannya dan di perlihatkan di depan Anelza.
"Segini, hari yang tersisa" kata Zanky membuat Anelza terdiam menatap jam tangan itu.
"Gimana sama lo?" tanya Zanky menurunkan tangannya.
"Kalau Aku sih gak terlalu paham soal penyakit ini. Tapi kata Ibu, aku mengidap kelainan darah" jawab Anelza membuat Zanky mengangguk-angguk.
"Bukannya baik untuk Kak Zanky? karena tau kapan akan berakhir kehidupan itu? Kalau aku sih gak tau sampai kapan, cuman nunggu disini gak ada harapan" ucap Anelza menoleh ke luar jendela.
"Banyak yang mau di lakuin, tapi malah kejebak disini" lanjut Anelza ia tersenyum manis.
"Kenapa lo gak nulis lagi?" tanya Zanky tampak penasaran.
"Aku mulai nulis dari tahun 2018, dari sana aku menerbitkan buku pertama ku. Lalu mulai menulis buku-buku yang lainnya, gak berlangsung lama penyakit ku semakin memburuk dan sejak saat itu aku menghabiskan waktu di tempat ini" jawab Anelza membuat Zanky tertegun.
"Sudah empat tahun ya?" Anelza mengangguk menatapnya.
"Maaf Mas, waktu jenguknya sudah habis" ucap seorang Suster memasuki ruangan, membuat Zanky mengangguk dan segera berdiri.
"Gue boleh dateng lagi?" tanya Zanky menatap Anelza yang tersenyum dan mengangguk. Zanky mengangkat tangannya dan segera berjalan meninggalkan ruangan itu.
ᗒᗕ
Tok...tok...tok....
Ozan yang tengah bermain PS menoleh ke arah pintu, ia segera berdiri dan berjalan membuka pintu. Disana tampaklah sosok Zanky yang berdiri dengan membawa bingkisan ia acungkan di depan wajah Ozan.
"Gue minta maaf soal omongan tadi" ucap Zanky membuat Ozan menatapnya tidak percaya ia terkekeh hambar mendengar nya.
"Kenapa lo yang minta maaf, gue yang minta maaf karena suka ngomong yang frontal. Tapi sejak kecil gue emang gini sama orang" kata Ozan menggaruk tengkuknya, Zanky tersenyum dan mengangguk-angguk.
"Ayo masuk" ucap Ozan segera berjalan dan duduk di Sofa diikuti Zanky yang mengeluarkan bingkisan dua hamburger menyodorkan nya pada Ozan satu. Keduanya pun menikmati Hamburger bersama.
"Lo masih jadi otaku game?" tanya Ozan menoleh pada Zanky dengan mulut penuh.
"Udah enggak" jawab Zanky membuat Ozan mengangguk-angguk.
"Gue mau ngomongin ini sebenarnya" kata Zanky menatap Ozan yang juga menatapnya.
"Penulis Anelza, dia masih hidup. Dan gue ketemu dia hari ini" ucap Zanky dengan lancar dan semangat, Ozan melebarkan matanya dan menganga tidak percaya.
"Seriusan? Hah? Beneran? Lo ketemu dimana?" tanya Ozan tampak terkejut dan meneguk minumannya dengan cepat.
"Di rumah sakit, dia juga sakit keras. Tapi gue heran roman nya selalu ceria" jawab Zanky mengingat-ingat sosok Anelza yang asli.
"Temuin gue juga dong, gue juga mau ketemu" kata Ozan tampak antusias.
"Hhm, kalau ada waktu yang tepat" ucap Zanky diangguki Ozan dengan semangat, Zanky segera berdiri setelah menghabiskan makanannya.
"Gue mau ke rumah nyokap, gak tau kenapa gue akhir-akhir ini kangen dia terus" kata Zanky kembali memakai tasnya.
"Nyokap lo udah tau soal...lo?" tanya Ozan membuat Zanky terdiam dan menggeleng.
"Gue mau ngasih tau, tapi gak tau kapan."
"Mau sampe kapan lo sembunyiin?" Zanky mengangkat bahunya singkat tanpa jawaban, ia segera mengangkat tangannya dan keluar dari rumah Ozan.
"Hati-hati woy!" seru Ozan sebelum ia menghilang di balik pintu.
ᗒᗕ
Sejak pertemuan terakhir antara Mysha dan Zanky malam itu, Zanky tidak pernah melihat Mysha lagi. Di dalam bus, di Caffe, tidak ada tanda-tanda yang menunjukan keberadaan gadis itu.
Seolah menghilang tanpa jejak, Zanky mencoba menghubungi nya berkali-kali dan menanyakan pada Mbak Kania. Tetapi, wanita itu juga tidak tahu menahu soal Mysha yang kembali hilang kontak dengan nya.
"Gimana?" tanya Zanky menatap Ozan yang baru sampai ia ikut mencari keberadaan Mysha bersamanya. Ozan yang kelelahan hanya menggeleng dan ikut duduk di bangku itu.
"Gak ada, biasanya gue liat dia di kampusnya. Tapi gak ada" kata Ozan membuat Zanky menghela nafas.
"Sebenarnya kemana dia?" gumam Zanky dangan khawatir dan heran pada situasi kali ini.
"Lo gak di hubungin sama sekali? Sosmed yang lainnya? Instagram? Tweet? Facebook? Line?" tanya Ozan membuat Zanky menggeleng.
"Kita cuman tukeran nomer WhatsApp" jawab Zanky menunduk lesu, begitupun dengan Ozan yang menghela nafas panjang bersandar di sandaran kursi.
"Gue bilang juga apa? Tembak dia kan gak akan ngilang" kata Ozan menatap langit yang kelabu.
"Gue gak bisa sejahat itu Zan. Gue pasti cuman jadi beban buat dia. Dia sehat dan punya masa depan cerah, sedangkan gue?" tanya Zanky membuat Ozan menghela nafas panjang lagi.
"Emang nya lo peramal?" tanya Ozan dengan terkekeh geli mendengarnya, sedangkan Zanky hanya tersenyum kecil menanggapi hal itu.
ᗒ♡ᗕ
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Wish ᗒCOMPLETEDᗕ
General Fiction/DILARANG PELAGIAT DALAM BENTUK APAPUN SELURUH CERITA DALAM\ ❝Kita bisa mengeluh mawar memiliki duri, atau bersukacita karena duri memiliki mawar❞_Abraham Lincoln Kutipan itu sudah menjadi kutipan di hafal oleh sebagian orang karena mereka mengerti...