ᗒ15ᗕ

29 11 0
                                    

      Anelza menatap hamparan pantai dari balkon, sementara Zanky tampak tengah bermain game online di ponselnya. Hujan tampak mengguyur kota Bali, Zanky menoleh melihat Anelza yang masih duduk disana.

"Anelza, hujan lho" tegur Zanky membuat Anelza menoleh dan segera membawa boneka Pinguin nya masuk dan menutup pintu.

"Padahal kita mau pergi ke pameran kan?" tanya Anelza membuat Zanky mengangguk.

"Terus gimana? Gak jadi pergi dong? Hujan" kata Anelza menatap keluar jendela, hujan tampak deras disertai petir menyambar membuat Anelza segera jongkok dan menutup telinganya. Zanky menoleh dan meletakan ponselnya.

"Lo takut petir?" tanya Zanky membuat Anelza mengangkat wajahnya.

"Siapa yang gak takut petir?" tanya Anelza dengan wajah polos membuat Zanky mengangguk-angguk.

"Yaudah masuk aja ke kamar" kata Zanky membuat Anelza mengangguk dan segera berjalan memasuki kamar.

"Kak Zanky! Mati lampu!!" teriak Anelza dengan ketakutan saat petir kembali terdengar nyaring, Zanky menoleh dan mendekat melihat ke arah kamar yang gelap.

"Yang lainnya nyala kok, kenapa ini mati?" tanya Zanky menekan-nekan stop kontak berkali-kali, ia menoleh pada Anelza yang sibuk takut oleh petir.

Zanky segera menarik selimut dan memberikan nya pada gadis itu, "Di Sofa dulu sana. Gue mau nelfon staf hotel" kata Zanky membuat Anelza mengangguk,  ia segera berjalan mengurung dirinya dengan selimut dan duduk di sofa sambil menyalakan TV.

Sedangkan Zanky menekan-nekan tombol di telepon genggam yang menempel di dinding khusus untuk keluhan customer.

ᗒᗕ

Pukul 20:12

        "Kak Zanky cepetan dong, nanti keburu selesai acaranya!" seru Anelza menunggu Zanky di dekat pintu. Tak lama, Zanky sudah selesai siap-siap dan segera memakai sepatunya membuka pintu dan keluar bersama Anelza.

"Mas? Ini lampunya mati?" tanya seorang service control hotel.

"Iya Pak, ini kuncinya" jawab Zanky memberikan kunci pada pria itu.

"Yaudah, nanti kalau udah selesai terus Mas belum pulang, saya titip kuncinya di satpam ya."

"Iya Pak, Terimakasih."

Anelza segera menarik tangan Zanky menjauh dan menuruni tangga dengan tergesa.

"Sabar dikit napa?" tanya Zanky menatap Anelza yang masih menariknya, Anelza menoleh sekilas dan melepaskan tangannya.

"Acaranya udah mulai dari tadi lho Kak Zanky" ucap Anelza tampak sedikit kecewa.

"Ya tadi kan hujan" kilah Zanky membuat Anelza mendengus, keduanya segera melewati lobi dan berjalan menuju gedung yang tengah di adakan pameran seni yang tidak terlalu jauh dari hotel itu.

Beberapa menit kemudian, keduanya sudah memasuki ruangan pameran yang luas, beberapa lukisan di pajang dengan rapi di podium kecil tampak sebuah band tengah mengalunkan sebuah lagu dengan merdu.

Zanky terpaku saat melihat Vocalis cantik yang ia kenal, Anelza tidak menyadari bahwa Zanky terdiam tak jauh dari pintu masuk menatap Vocalis yang ternyata Mysha.

Anelza tampak terkesan dan senang melihat lukisan-lukisan yang tertempel di dinding dengan rapi ia mengeluarkan ponselnya dan memotret semua yang ia lihat, Zanky mendekat ke podium hingga jaraknya 1 meter.

Vocalis cantik itu juga sedikit tampak terkejut menatap Zanky ia tetap bernyanyi dengan stabil meski dengan perasaan bersalah menatap Zanky.

Zanky tidak bisa berbuat apa-apa ia lega bisa melihat Mysha kembali dan bernyanyi sesuai keinginan nya. Ia pun tersenyum pada Mysha dan mengangguk sebagai isyarat 'Kita ketemu lagi. Nyanyian lo bangus. Lo ngelakuin apa yang lo mau. Lo hebat'

Dalam sela-sela instrumental, Mysha mengangguk dan tersenyum pula lalu melanjutkan nyanyiannya. Zanky melihat sekeliling tampak Anelza sudah di ujung sana entah kapan gadis itu berjalan kesana Zanky melambaikan tangan nya pada Mysha dan berjalan menyusul Anelza.

ᗒᗕ

         Pukul 21:40, acara pameran selesai. Semua orang bertepuk tangan mengiringi alunan music Mysha yang telah usai, Anelza pun ikut bertepuk tangan senang.

"Kak liat deh, lukisan nya bagus-bagus" kata Anelza menunjukan potretan di ponselnya, Zanky tampak mengangguk setuju dan tersenyum senang.

"Zanky!" seru Mysha menghampiri membuat keduanya menoleh.

"Hai" ucap Zanky tampak sedikit gugup dalam situasi yang tidak terduga ini.

"Gimana kabar nya? Sorry ya gue gak bisa ngehubungin lo karena HP gue rusak dan gue ganti nomor" kata Mysha membuat Zanky mengangguk-angguk mengerti.

"Gakpapa, lo mulai nyanyi lagi ya?" tanya Zanky diangguki Mysha yang tersenyum manis.

"Semuanya berkat lo, makasih" jawab Mysha tampak senang dan menoleh pada Anelza yang juga menoleh padanya dengan senyum manis.

"Oh, lo yang waktu itu kan?" tanya Mysha membuat Zanky menatap keduanya.

"Kak Monera ya?" tanya Anelza tersenyum senang. Mysha menutup mulutnya karena kaget dan mengangguk-angguk senang.

"Kalian kenal?" tanya Zanky membuat keduanya mengangguk kompak.

"Kak Monera ini-"

"Panggil Mysha aja" ucap Mysha membuat Anelza mengangguk.

"Kak Mysha pernah jadi pasien di rumah sakit. Karena aku tinggal disana aku tau hampir semua pasien yang masuk" kata Anelza membuat Zanky mengangguk paham.

"Dia yang ngasih buku puisi karya Anelza, kalian kok bisa barengan?" tanya  Mysha menatap Zanky.

"Buku itu di tulis sama-"

"Kak Zanky! Aku lupa gak bawa suntikan" potong Anelza membuat keduanya menoleh.

"Apa yang lo rasain?" tanya Zanky menyentuh bahunya menatap Anelza yang mulai memasang wajah kesakitan.

"Mysha, sorry ya kita harus pergi" kata Zanky membuat Mysha mengangguk meski belum paham.

"Oke, kalau gue ada waktu nanti. Gue mampir ke tempat lo" seru Mysha membuat Zanky mengangguk.

Keduanya segera pamit pada Mysha, Zanky memapah Anelza keluar dari ruang pameran di tatap oleh Mysha sampai hilang di kerumunan orang-orang yang juga keluar dari gedung itu.

"Apa yang sakit?" tanya Zanky menoleh pada Anelza yang menempel padanya, jarak kedua remaja itu tampak dekat karena tangan kiri Anelza bertumpu di tengkuknya.

"Gak ada" jawab Anelza kembali memasang wajah ceria dan menjauh dari Zanky yang tampak bingung menatap nya.

"Maaf Kak Zanky, tapi abisnya Kak Zanky mau bilang kan kalau buku itu aku yang tulis?" tanya Anelza membuat Zanky menghela nafas panjang.

"Gue beneran takut lho tadi" seru Zanky mengusap wajahnya frustasi, Anelza tampak terkekeh dan mengangguk-angguk.

"Iya tau, tapi aku gakpapa. Sebelum kesini kan udah di suntik, gak mungkin kenapa-napa lah. Gimana sih Kak Zanky" sahut Anelza tertawa lepas. Zanky tampak baru ingat dan berkacak pinggang.

"Ayo pulang" kata Anelza mendahului.

"Dasar" sahut Zanky dan mengikuti langkah Anelza menjauh dari gedung itu.

ᗒ♡ᗕ

Love and Wish ᗒCOMPLETEDᗕ⁠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang