ᗒ29ᗕ

42 12 0
                                    

         Setelah dua hari mempertimbangkan untuk melakukan operasi atau tidak, akhirnya Zanky dan Ibunya setuju untuk melakukan nya. Dengan berbagai pertimbangan, pemeriksaan fisik, tes darah, rontgen dada, tes fungsi paru, atau
elektrokardiogram (EKG), tes kondisi tubuh, dan penyemangat dari orang-orang terdekat membuat Zanky menguatkan diri untuk siap menghadapi apapun yang akan terjadi.

Hari kedua pada malam harinya, Zanky mulai berpuasa untuk memudahkan operasi hari esok. Zanky dan Anelza menatap langit berbintang di atas Rootrof dengan baju yang tebal tentunya.

Zanky menyerahkan kembali buku Albumnya pada Anelza, gadis itu segera menerimanya dengan perlahan.

"Kak Zanky udah tulis banyak?" tanya Anelza diangguki Zanky dengan tersenyum manis.

"Gue pikir, lebih baik...lo jadi penulis lagi" ucap Zanky membuat Anelza terdiam sejenak menatapnya.

"Kenapa?" tanya Anelza terlihat penasaran menunggu jawabannya. Zanky kembali menatap bintang dan menjawab.

"Sayang aja bakat nya kalau di sia-siakan, gak bisa kemana-mana dengan bebas bukan berarti harus memendam bakat juga" Anelza terdiam menatapnya dan tersenyum.

"Aku gak mau jadi penulis lagi" kata Anelza dengan yakin.

"Kenapa? Cerita lo kan, bagus."

"Aku punya impian baru, ya meskipun ini juga berkaitan sama nulis. Tapi bedanya...nanti aku jelasin, kalau Kak Zanky selesai operasi"

"Kenapa gak sekarang?"

"Karena...masih rahasia" ujar Anelza dan terkekeh kecil, Zanky hanya mengangguk-angguk meski ia tampak penasaran ia mencoba memahaminya.

"Kak Zanky gakpapa kan? Operasi nya besok lho" kata Anelza tersenyum menatapnya, Zanky menghela nafas dan mengangguk-angguk.

"Yah, sejauh ini...gakpapa."

"Kak Zanky gak perlu takut, kalau Kak Zanky terus positif dan bertekad kuat untuk terus hidup. Semuanya, pasti baik-baik aja"

Zanky mengangguk meski ia merasa resah dan gelisah, tapi melihat senyum dan keceriaan Anelza membuatnya merasa sedikit tenang.

ᗒᗕ

     Pagi hari pukul 08:20, Zanky sudah berganti pakaian dan bersiap menuju ruang operasi ia menatap foto mendiang sang Ayah dan mengusapnya perlahan, ia menghela nafas dan segera menyimpannya kembali.

Dua orang suster segera masuk dan mengantarkan nya ke ruang operasi, di temani Ibu, Anelza, Kak Faizi, Ozan dan Irsan. Mereka menunggu di luar saat Zanky melawati pintu, menuju ruang operasi yang dingin dan mendebarkan.

Dokter sudah siap dan memasuki ruangan, beberapa suster membantu Zanky bangkit dari kursi roda dan beralih ke atas brankar, pintu dan tirai pun di tutup membuat keresahan orang-orang yang menunggu meningkat.

"Zanky pasti baik-baik aja kan?" tanya Ibu tampak cemas. Faizi mengangguk dan menyentuh kedua bahu Ibunya untuk duduk dengan tenang.

"Zanky pasti baik-baik aja, Bu" jawab Faizi dengan yakin, ia mencoba menenangkan situasi yang mulai menegang saat lampu di atas pintu sudah menyala tanda operasi sedang berlangsung.

ᗒᗕ

     Ozan dan Irsan menjauh dari ruang operasi karena tidak tahan dengan ketegangan yang menyeruak disana, keduanya memasuki kantin dan memesan minuman lalu duduk dengan menghela nafas panjang.

"Mysha gak dateng?" tanya Irsan meneguk minumannya.

"Pas kemarin gue ketemu. Jadwal hari ini sampai Minggu depan, dia di luar kota. Tapi udah gue kasih tau kalau Zanky operasi hari ini" Irsan tampak mengangguk-angguk paham mendengarnya.

"Operasi nya berapa lama sih? Gak tahan gue nunggu lama-lama"

"Yaelah, baru aja mulai"

"Gue harap Zanky bener-bener pulih setelah operasi ini"

Irsan mengangguk setuju mendengar penuturan tulus dari Ozan, "Pas tadi gue sempet tanya sama susternya. Katanya sih lama nya operasi ini 4 sampai 5 jam deh. Soal nya ini kan operasi besar. Atau bisa lebih dari 5 jam"

"Eh serius? Separah itu?" tanya Ozan tampak tidak percaya.

"Lo bayangin aja, perut lo di blek dan di kocek-kocek" jawab Irsan membuat Ozan memukulnya kesal.

"Serius dong, ngeri nih gue"

"Ye lagian!" sahut Irsan geleng-geleng kepala menghadapi teman nya itu.

"Terus bangun nya kapan? Kalau operasi nya aja lama obat bius nya banyak dong?" tanya Ozan tampak masih penasaran.

"Hhm...biasanya 7hari-an atau 10 hari gitu, lo kan pernah operasi gimana sih"

"Udah lupa kali, udah lama juga"

"Yaudah, doain aja semoga semuanya lancar"

"Aamiin."

   
ᗒᗕ

      Anelza duduk di tangga dan membuka album foto yang di kembalikan oleh Zanky malam tadi. Ia membuka lembar demi lembar buku Album itu, ternyata Zanky hanya menuliskan satu kalimat di foto bersama dirinya dan Ibu Zanky kala ulangtahun Ibu Zanky saat itu.

|Bisa bersama dengan orang tersayang sudah menjadi hadiah terindah| tulis Zanky

"Dia cukup tegas" komentar Anelza dan tersenyum manis melihat tulisan itu ia menatap ke depan, langit tampak mendung kedua matanya bergetar dan berkaca-kaca.

"Kalau Kak Zanky pergi, apa langit di kehidupan ku bakalan runtuh?" tanya Anelza pada diri sendiri, angin menerpa wajahnya membuat buliran air bening di pelupuk matanya menetes ia segera menghapusnya dengan cepat.

Anelza segera berdiri membawa buku Albumnya dan berjalan dengan tenang di taman yang sedikit sepi hari ini karena terbilang masih pagi.

Ia menyentuh dadanya yang terasa sesak hingga rasanya ia ingin berteriak berharap segala penyakitnya ikut keluar. Tapi ia sadar itu mustahil, ia menatap ke langit yang mulai merasakan rintikan hujan yang kembali turun.

"Desember hujan terus ya" gumamnya menatap langit merasakan tiap tetes air mengenai wajahnya.

Melihat hujan membuatnya tambah sedih ia kembali menangis dan terdiam membiarkan hujan membasahi dirinya, ia teringat banyak kenangan hujan bersama Zanky, begitu menyenangkan hingga lupa ia tidak boleh main hujan.

Dadanya mulai kembali sesak dan tatapannya berkunang-kunang, kepalanya terasa berdenyut dan pandangannya kabur, langkah lemahnya ia sekuat tenaga keluar dari taman namun jarak 3 meter terasa sangat jauh.

Sedangkan di ruang operasi, dokter tengah melakukan pengangkatan sel kanker. Sudah tiba di titik-titik melelahkan, namun mereka tetap profesional dan bekerja dengan sekuat tenaga menyelamatkan pasiennya sebelum massa obat bius habis dari tubuh Zanky.

Anelza mulai mimisan, ia segera menengadah ke atas guna menghentikan darah yang terus berdesakan keluar. Hingga akhirnya ia terjatuh karena tidak kuat lagi menopang tubuhnya, suara-suara di sekitar terdengar mengecil.

"Kak Zanky...ayo tetap hidup" ucap Anelza hingga akhirnya ia pingsan, beberapa staf rumah sakit yang melihat nya segera berlari menghampiri Anelza dan membawanya kembali ke ruang rawat.
     

ᗒ♡ᗕ

To be continued...

Love and Wish ᗒCOMPLETEDᗕ⁠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang