"So, mengenai pernikahan ini, kamu mau gimana?"
"Seperti yang pernah kita omongin. Pelan-pelan untuk jalanin pernikahan ini sebagaimana semestinya. Menerima kamu, ..." Alin terdiam, "...pernikahan ini dan mungkin... jatuh cinta."
"Ga cuma kamu, tapi aku juga."
"Tapi...." suara Alin terdengar ragu,
"...kalo ternyata salah satu dari kita mau nyerah, gimana?""Harus jujur. Itu priority kita, kejujuran. Kalo memang ga bisa lanjut, kita bisa proses cerai seperti yang udah kita sepakatin. We need our own happiness, so we build happiness by ourselves."
"Dani... kamu ajarin aku ya." itu bukan pertanyaan, tapi pernyataan. Wajah Alin yang tanpa ekspresi terlihat manis di mata Dani.
"Sama-sama belajar, Lin. Kamu dan aku, buat kita. Oke?" Dani tersenyum.
"Oke." Alin mengangguk dan membalas dengan senyum tipis.
+++++++++++++++++++++++++++
Pernikahan Alin dan Dani berjalan secara normal. Sesuai kesepakatan, Dani selalu mengantar dan menjemput Alin di kantor. Hal yang membuat banyak rekan kerja wanita di kantornya menjadi iri pada Alin.
Siapa yang tidak iri? Daniel Savian Reinaldi memiliki wajah tampan dengan tubuh atletis. Bisa dibayangkan berapa banyak wanita yang selalu memandangnya tanpa henti karena terpesona. Ia menjabat sebagai Vice President RD Corp, sebuah perusahaan multinasional yang sangat sukses dibangun oleh Jimmy Reinaldi, CEO sekaligus Papanya. Hal tersebut menjadikan kehidupan keluarganya selalu tersorot media.
Dani dinilai sebagai pria dengan kehidupan yang sempurna. Selain tampan, ia juga kaya raya. Tentu banyak yang penasaran dengan kehidupan cintanya. Hingga akhirnya Keluarga Reinaldi mengumumkan pertunangan Dani dengan Alin.
Alina Everlyn Pratista, seorang gadis biasa yang muncul dengan mengandeng tangan Dani saat press conference yang diadakan untuk mengumumkan pertunangan mereka. Sejak saat itu, kehidupan Alin yang biasa langsung berubah drastis. Ia bagai Cinderella yang dipinang seorang pangeran. Banyak rekannya bertanya, kenapa ia masih bekerja meski sudah menikah dengan Dani? Tapi Alin tidak pernah serius untuk menggubrisnya. Ia hanya bisa bercerita pada Jeanny dan Shanaz, kedua sahabatnya. Meski tidak semua hal bisa ia ceritakan.
Di apartemen, Alin dan Dani selalu mengerjakan pekerjaan rumah secara mandiri. Itu karena Dani menolak secara keras saat orangtuanya menawarkan asisten rumah tangga dari rumah utama. Ada hal yang ia sadari tentang istrinya, bahkan sebelum mereka menikah. Meskipun Alin terlihat mudah bergaul, tapi Alin adalah sosok pribadi yang tertutup dan sering merasa tidak nyaman bila bertemu dengan orang yang tidak dekat dan akrab dengannya.
Sekitar 2 bulan setelah pernikahan, Dani dan Alin sepakat memulai hubungan melebihi teman. Walaupun sudah menjalani sebuah hubungan dan sering berkencan, tapi Dani merasa belum dapat menyebut hubungan mereka sebagai sepasang kekasih yang sesungguhnya. Hal itu karena ia merasa Alin masih tetap sulit terbuka pada Dani.
Drrrtt. Handphone Alin bergetar. Ia membuka membuka aplikasi chat di layar komputer.
Lin, aku msi ada meeting. Mgkn agak lama. Ternyata dari Dani.
No prob. Selesein kerjaan kmu dlu, balasnya.
"Lin... ontime?" tanya Jeanny yang tiba-tiba muncul menghampiri mejanya.
"Ga jadi."
"Meeting, lagi?" Jeanny mengeluarkan nada sedikit menyindir, tapi Alin tidak meladeni.
Hari itu Alin dan Dani sebenarnya berencana dinner date. Mereka selalu melakukannya sejak menikah, paling tidak seminggu sekali. Namun Dani juga sering membatalkannya, tapi Alin sudah cukup paham.
"Kalian pengantin baru lohhh." tambah Jeanny
"Enough, Jen. Mo lo nyinyir kaya apapun, dia suami gue. Lagian udah hampir 6 bulan gue married, apa masih pantes disebut penganten baru?"
"Masih, selama lo belum hamil." Alin memandang sinis kearah Jeanny, namun sahabatnya itu tidak peduli. "So, hari ini mau kemana?" Alin hanya menghela nafas menghadapi sahabatnya.
Jeanny dan Alin sudah bersahabat sejak SMP. Lalu, mereka berkenalan dengan Shanaz saat SMA yang langsung klop.
Sosok Alin yang cantik selalu menjadi perhatian banyak kaum adam, tapi ia selalu enggan untuk dekat dengan pria manapun. Hal tersebut yang membuat kedua sahabatnya terkejut saat Alin mengatakan akan menikah dengan Dani, pria idaman banyak wanita. Persiapan pernikahan Alin dan Dani memang sangat cepat. Bahkan Alin baru memberitahu rencana pernikahannya 1 hari sebelum press conference kepada kedua sahabatnya dan melangsungkan pernikahan 3 bulan kemudian.
Alin dapat memahami maksud perkataan Jeanny. Sejak awal Jeanny dengan lantang selalu menyampaikan kekhawatirannya bila Dani hanya memperalat Alin. Karena dari luar Alin dan Dani terlihat seperti pasangan yang sempurna. Tapi kalau Dani berbohong dengan alasan kesibukan, Alin pun merasa tak masalah. Apalagi, mereka berdua belum benar-benar menjalani kehidupan sebagai suami-istri.
Benar, ia masih perawan, karena mereka memang belum pernah menjalani hubungan intim. Hal yang kemudian Alin beritahukan kepada kedua sahabatnya yang selalu bertanya tentang ia yang belum hamil setelah lama menikah.
Bagi Alin, hubungan yang saat ini ia sepakati dengan Dani dibawah status pernikahan hanya untuk menghargai kedekatan mereka, tidak ada yang berubah. Mungkin belum. Termasuk juga dengan perasaannya. Ia menyukai sikap Dani yang hangat, meski ia selalu mendengar sebutan suaminya sebagai Ice Prince dan Alin berusaha membalas perhatian yang Dani berikan dengan cara yang sama.
"Lin, mau makan dimana kita hari ini?" Shanaz bersama Jeanny menghampiri tepat jam pulang kerja. Mereka memang bekerja di perusahaan yang sama, hanya berbeda divisi dan posisi.
"Gue ontime." Alin menjawab.
"Suami jadi jemput?" tanya Jeanny.
"Engga."
"Dijemput sopir?" tanya Shanaz.
"Kaga, naik ojol." Shanaz dan Jeanny saling memandang saat mendengar jawaban Alin.
"Seriusan? Ga mau naik taksi aja? Biar kita temenin." tanya Jeanny.
"Emang kalian baru pertama kali liat gue pake ojol ya? Jangan aneh gitu deh." Alin menjawab sembari merapikan tasnya. ".... dan,,, ga ada masalah buat suami gue ataupun keluarganya kalo gue mau naik ojol. Ga ada yang perlu diubah." Alin memotong ucapan Jeanny yang sudah siap berceramah.
Alin sebenarnya sudah gerah dengan banyaknya mata yang melihatnya dan juga bisik-bisik tentang kehidupannya. Ia sadar perubahan yang terjadi setelah menikah dengan Dani. Tapi, nyatanya memang tidak ada perlu yang diubah. Dani memastikan Alin masih bisa bekerja seperti biasa, bahkan mertuanya pun tidak pernah melarang.
Jeanny dan Shanaz sebenarnya tidak bermaksud meledek Alin, tapi justru merasa khawatir bila Alin merasa tidak nyamam kehidupan sosialnya yang harus berubah. Mereka khawatir kalau Alin merasa terkekang dengan kehidupan barunya.
Jeanny dan Shanaz pernah beberapa kali melihat Keluarga Reinaldi yang ramah dan mendengar dari Alin bahwa ia selalu diperlakukan baik. Tapi, sebagai sahabat, mereka masih bertanya-tanya hal yang belum pernah Alin ceritakan. Apa alasan Alin mau menikah dengan Dani?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallin' Slowly [COMPLETED]
RomancePernikahan adalah hal yang sakral. Sama halnya bagi Alin dan Dani. Menikah adalah keinginan mereka, hanya saja tak ada yang tau perasaan keduanya. Tujuan mereka untuk mencari kebahagian, atau jati diri mereka yang sebenarnya?