"Aku butuh kamu, Daniel." ucap Alin pelan.
Dani tidak menjawab, tapi ia kembali meraup bibir Alin yang sudah bengkak. Mereka berciuman semakin dalam.
Hasrat mereka kian naik. Tapi, Dani tidak ingin terburu-buru. Ia ingin menikmatinya, begitu juga untuk istrinya.
Dani memasukkan tangannya kedalam kaos Alin yang longgar, meraba kulit istrinya yang halus. Alin tidak bisa menahan diri untuk tidak mendesah dibalik ciuman mereka, ia pun melakukan hal yang sama dengan perlahan memasukkan tangannya dibalik kaos suaminya dan merasakan kekekaran punggung Dani.
Dingin yang menyelimuti akibat hujan yang masih menderu dan dinginnya AC memenuhi kamar seakan tidak menjadi penghalang dari kehangatan yang Alin rasakan dari tangan Dani. Perlahan tapi pasti, Dani menarik ujung kaos yang Alin gunakan dan melepasnya dari atas kepalanya, menyisakan bra berwarna hitam yang menutupi payudaranya.
Dani tidak memberikan waktu bagi Alin untuk merasa malu. Ia kembali meraup bibir istrinya yang ia lepaskan sesaat. Dani mengarahkan tangannya pada pengait bra dan melepasnya. Tiba-tiba Alin melepas ciuman dan menarik wajahnya.
"Wait." desah Alin. Ia melepas pelukan suaminya dan bangkit dari ranjang. Ia berjalan kearah jendela kamar mereka yang besar dengan balkon yang sudah dibasahi hujan dan memegang payudaranya yang masih tertutup bra meski pengaitnya sudah terlepas.
Dani ikut bangkit dari ranjang. Ia berpikir mungkin langkahnya terlalu cepat dan Alin belum siap. Ia mendekat ke istrinya dan tangannya meraih pengait bra untuk dikunci kembali.
Dani memeluk istrinya dari belakang dan bibirnya mencium pundak Alin dengan lembut. "Kalo kamu belum siap, aku bisa nunggu." ujarnya.
Alin berbalik badan menatap mata suaminya, "Bukan gitu, Niel."
Ini pertama kalinya Alin memanggil suaminya dengan panggilan lain, tapi Dani tidak membantah. "Aku sudah siap. Hanya aja...."
Kalimat Alin terhenti dan Dani hanya menunggu kelanjutannya, "....aku takut kamu kecewa. Badan aku ga sebagus yang kamu pikir."
Dani mencium kening Alin. Ia paham. Ia pernah mendengar cerita dari Jeanny setelah memastikan bahwa Dani tidak mempermainkan Alin. Ia tahu Alin pernah hampir diperkosa. Beruntung Jeanny dan Shanaz bisa menolong Alin.
Saat mendengar itu, Dani tidak tinggal diam. Tanpa sepengetahuan Alin dan dengan informasi dari Jeanny dan Shanaz, Dani berhasil mengetahui pelakunya.
Dani melepas kaosnya di hadapan Alin. Menampilkan sebuah luka bakar yang cukup besar pada dada hingga perut Dani. Luka yang ia dapatkan saat berusaha menolong Davi. Alin sudah pernah mendengarnya.
"Badan aku juga ga bagus. See...?" ucap Dani
Alin meraba luka bakar Dani dengan lembut. Lalu tangannya beralih pada pengait bra dan membukanya kembali. Ia melepas bra dihadapan Dani yang menampilkan beberapa luka bakar dari puntung rokok pada area dada dan perutnya.
Dani menyentuh bekas luka bakar akibat puntung rokok pada tubuh Alin yang memejamkan mata dengan erat. Trauma atas kejadian itu masih terasa. Dani ingin menghilangkannya. Ia memeluk tubuh topless istrinya, meraba punggungnya dan mencium pundaknya.
"Aku disini, buat kamu, Lin." bisik Dani.
Dani melepaskan pelukannya. Ia menangkup wajah Alin dan mencium bibirnya. Perlahan ciuman mereka semakin dalam. Dani tahu mereka sudah siap.
Dani menggendong tubuh Alin tanpa melepas ciuman, lalu berjalan ke ranjang dan membaringkannya. Ia mengarahkan ciuman kearah leher Alin dan semakin turun kearah dadanya.
Dani mencium bekas luka pada tubuh Alin dengan lembut. Berharap semua rasa sakitnya bisa hilang. Lalu ia mengecup puting Alin, mencium hingga mengulumnya. Dani melakukan hal yang sama pada payudara yang tersisa.
Erangan dan desahan Alin memenuhi kamar. Dani tidak berhenti. Saat mencium perut Alin, tangannya meraba masuk kedalam celana berbahan kaos yang Alin gunakan. Ia merasakan Alin sudah basah, sama dengan teman kecilnya yang sudah mengeras.
Dani menurunkan celana Alin, berikut celana dalamnya. Menampilkan Alin yang polos tanpa sehelai kain. Dani mencium ujung kaki, lalu ke paha Alin.
"Niel..." panggil Alin saat bibir Dani menyentuh area sensitifnya. Dani tidak menjawab, tapi bibirnya beralih ke payudara Alin dengan jarinya yang memainkan area sensitif dibawah.
Dani menarik bibir dan tangannya dari tubuh Alin. Ia berdiri di sisi ranjang dan melepaskan celananya sehingga ia juga terlihat polos, lalu naik keatas ranjang dengan menciumi wajah istrinya.
"Takut?" tanya Dani.
"Sama kamu, engga. Tapi, takut sakit." jawab Alin.
"Mau stop?" Dani mau Alin benar-benar siap.
Gelengan kepala Alin membuat Dani tersenyum. Lalu ia mengecup bibir Alin.
"Bakal sakit, tapi aku bakal lakuin dengan gentle." Dani tahu Alin nervous. Meski ia berusaha menenangkannya, tapi istrinya masih khawatir.
Dani mencium bibir Alin, berharap rasa nervous itu bisa hilang. Disaat Dani merasa Alin sudah rileks, ia menaiki tubuh Alin tanpa melepas ciuman mereka.
Perlahan kejantanannya yang sudah mengeras menyentuh area intim Alin. Dani mengalihkan rasa terkejut istrinya dengan memperdalam ciuman mereka.
Ciuman Dani turun ke leher Alin. Bersamaan dengan kejantanannya yang dimasukkan ke area intim istrinya yang masih sempit.
Alin mengeratkan pelukannya pada Dani saat rasa sakit merobek intinya yang sudah ia jaga selama ini. Mata Alin yang mengeluarkan airmata dikecup lembut dengan tangan Dani melebarkan kaki Alin, sehingga ia bisa memasuki area intim Alin lebih dalam.
Dani memeluk Alin dengan penyatuan mereka yang sempurna. Pinggul mereka bergerak bersama dan perlahan. Dani menatap wajah Alin yang menahan sakit hingga mengeluarkan desahan nikmat.
Mereka menikmati penyatuan tubuh yang perlahan semakin panas hingga keringat membasahi tubuh mereka.
"....mhmhhhmm... Niel..." panggil Alin.
"Ya, sayanggg..." Dani menciumi telinga, leher dan mengulum payudara dengan meninggalkan kiss mark di berbagai area tubuh istrinya.
Alin meremas rambut Dani disaat ia merasa sudah mencapai klimaks dan berpelukan untuk mencapai klimaks bersama-sama. Dani yakin ia sudah menyemburkan cairan sperma sebanyak mungkin ke vagina Alin.
Mereka saling berpandangan dan berciumam tanpa melepas penyatuan tubuh.
Alin ikut menggerakkan pinggulnya lagi saat ia merasakan pinggul suaminya bergerak perlahan. Dalam irama yang sama mereka bergerak tanpa ingin mendahului. Mereka bergerak dengan seimbang karena ingin melakukannya bersama-sama, menikmatinya bersama.
Malam itu menjadi malam yang panjang untuk Dani dan Alin. Entah berapa kali mereka mencapai puncak klimaks dengan saling mengeluarkan cairan intim mereka sebanyak-banyaknya.
Alin tidak khawatir, begitu juga Dani. Mereka menginginkan satu sama lain karena saling membutuhkan satu sama lain.
Malam itu mereka tidur dengan lebih nyenyak dalam rangkulan yang hangat. Tidak ingin melepaskan penyatuan tubuh mereka karena sudah merasa berada di tempat yang tepat.
Dani dan Alin memiliki trauma yang tidak bisa dilupakan. Malam ini mereka saling menyembuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallin' Slowly [COMPLETED]
RomancePernikahan adalah hal yang sakral. Sama halnya bagi Alin dan Dani. Menikah adalah keinginan mereka, hanya saja tak ada yang tau perasaan keduanya. Tujuan mereka untuk mencari kebahagian, atau jati diri mereka yang sebenarnya?