.....Gue udah bahagia. Thank you, Bro. ujarnya dalam hati.
Sudah 3 minggu Dani dan Alin kembali ke apartement. Setiap hari Bi Tika dan beberapa asisten rumah tangga datang ke apartement. Tentu saja hal itu atas permintaan Mama Arshinta yang tidak mengijinkan Alin melakukan pekerjaan rumah dan juga menemani Alin bila Dani pulang malam.
Namun ada yang kurang bagi Dani. Ia melihat Alin akrab dengan para pekerja dan asisten rumah tangga, tertawa dan mengobrol. Tapi saat hanya berdua dengan Dani, Alin selalu diam. Istrinya memberikan perhatian, tapi seperti ada jarak antara mereka. Seperti awal pernikahan, bahkan lebih buruk bagi Dani karena Alin seperti menarik diri tiap diajak mengobrol.
Dani beberapa kali meminta Shanaz dan Jeanny datang ke apartement untuk mencari tahu. Tapi, Alin tidak memberi jawaban dan bahkan mengalihkan pembicaraan.
Hari itu Dani memberitahu Nesya dan Antoni kalau ia akan pulang sore hari. Ia bahkan memberitahu Bi Tika untuk kembali ke rumah Reinaldi lebih awal. Sebelum tiba di apartement, Dani mampir ke supermarket. Ia ingin menyajikan makan malam berdua dengan Alin.
Tiba di apartement, ternyata Alin sedang tidur. Dani pun langsung menuju dapur dan menyiapkan makan malam.
Beberapa saat kemudian, Alin terbangun dan langsung keluar dari kamar. Ia melihat Dani yang terlihat sibuk memasak, bahkan masih memakai kemeja yang Alin siapkan tadi pagi. Alin melihat jam dinding, belum terlalu malam dan tidak seperti biasanya Dani sudah pulang.
Dani berbalik dan melihat Alin yang duduk di kursi meja makan. Ia terkejut karena mengira Alin masih tidur.
"Kamu udah bangun. Aku sampe kaget
liat kamu disitu." ujar Dani."Masi sore gini, kok kamu uda pulang?" tanya Alin yang tidak menggubris ucapan Dani.
"Ohh... udah ga ada jadwal meeting lagi, jadi aku pulang cepet biar kita bisa dinner bareng." balas Dani yang sibuk meletakkan daging steak di piring.
"Sori, kayanya aku ga bisa nemenin makan, karena perutku lagi mual dan ga nafsu makan. Aku keluar karena mau bikin susu supaya bisa tidur lagi." Dani mematung mendengar ucapan Alin.
Alin menyadari Dani yang terdiam. Tapi ia tetap berjalan mengambil gelas dan menyiapkan susu. Setelah selesai ia melewati Dani berjalan ke kamar.
"Apa kamu masih berpikir untuk berpisah sama aku?" pertanyaan Dani menghentikan langkah Alin dan mengeratkan genggaman tangannya yang memegang gelas.
Dani menahan emosinya menatap punggung istrinya yang tidak bergerak dari posisinya berdiri. Ia tak ingin bertengkar dengan Alin. Tidak setelah ia sudah mendapatkan istrinya lagi.
Dani berjalan dan berdiri di hadapan Alin yang tidak ingin menatapnya. Tangannya meraba tangan Alin yang gemetar dan mengambil gelas dari genggamannya.
"Apa boleh kalo aku ingin kita bertahan dalam pernikahan ini?" akhirnya Alin menatap manik mata Dani.
"Apa karena aku hamil anak kamu?"
"Bukan anak aku. Anak kita, Lin. Dan aku janji ke Alvian untuk jaga kamu." Alin merindukan kehangatan suara Dani. Tapi, sayangnya, jawaban Dani tidak menyentuh hatinya.
"Aku bisa jaga diri aku sendiri." ucap Alin mengambil gelas yang Dani masih genggam, namun Dani justru menggeser tangan dan melepaskan gelas itu dari genggaman hingga pecah.
"Kamu gi...." ucapan Alin terhenti saat bibirnya diraup secara paksa oleh Dani.
Alin berusaha melepaskan ciuman, tapi tenaganya tidak kuat melawan Dani. Alin menyerah saat Dani seperti enggan melepaskan ciuman dan pelukan pada tubuhnya.
Dani menarik tubuh Alin agar duduk di pangkuannya. Ia memperdalam ciuman meski Alin tidak membalasnya. Tidak sampai ia merasakan Alin yang mulai menyerah. Dani pun mencium dengan lembut dengan sesekali membiarkan istrinya mengambil nafas.
Tubuh Alin terkunci dalam pelukan Dani. Bibir mereka tak ingin berpisah. Alin ingin mengutuki tubuhnya yang bertolak belakang dengan otaknya.
Alin merasakan gairah dalam tubuhnya saat Dani memasukkan tangannya ke dalam kaos tidur. Alin tak bisa menahan desahan diantara ciuman saat tangan Dani meraba perutnya yang membesar, kemudian menyentuh payudaranya yang sudah membengkak.
Tangan Alin menggengam rambut tebal Dani dan merapatkan tubuh mereka. Ciuman Dani belum beranjak meski bibir Alin sudah terasa bengkak. Tidak, Dani masih ingin menikmati bibir Alin yang ia rindukan.
Dalam kaos yang masih menutup tubuh Alin, tangan Dani bergerak lembut. Ia bahkan mengeluarkan payudara Alin dari cup bra. Menangkup dan meraba payudara Alin yang terasa berbeda di telapak tanganya. Satu tangannya memainkan kedua puting payudara Alin yang rasanya ingin ia mainkan dengan bibirnya.
Dani masih bertahan dalam posisi mereka saat ini dan menikmati tiap desahan yang Alin keluarkan dengan tubuh Alin yang bersandar padanya. Ia ingin bergerak perlahan, seperti pertama kali mereka melakukannya.
Sebelah tangan Dani meraba dengan lembut punggung Alin. Perlahan masuk menelusup ke celana pendek yang Alin gunakan. Kemudian naik ke punggung lagi dan melepaskan pengait bra yang masih terkunci.
Alin menarik bibirnya. Tangan Dani terlihat siap mengeratkan pelukan dan memastikan ia tidak beranjak dari pelukan.
Alin yakin melihat gairah pada mata Dani. Gairah yang sama saat mereka bercinta untuk pertama kalinya. Tidak hanya gairah, tapi ada hal lain yang tergambar di mata Dani. Apa Alin boleh berharap?
"Daniel." ucap Alin setelah beberapa saat saling menatap dalam diam.
"Hhmmm?"
"What do you want?"
"Kamu."
"Why?"
"I love you, Alina." Alin tidak tahu harus melakukan apa saat Dani memberikan jawaban itu. Apa Dani bisa membaca pikirannya?
Dani membuka kancing kemejanya, lalu meraih tangan Alin yang bertengger di lehernya dan meletakkan pada dada di atas jantungnya.
"Rasanya sakit, disini. Saat kamu bilang mau pisah, saat kamu pergi darisini. Rasanya hampa karena ga bisa meluk kamu, ga bisa liat kamu. Aku ga peduli Alvian marah dan mukulin aku karena biarin kamu pergi. Aku ga sadar kalo aku ga cuma butuh kamu. Aku mau kamu. Because I love you. Kita hidup sama-sama, oke? Stay here, with me. Hhmmm?"
"Kamu berubah." ujar Alin.
"Berubah karena aku udah jatuh cinta sama kamu." Alin berusaha menahan senyum mendengar ucapan Dani.
"Bukan."
"Lalu?"
"Kamu jadi bawel." Alin membalas dan mencium bibir Dani. Ia tidak ingin mendengarkan kata-kata dari bibir Dani lagi. Sudah cukup, atau ia bisa menggila karena bahagia.
Dani membuka bibirnya, membiarkan Alin menikmati rongga bibirnya yang tergila-gila karena bibir Alin yang mampu menggodanya.
Baby, Papa ga akan nyakitin Mama. Stay there with calm, ucap Dani dalam hati dengan mengelus perut Alin dengan lembut. Memperdalam ciuman hingga nafas mereka habis dan melepas dengan tertawa bersama.
"Kamu ga mau bilang juga?" tanya Dani di sela ciuman mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/325623941-288-k493885.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallin' Slowly [COMPLETED]
RomansaPernikahan adalah hal yang sakral. Sama halnya bagi Alin dan Dani. Menikah adalah keinginan mereka, hanya saja tak ada yang tau perasaan keduanya. Tujuan mereka untuk mencari kebahagian, atau jati diri mereka yang sebenarnya?