Happy Anniversary

1.1K 73 0
                                    

Tapi, apa Alin boleh untuk tidak bangun dan menikmatinya saja?

Hari itu Alin dan Dani sedang berada di rumah utama keluarga Reinaldi. Alin seperti biasa suka ikut membantu di dapur. Mama Arshinta begitu baik dan selalu memperlakukan Alin seperti putrinya sendiri.

Setelah makan malam, mereka duduk  mengobrol di ruang tengah. Alin duduk bersebelahan dengan Dani yang sedang membaca majalah.

"Jadi, apa rencana kalian?" Mama Arshinta menanyakan rencana Dani dan Alin karena minggu depannya adalah ulangtahun pernikahan mereka yang pertama.

"Ga ada." jawab Dani. Alin pun hanya diam seakan menyetujui.

"Jangan gitu, Niel. Kamu ga kasian ke istrimu, masa ga ada yang istimewa untuk anniversary kalian..." di rumah besar ini memang tidak ada yang memanggil Dani seperti Alin. Niel, kalau dipikir-pikir Alin juga pernah dengar Nesya memanggilnya suaminya seperti itu.

"Tau nih, Kak Niel... Cewe tuh suka kalo dikasi kejutan romantis." semprot Mikaelo Ansel Reinaldi, adik kandung Dani. "Bingung, apa sih yabg disuka kakak ipar dari manusia kaku kaya Kak Niel?"

Alin hanya tersenyum, ia suka bila adik iparnya itu sudah mengeluarkan candaan. "Masa kamu ga tau kalo kakak kamu ganteng?"

Dani yang sedang membaca majalah hanya melirik. Ia secara jujur senang bagaimana Alin bisa berbaur dengan keluarganya, walaupun ia juga iri pada adiknya karena Alin lebih banyak diam bila hanya berdua dengannya. Jadi, siapa yang kaku sebenarnya?

"Ganteng doang kalo ga romantis, emang betah?" Alin hanya menanggapi dengan tertawa, begitu juga dengan Mama Arshinta.

"Sudah, sudah." sahut Papa Jimmy. "Kalo kakakmu ga bisa, kita aja yang bikin surprise, Elo. Gimana?"

"Ga usah, Pa." potong Dani. "Masa aku mesti ngumbar-ngumbar kalo mau bikin surprise buat istri. Namanya bukan surprise lagi dong."

Alin hanya memandang suaminya yang mengelus punggungnya dengan tatapan bingung, namun hanya bisa tersenyum.

Mereka mengobrol banyak hal dengan keakraban yang membuat Alin merasa nyaman. Beruntung tidak ada yang menanyakan kenapa ia belum juga hamil? Apa Dani sudah bicara dengan keluarganya agar tidak membahas hal tersebut? Tapi, yang pasti, Alin merasa lega bila tidak ada yang membahasnya.

"So, Niel, apa istrimu sudah diberitau?" Papa Jimmy mengajukan pertanyaan yang membuat Alin melihat Dani dengan tatapan penuh tanya.

"Tentang apa, Pa?" tanya Dani.

"Grand Event untuk anniversary RD Corp. Jangan bilang kamu lupa bilang ke Alin." ujar Papa Jimmy.

"Engga kok, Pa. Dani udah bilang. Cuma aku belum confirm ke Dani." Alin mendahului Dani yang akan memberi jawaban.

Alin tau, suaminya tidak mungkin lupa. Tapi Dani memang sengaja tidak memberitahunya. Dani tidak ingin Alin merasa tidak nyaman karena semua perhatian pasti akan tertuju padanya, meski beberapa kali Alin sudah ikut mendampinginya dalam beberapa acara.

Dani ingat saat Alin mendampinginya dalam sebuah acara setelah mereka mengumumkan pertunangan. Tangan Alin yang ia genggam gemetar dan Dani  melihat wajahnya yang pucat. Mungkin Alin bisa saja jatuh bila Dani tidak merangkulnya. Sejak itu Dani tidak pernah meminta Alin bila istrinya tidak ingin datang.

"Papa minta Niel ajak kamu. Eventnya sengaja dibikin dengan tambahan charity fashion dan art. Niel pernah cerita kamu suka design. Mamamu undang beberapa pelukis untuk tampilin karya mereka. Papa yakin kamu suka. Kamu bisa datang kan, Nak?" ada nada berharap pada kata-kata Papa mertuanya, Alin tidak bisa menolaknya.

"Bisa kok, Pa." jawaban istrinya membuat Dani terkejut. "Cuma lagi mikir harus pake apa untuk datang kesana." jawaban Alin membuat Mama mertuanya tersenyum paham. Alin lupa kalau ia berhadapan dengan keluarga sosialita.

+++++++++++

Hari H Grand Event Anniversary RD Corp ternyata diadakan di hari Jumat. Alin meminta ijin untuk masuk setengah hari. Dani memberi kabar bahwa Antoni akan menjemputnya dari kantor karena Dani harus bersiap di tempat acara.

Alin memutuskan tidak keluar makan siang untuk membereskan pekerjaan sebelum ia pulang. Pagi tadi Dani sudah keluar dari apartemen lebih pagi dari biasanya. Dan seharian ini Alin belum berkomunikasi dengan suaminya.

Sekitar jam 3 sore ia mendapat telepon dari Antoni yang sudah tiba didepan kantor. Ah, karena acara hari ini dan agar tidak lupa, Alin sudah memasukkan Handphone yang Dani beli kedalam tas semalam. Tidak lupa Alin memberitahu kedua sahabatnya saat ia pulang.

Tiba di sebuah hotel berbintang, Antoni langsung membawa Alin ke Suite Room yang sudah disiapkan oleh Nyonya Besarnya. Disana sudah menunggu Nesya dan beberapa orang yang membantu Alin untuk mempersiapkan diri.

Menjelang jam 7 malam, Alin masih berada di Suite Room seorang diri. Nesya sudah lebih dulu pergi 1 jam sebelumnya karena ada yang harus dikerjakan. Tak lama ia mendengar bel kamar berbunyi. Ia melihat Dani di balik lensa pintu kamar dan langsung membuka pintunya.

Dani terlihat tampan dengan setelan yang digunakannya. Alin cukup takjub. Apa ia tidak menyadari suaminya memang seorang pria yang tampan?

"Udah siap?" tanya Dani, sejujurnya ia terkesima dengan penampilan Alin yang menggunakan gaun berwarna abu silver. Sangat kontras dengan kulitnya yang putih.

"Udah. Wait, aku ambil tas dulu." Alin kembali masuk kedalam mengambil rompi berbulu dan pouch kecil yang berwarna senada dengan gaunnya. Ia meminta bantuan Dani untuk mengenakan rompi pada pundaknya yang terbuka.

"Gaunnya nyaman?" tanya Dani.

"Nyaman. Bahannya bagus. Cuma agak terbuka, untung ada rompinya." jawab Alin. Dani mengangguk paham karena ia tau Alin tidak suka pakaian terbuka.

"Stay Close, oke? Dont worry, ada aku." Kata-kata Dani cukup membuat Alin yang gugup menjadi tenang.

Alin masuk ke Ballroom hotel bersama keluarga Reinaldi. Bisa dibayangkan dengan banyak mata memperhatikan kehadirannya. RD Corp mengundang banyak media, cahaya blitz yang membahana membuat Alin gugup dan mengeratkan rangkulan tangannya pada lengan Dani yang menarik tangannya untuk merangkul Alin. Tiba di meja paling depan, Dani membantu melepas rompi yang ia gunakan dan membantunya untuk duduk.

Sepanjang acara Dani terus memegang tangan istrinya. Ia tidak melepaskan meski ia harus bertemu dengan beberapa rekan bisnis yang menjadi tamu undangan. Hingga di puncak acara, Mama Arshinta mendorong Dani dan Alin untuk berdansa yang tidak bisa ditolak keduanya.

Dani merengkuh pinggang Alin yang merangkul lehernya. Mereka berdua gugup karena selama ini tidak pernah berada sedekat itu. Mereka berdansa layaknya pasangan romantis pada umumnya. Banyak mata yang terkesima dengan pasangan yang terlihat serasi itu.

Dani tidak bohong bahwa hasratnya membuncah. Rambut Alin yang disanggul memperlihatkan lehernya yang jenjang. Rasa hangat mengalir dari telapak tangan Dani yang menyentuh kulit punggung Alin.

Dani merekatkan pelukannya hingga bibir mereka hanya berjarak beberapa centi. Perlahan bibirnya menyentuh bibir istrinya. Alin tidak terlihat terkejut, justru ia menatap mata Dani dengan hangat dan tersenyum.

"Happy Anniversary." ucap Dani.

Fallin' Slowly [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang