"Kamu ga mau bilang juga?" tanya Dani di sela ciuman mereka.
"Bilang apa?" tanya Alin.
"Tega kamu." Dani tak hanya mencium bibir Alin, tapi telinga hingga leher dan pundak yang membuat Alin tertawa. "Aku bakal bikin kamu bilang sampe berkali-kali."
Dani meraup bibir Alin yang disambut dengan senyuman. Mereka berciuman tanpa henti dengan tangan mereka yang juga tidak ingin berhenti.
Tangan Dani menarik kaos melewati kepala Alin, sekaligus melepas bra yang sudah terbuka. Tangan Alin membuka kemeja Dani yang kancingnya sudah ia buka dengan susah payah.
Dani merapatkan tubuh mereka dan membagi kehangatan yang mereka rindukan.
Dani melepaskan ciuman dan menciumi leher Alin hingga turun ke payudara. Memainkan puting dan mengulum keduanya. Lalu mengecup perut Alin yang membesar.
"Baby, stay calm, oke? Papa mau bikin Mama kamu ngomong 'I Love You' tanpa henti. Sesuai kata tante dokter, Papa promise bakal gentle." ucap Dani dan mengecup perut Alin berkali-kali, lalu beralih menatap Alin yang tersenyum padanya.
Dani mencium lembut bibir Alin. Perlahan ia membaringkan tubuh istrinya di sofa.
Bila ingin digambarkan, Alin merasa gila karena permainan tangan dan lidah Dani. Sentuhan bibir Dani pada tiap jengkal tubuhnya membuat gairahnya terus memuncak.
Dani sudah melepaskan celana pendek dan membiarkan celana dalam Alin tetap terpasang. Namun sepertinya Dani belum ingin berhenti bermain hingga membuat Alin tidak sabar. Ia bahkan membenci Dani yang masih memakai celana kerjanya.
Dani memposisikan tubuhnya miring dan membiarkan Alin terlentang. Tangan kanan Dani menyangga kepala Alin dan mampu meraih payudaranya, sedangkan tangan kirinya memainkan daerah sensitif Alin yang sudah basah. Bibir Dani mengulum payudara Alin entah sudah berapa lama.
Alin bisa benar-benar gila dengan permainan Dani pada tubuhnya. Yang membuat Alin lebih menggila, tubuhnya justru menikmati sentuhan suaminya. Bahkan meski ia sudah mencapai klimaks.
"Daniel." desah Alin.
"Hhmmm?"
"Mau sampai kapan kamu begini?"
"Kamu ga suka?" tanya Dani yang mengangkat wajahnya, meski tangan kirinya masih bermain diantara kaki Alin yang terbuka.
"Bukannn... gitu... tapiii, mau sampe berapa lama?" Alin menggigit bibirnya karena jari Dani yang menyentuh cl*t nya.
"Sampe kamu bilang 'I Love You' ke aku. Atau aku akan nyiksa kamu terus."
"Kamu seriusan?? Ehhmmm... kamu kan udah tau..." Alin menahan desahan keluar dari bibirnya.
"Aku ga tau, karena kamu belum bilang. C'mon, sayang, say it." tangan Dani berhenti membuat Alin terkejut karena gairahnya sedang berada di puncak.
Alin menghela nafas, ia tahu Dani juga menahan gairah dalam tubuhnya. Tapi ia kenal suaminya bukan tipe yang mudah kalah. Apalagi posisinya tidak membuatnya bisa melawan Dani. Ia sudah terkunci dan tidak bisa kemana- mana.
Tangan Alin terangkat dan meraba pipi Dani. Menarik wajah suaminya hingga hanya berjarak beberapa centi.
"Tuan Daniel Savian Reinaldi, I am fallin' in love with you. Ga tau sejak kapan. Kamu selalu bikin aku tersiksa karena selalu muncul di kepala aku. Aku udah ga punya apa-apa. Aku cuma punya kamu, because I love you, Bie."
"Kamu bawel, Nyonya Reinaldi." Dani langsung meraup bibir Alin tanpa ampun.
Beberapa saat Dani menarik ciuman dan berdiri untuk melepaskan celana dan celana dalamnya. Alin menatap dengan malu. Lalu Dani melepas celana dalam Alin dan kembali menyatu diatas sofa tanpa ada sehelai pun diantara mereka.
Dengan perlahan Dani memasukkan 'jagoan' yang sudah merindukan goa nikmat Alin. Ia memposisikan diri diatas Alin dan bergerak perlahan.
Ayunan pinggul yang perlahan berubah menjadi cepat saat ia melihat Alin hampir mencapai klimaks dan mereka pun mencapai klimaks bersama. Ia menyemburkan cairan dalam tubuh Alin, seakan melepaskan perasaannya yang selama ini ia pendam.
Seakan tidak mau berhenti, tubuh Dani bergerak lagi. Melihat respon tubuh istrinya, Dani tahu Alin juga menikmati permainan mereka selanjutnya meski keringat sudah membahasahi tubuh mereka.
Entah berapa kali mereka mencapai klimaks malam itu. Namun, Dani tidak ingin membuat Alin kelelahan. Bahkan tubuh Alin sudah dipenuhi oleh banyak kiss mark dari ciuman dan gigitan Dani.
Tanpa melepaskan penyatuan dengan pergerakan pinggul yang lembut, mereka berbaring berhadapan dan berpelukan. Sepanjang permainan intim yang mereka lakukam, entah berapa banyak mereka saling mengucapkan 'I Love You' berkali-kali.
"Sakit?" Alin menjawab pertanyaan Dani dengan gelengan kepala dan kecupan pada bibir suaminya.
"Dia ga rewel." Dani meraba perut Alin. Ia sendiri harus mengakui tidak merasa ada halangan. Thank you, Baby.
"Bukan dia, tapi mereka." balas Alin.
"Whatt??? Maksudnya... kamu...?"
"Aku hamil anak kembar." ucap Alin.
"Seriusan??" Alin memberi anggukan pada Dani.
Dani menciumi Alin tanpa henti dan memeluknya.
"I love you, Alina. I love you. Aku bakal jadi suami yang baik, jadi Ayah yang baik." Dani menatap Alin, "kita raih kebahagiaan kita sama-sama ya?"
Alin mengangguk lagi dan mencapai bersama klimaks yang terakhir pada malam itu. Kemudian mereka tertidur dengan lelap dengan berpelukan.
Tengah malam Dani terbangun. Jam masih menunjukkan pukul 2 dini hari. Ia merasakan Alin yang bergerak pelan dalam pelukannya. Ia pun mencium kening Alin dengan lembut.
++++
5 tahun lalu, dalam perjalanan ke rumah sakit. Dani tidak peduli dengan rasa sakit pada tubuhnya. Bajunya terbakar dengan kulit melepuh pada bagian dadanya. Perawat berusaha membantu Dani, namun tangannya dihempaskan.
Dani tidak peduli dengan dirinya. Tidak saat Davi memegang tangannya dengan lemah karena menahan luka bakar di hampir seluruh tubuhnya. Nafas Davi sudah tersengal-sengal, perawat yang mendampingi mereka di ambulans memberi informasi kalau Davi sudah menghirup asap terlalu banyak.
"Twins,,, promise... me..." ucap Davi dengan menatap Dani dan berusaha melepaskan oksigen dari wajahnya.
"Dont talk, Vi. Please..." airmata Dani menetes. Ia tak sanggup melihat kondisi saudara kembarnya.
"No... listen to me, Niel... hhmmm?" Davi terbatuk, "Promise me, lo bakal jaga keluarga kita. Jangan bertindak bodoh kaya gue. And,,, "
Davi terbatuk lagi dan meringis saat rasa sakit menusuk hingga ke tulangnya, "And,,, promise me, you will be happy. Find your happiness. You must be happy. Promise me, twins."
"Gak,,, lo yang harus jaga kita... lo anak sulung. Jangan nyerahin ke gue... gue ga mau." balas Dani.
Davi menggeleng, sekuat yang ia mampu. "Promise me, Niel... promise me!!" suara Davi terdengar serak dan Dani hanya bisa mengangguk.
"Good. You always good boy. That's my twins." Davi mengambil nafas dalam. "Gue cape. Gue mau tidur. Boleh ya, Niel?"
Daniel tidak menjawab dan hanya mampu memandang Davi yang ingin terlelap untuk selamanya.
Dan, setelah itu hidup Dani berubah total.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallin' Slowly [COMPLETED]
RomancePernikahan adalah hal yang sakral. Sama halnya bagi Alin dan Dani. Menikah adalah keinginan mereka, hanya saja tak ada yang tau perasaan keduanya. Tujuan mereka untuk mencari kebahagian, atau jati diri mereka yang sebenarnya?