Chapter 28

16 2 0
                                    

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

________

Arsene berhasil menenangkan dirinya dari serangan emosionalnya. Dia kemudian menghela nafas lalu terduduk lemas di lantai. Sebuah bambu merah tiba-tiba muncul dan melayang di hadapan Arsene. Lalu sebuah surat muncul dari bawah pintu. Arsene segera memungutnya.

'Segera ambil bambu itu dan pergi temui Kaisa, suruh dia mencabut bambu yang berada di belakang rumahnya. Lalu bakar bambunya bersama bambu yang berada di hadapanmu. Dengan begitu, kamu dan seluruh bangsa Orc yang berada di alam manusia akan kembali ke kerajaan dan kutukan itu akan hilang selamanya.' Linn, penyihir menara.

Arsene menatap bambu merah yang terjatuh di lantai. Namun Arsene berpikir lain, dia merasa semua ini hanya jebakan semata. Arsene kemudian membakar kertas tersebut di tangannya.

Tubuh ibu panti melayang di udara dengan tubuhnya terlilit tali api yang sangat panas. Telinganya seketika berdengung sebagai tanda bahwa burung pengantar pesan telah selesai menjalankan tugasnya. Namun ratu belum tersadar dari emosionalnya yang terus memanipulasi pikirannya. Hari tiba-tiba menjadi gelap bagaikan malam, semua makhluk yang berada di mansion ini tersadar kembali. Sang ratu tersadar dan terkejut akan tangannya yang mengeluarkan tali api dan mengikat seseorang. Lalu terdengar suara gemuruh dari luar.

Arsene menggenggam bambu merah itu dan segera keluar melalui jendela. Dia menatap langit yang berubah menjadi gelap gulita bagaikan malam hari. Gerhana matahari tiba-tiba datang dan membuat semua manusia berhamburan keluar menatap sang matahari. Burung-burung berhamburan masuk ke dalam sarangnya, tidak ada satu pun hewan yang berani keluar dari dalam rumahnya.

Duca masuk ke dalam dan berakhir duduk di atas kursi sofa. Dia melepaskan tali pita yang menggulung kertas yang dia dapat dari burung itu. Semua orang tertuju padanya dan saling menghampiri, tak terkecuali si Eluiga. Duca membentang kertas tersebut dengan lebarnya. Beberapa tulisan seperti cacing tertuang diatasnya, tidak heran jika yang menulisnya adalah ibu panti sendiri.

Air berhenti mengalir dari derasnya air hujan yang turun berhamburan. Angin bersindikat berhembus dari rendah menuju ke titik atas, dia pun bisa dicuci otaknya. Temuilah Kaisa dan katakan bahwa cabutlah bambu merah lalu bakarlah sebelum buliran air datang berhamburan memenuhi bumi.

Kaisa berkerut kening, "Surat dari siapa?" tanyanya. Kaysen mengambil kertas tersebut.

"Siapa lagi jika bukan ibu pengganti kalian," Tuturnya dengan maniknya menatap Kaisa dan Sherin bergantian.

Mengingat tentang bambu merah, Kaisa segera berlari mengambil sepeda yang berada di belakang rumah Kaysen untuk membantunya pergi ke rumah lamanya. Karena bambu itu keadaan menjadi kacau seperti ini. Jika saja waktu itu Kaisa tidak menyentuh tanaman itu, apa keadaan tidak akan seperti ini. Kaisa berhenti karena lampu lalu lintas menyala merah. Dia menyeka keringatnya dengan punggung tangannya. Sebuah mobil berhenti di sebelah Kaisa, sang pemilik menurunkan kaca mobilnya.

"Hey anak kecil! apa kamu tahu letak mansion ini?" Tanyanya seraya menyodorkan lembaran foto. Kaisa hanya terdiam. Foto yang ditunjukkan oleh orang tersebut adalah kediaman Arsene. Lampu lalu lintas menyala hijau, Kaisa segera mengayuh sepedanya dan meninggalkan orang yang baru saja menanyainya.

"Huh! dasar anak kecil ditanya malah kabur!" Kesalnya.

"Dia kabur karena bingung, mansion seperti itu tidak ada disini. Ada-ada saja!" Tutur orang yang berada di sampingnya.

"Mansion itu sudah lama tenggelam ribuan tahun yang lalu karena banjir besar yang melanda kota ini. Jika mansion itu muncul kembali, itu terdengar aneh dan tidak masuk akal." Tambahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DOOZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang