Chapter 27

13 2 0
                                    

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

________

Hujan turun dengan deras membasahi bumi yang hampir membuat aktivitas manusia menjadi terhambat. Sherin tengah membersihkan gudang rumah Kaysen yang tidak terawat, pasalnya dia sangat bosan sembari menunggu kepulangan Kaisa. Dia menarik lemari yang menghimpit sesuatu. Betapa terkejutnya dia setelah melihat sebuah pintu berbentuk lingkaran yang menempel di dinding belakang lemari dan di sebelahnya terdapat sebuah kursi roda yang terlipat rapih, mungkin itu kursi roda milik Kaisa dulu, pikirnya. Sherin mencongkel pintu tersebut sembari berhati-hati. Dia berusaha menarik pintu tersebut hingga berhasil terbuka.

"Kenapa su..sah..ba..nget sih!" Pekik Sherin sembari menarik gagang pintu yang hampir terbuka.

Brakk!!

Tubuh Sherin terjatuh ke lantai setelah berhasil membuka pintu itu. Sherin pikir pintu ini adalah tempat menaruh barang-barang khusus, namun nyatanya hanya sebuah lubang hitam yang berputar seperti angin puting beliung. Dia berdiri dan perlahan mendekati pintu ini. Tangannya terangkat dan hampir menyentuh lubang hitam, namun dia segera menutupnya kembali. Saat Sherin hampir menutupnya, samar-samar dia mendengar suara Kaisa. Sherin kemudian membuka pintu tersebut. Suara yang di dengarnya semakin jelas saat pintu terbuka lebar.

"Kaisa," Panggilnya.

"Hentikan! Eluiga!" Suara yang di dengar oleh Sherin. Dia kemudian mengambil dua pisau lipat dari atas meja. Dia yakin jika Kaisa kini tengah membutuhkan bantuan. Sherin menarik nafas lalu membuangnya. Tangannya terulur mendekati lubang hitam itu hingga tubuhnya tertarik masuk ke dalam. Tubuh Sherin terlempar ke tanah. Dia merasakan ngilu pada tubuh bagian bawah karena terlempar paksa. Atensinya teralih menatap seorang makhluk yang tengah akan menikam makhluk lain.

Dia menatap Kaisa yang tubuhnya terikat di pohon. Ikatannya sama seperti Arsene mengikat tubuh Duca tempo lalu. Sherin diam-diam berlari mencari sesuatu untuk menampung air dan mencari mata air. Sayangnya, mata air terlalu jauh dari tengah hutan. Lalu dia berpikir bagaimana caranya untuk menyelamatkan Kaisa. Ditatapnya sebuah pohon yang berada di samping tubuhnya. Kemudian dia memetik daun besar dan melipatnya hingga berbentuk kubus. Sherin mengeluarkan pisau lipat dari dalam sakunya dan segera menyayat pohon karet yang berada di hadapannya. Setelah getah tersebut keluar, Sherin mengarahkan daun tersebut ke aliran getah hingga getah jatuh ke daun tersebut. Sekiranya cukup, Sherin mencari cara untuk mendekati Kaisa tanpa terluka.

Eluiga berusaha menahan makhluk yang ada di hadapannya yang hendak menikamnya. Telapak tangannya berdarah akibat menahan pisau.

"Sadarlah! Kendalikan emosimu!" Pekik Eluiga. Namun makhluk tersebut hanya menyeringai, kedua matanya berwarna merah terang yang memenuhi keduanya.

Kaisa berusaha melepaskan ikatan yang mengikat tubuhnya. Tali tersebut membuat tubuhnya terasa panas bahkan hampir membuat kulitnya melepuh. Sherin merangkak perlahan menuju pohon yang mengikat Kaisa.

"Ayo Sherin sebentar lagi sampai!" Batinnya.

Sherin sampai di belakang pohon itu, kemudian dia menuangkan getah tersebut di tali yang mengikat tubuh Kaisa. Perlahan tali tersebut menghilang. Kaisa terkejut karena tali yang mengikat tubuhnya menghilang. Makhluk yang hendak menikam Eluiga menatap Kaisa, dia melemparkan pisaunya menuju wajah Kaisa. Sherin yang mengetahui hal ini, dia menarik tubuh Kaisa hingga tersunglur ke tanah.

"Sherin," Gumam Kaisa dengan tatapan tidak percaya jika Sherin berada disini.

"Apa yang kamu lakukan disini? Disini berbahaya!" Bisik Kaisa. Tatapannya penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan yang bercampur menjadi satu.

DOOZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang