☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment
________
Arsene tertawa terbahak-bahak setelah mendengar perkataan tangan kanannya. Dia berkata bahwa para manusia yang diculik oleh Arsene kemarin telah di masukkan ke dalam tahanan kerajaan. Orang-orang yang berada di samping Arsene bergidik ngeri akan tawaannya yang menggelegar di seluruh penjuru ruangan. Arsene mengirim para manusia ke kerajaan bukan tanpa alasan, dia tengah memancing seorang penyihir dan satu prajurit yang menarik paksa Arsene ke dalam alam manusia.
"Jika mereka tidak muncul juga, jadikan para manusia itu sebagai budak kerajaan!" Arsene menyeringai.
"Seberapa lama lagi kalian akan bersembunyi dariku? Ck, haruskah aku bunuh semua manusia itu agar kalian muncul di hadapanku?" Kesal Arsene.
Tiba-tiba sang sopir berjalan mendekat ke arah Arsene sembari membawa sepucuk surat yang di gulung dengan rapih.
"Tuan, ada pesan dari ratu untuk anda!" Sang sopir menyerahkan surat tersebut kepada Arsene.
Arsene menerima surat tersebut, kemudian sang sopir berdiri di sebelah orang-orang Arsene. Setelah gulungan surat tersebut dibuka, tertampang beberapa kalimat yang ditulis sendiri oleh sang ratu. Kedua manik Arsene membelalak setelah selesai membaca surat tersebut. Sang raja membuat keputusan secara mendadak, jika Arsene tak kunjung kembali ke kerajaan selama sebulan maka dia akan dilengserkan sebagai putra mahkota yang akan menggantikan posisi sang raja.
"Damn it!" Umpat Arsene sembari beranjak dari kursi.
Semua orang hanya bisa menunduk dan tidak ada yang berani menatap Arsene. Mereka tahu bahwa Arsene sangat kejam. Jika Arsene sudah marah besar, dia tidak segan-segan untuk membunuh orang yang berada di hadapannya.
"Kalian semua cepat cari penyihir dan prajurit itu, SEKARANG!!" Pekik Arsene yang mulai tidak bisa mengontrol emosinya.
Sontak, semua orang langsung berhamburan keluar untuk menjalankan perintah Arsene. Surat yang dia pegang sedari tadi, kini diremas dan dilemparkan ke sembarang arah. Menjadi raja adalah impiannya sejak kecil, dia telah melakukan semua upaya agar dia bisa menjadi raja. Namun kini, sang raja memberikan peluang tersebut kepada sepupunya. Arsene mengepalkan kedua tangannya. Kemudian dia bergerak menuju rumah Valentin, yang mana Kaisa tengah tinggal di dalamnya.
Setelah sampai di seberang rumah Valentin, Arsene tidak sengaja menatap Kaisa dan seorang pria yang tengah mengendap-endap keluar dari rumah Valentin.
"Lama banget sih jalannya! Ayo! Nanti kalau ketahuan lagi sama kak Valentin, kita nggak bisa keluar lagi!" Bisik Kaisa kepada Duca yang tengah menutup gerbang dengan hati-hati.
"Udah, ayo!" Tutur Duca. Namun saat dia membalikkan badannya menghadap Kaisa, dia melihat Arsene yang tengah berdiri di belakang Kaisa. Kemudian Duca memberi isyarat kepada Kaisa tentang keberadaan Arsene yang berada di belakang Kaisa.
"Kenapa? Bukan kak Valentin, kan?" Bisik Kaisa dengan was-was dan perlahan memutar kepalanya ke belakang untuk melihat siapa yang ada di belakang tubuhnya. Duca hanya terdiam seraya mengepalkan tangannya diam-diam.
Betapa terkejutnya Kaisa setelah tahu siapa sosok yang berada di belakang tubuhnya. Dia masih ingat bagaimana kejamnya Arsene mendorong tubuh Duca hingga tersungkur ke tanah hingga pingsan. Perlahan Kaisa berjalan mundur untuk menjauh dari Arsene. Namun karena Arsene tahu bahwa Kaisa sedikit takut dengannya dan berjalan mundur untuk menjauh dari dirinya, Arsene pun menarik salah satu tangan Kaisa hingga jarak mereka terlalu dekat.
Duca yang melihat hal ini pun sebenarnya ingin menarik Kaisa dari dekapan Arsene, namun Duca tidak sengaja menatap pisau yang diselipkan di belakang tubuh Arsene. Karena Duca tidak ingin Kaisa terluka, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Naluri Duca mengatakan bahwa makhluk yang ada di hadapannya sangatlah kejam. Kemudian Arsene membawa paksa pergi Kaisa ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOOZY
Fantasy⚠️ Warning ⚠️ !! Cerita ini mengandung kekerasan fisik !! _____________________________ Arsene Orc atau biasa dipanggil oleh bangsanya dengan nama Orka. Dia telah tertidur selama delapan abad. Hingga pada abad ke dua puluh satu, seseorang tidak seng...