Chapter 4

89 41 322
                                    

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

______________________________

Kaisa menjalankan kursi rodanya dengan cepat seraya membuka gerbang rumah panti. Nafasnya memburu seraya atensinya menatap lekat gagang pintu utama rumah panti. Kaisa membuka knop pintu dan segera meneriaki ibu panti beserta satu persatu anak panti. Nihil. Kemudian Kaisa memilih menjalankan kursi rodanya menuju kamarnya. Tiba-tiba maniknya menatap sebuah koper hitam, tentu saja koper tersebut milik Kaisa. Ibu panti telah menaruh semua barang Kaisa ke dalam koper tersebut tanpa membawanya pergi. Tak perlu berpikir panjang, Kaisa segera menemui satpam penjaga panti.

"Pak, kemana semua orang? Dan-" Perkataan Kaisa terpotong saat kedatangan Kaysen secara tiba-tiba. Kaisa mendengus kesal dan membuang muka. Kaysen berbincang sejenak dengan satpam tersebut, kemudian Kaysen mendekati Kaisa.

"Kaisa, ikut kakak!" Titah Kaysen. Setelah itu, Kaysen segera membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju mobil. Namun Kaisa tak bergerak sama sekali dan menatap aneh Kaysen.

"Kakak? Apa kamu lupa kita sudah tak memiliki hubungan kakak-adik lagi?" Tutur Kaisa seraya sedikit menekan kalimat nya. Kedua matanya sedikit memerah. Kaysen mendesah kemudian berbalik dan menatap Kaisa.

"Ikut saja jangan banyak tanya, cerewet!" Tegas Kaysen seraya menatap datar Kaisa.

"Never! " Cicit Kaisa seraya membuang muka.

Kaysen menghela nafas kasar. Setelah itu, berjalan cepat dan menarik paksa Kaisa menuju mobilnya. Kaisa sempat meronta-ronta minta dilepaskan, namun Kaysen tak mendengarkan rontaan Kaisa. Kemudian Kaysen melempar Kaisa ke dalam mobilnya dan membantu memasangkan sabuk pengamannya.

"Jika kamu berani untuk kabur, semua anak-anak panti akan saya habisi!" Ancam Kaysen dan berhasil membuat Kaisa menunduk ketakutan.

Kaisa mengepalkan kedua tangannya. Dia masih belum menyangka jika Kaysen akan seberani ini kepada dirinya. Kaysen memasangkan sabuk pengamannya dan segera menjalankan mobilnya. Di sepanjang jalan sepasang kakak-adik ini tak mengeluarkan satu kata pun. Kaisa menatap jendela luar seraya menahan air matanya agar tidak terjatuh bebas di pipi mulusnya.

Mobil Kaysen berjalan masuk ke dalam halaman memanjang yang mana di pinggirannya terdapat pohon bambu yang tumbuh lebat. Tempat ini berada di atas bukit yang minim polusi udara. Kemudian Kaysen menghentikan mobilnya dan segera keluar dari mobil. Setelah itu, Kaysen membantu Kaisa membukakan pintu mobil. Kaisa terperanjat, maniknya menatap ibu panti beserta anak-anaknya tengah menatap dirinya. Tiba-tiba Kaysen menarik paksa Kaisa dan melemparnya ke hadapan anak-anak panti. Dengan sigap Halena, Laurels dan Aubree menangkap tubuh Kaisa.

"Dengar semua! Jika dari kalian berani mendemo keputusan kami, maka satu dari kalian kami habisi sebagai ganti dari aksi demo kalian!" Tegas Kaysen dengan tatapan tajam. Sesekali maniknya menatap Kaisa yang tengah menatap dirinya. Kemudian Kaysen memberikan kunci rumah tersebut kepada ibu panti. Tak lama, Kaysen segera kembali ke dalam mobil dan kembali ke perusahaannya.

Ibu panti memimpin jalan menuju rumah besar tersebut seraya membawa koper miliknya dan milik Kaisa. Dibukanya pintu besar tersebut dan terpampang lah beberapa furniture antik yang menghiasi ruang tamu yang langsung terhubung dengan ruang tengah. Setelah itu, ibu panti membagi kamar satu persatu untuk anak-anak panti. Saat pembagian kamar, tiba-tiba semua anak-anak panti tercengang mendengar perkataan ibu panti tentang pembagian kamar untuk Kaisa. Memang sedikit tidak adil. Kaisa diberi kamar untuk dirinya sendiri.

"Kalau kaisa dapat satu kamar, seharusnya kita juga dapat dong, bu!" Tegas Lydia. Dia memang tidak suka dengan Kaisa sejak awal ditambah dengan perkataan ibu panti barusan membuat Lydia semakin membencinya.

DOOZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang