Chapter 22

5 2 0
                                    

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

________

Kaisa dan Valentin sampai di tanah air. Mereka berdua segera keluar dari bandara dan kembali ke rumah Kaysen. Hari kedua dari satu minggu, mereka masih memiliki lima hari untuk mendapat penawar racun. Kaisa segera masuk ke dalam rumha dan menghampiri Kaysen, dia meminta Kaysen untuk menyimpan bulu domba ini di suatu tempat yang tidak terjamah siapa pun. Tepat pukul setengah satu siang, Duca sampai di rumah Kaysen. Duca muncul dari ambang pintu dengan tubuh yang bersimbah darah. Sherin segera menopang tubuh Duca yang hampir terjatuh ke lantai.

"K-kaisa, gawat! Cepat pergilah ke hutan belakang rumah panti! Disana ada perbatasan yang dapat menembus ke kawasan peri bulan." Pekik Duca seraya menahan rasa perih sekaligus sakit pada sekujur tubuhnya.

"Sebenarnya ada apa, Duca?!" Tutur Kaisa khawatir.

"Arsene tahu rencana kita, dia akan mengunci perbatasan agar tidak ada seorang pun yang dapat masuk. Cepatlah! Arsene tengah menuju ke hutan belakang rumah panti!" Pekik Duca.

Kaisa segera melenggang keluar kamar, namun tiba-tiba Kaysen menahan Kaisa untuk menyerahkan gulungan kertas yang telah diberikan Duca semalam. Valentin mengantar Kaisa ke hutan itu, dia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi agar dia lebih sampai lebih dahulu sebelum Arsene. Sesampainya di halaman rumah panti, Kaisa segera berlari masuk ke dalam hutan.

"Hati-hati Kaisa!" Teriak Valentin. Kaisa berbalik badan dan memberikan tanda 'ok' kepada Valentin.

Kaisa berlari sekuat tenaga agar segera sampai ke tengah hutan dan masuk ke dalam perbatasan. Gaun pendek yang dia gunakan sedikit mengganggu larinya karena sesekali tersangkut ranting pohon yang berada di tanah. Valentin masuk ke dalam mobil dan kembali ke rumahnya. Setelah keluar dari gerbang pintu rumah panti, Valentin berpapasan dengan mobil Arsene.

Arsene sampai di halaman rumah panti dan segera berlari masuk ke dalam hutan. Kaisa hampir sampai ke tengah hutan, tiba-tiba dia berhenti sejenak. Kaisa mengatur nafasnya lalu kembali berlari. Tanpa sengaja, kaki Kaisa terbentur sebuah batu dan melukai kakinya. Tiba-tiba tiga orang wanita membantu Kaisa.

"Siapa kalian?" Tanya Kaisa dengan tatapan terkejut melihat tiga sosok wanita tengah berdiri di hadapannya. Kaisa mundur selangkah.

"Jangan takut, kami hanya membantumu!" Tutur sang ratu dengan seulas senyum di wajahnya.

Kaisa tanpa sengaja menghadap belakang, tatapannya tidak sengaja bertatapan dengan Arsene dari kejauhan. Sontak, Kaisa mengucapkan terimakasih kepada tiga wanita ini karena telah menolongnya, kemudian Kaisa kembali berlari. Arsene semakin mempercepat larinya untuk mengejar Kaisa. Tiga wanita tersebut kebingungan apa yang sedang terjadi dengan seorang perempuan yang baru saja mereka tolong. Kaisa sampai di depan perbatasan, dia mengatur nafasnya sejenak sembari menggenggam erat gulungan kertas yang berisi sebuah peta.

"Arsene," Tutur sang ratu setelah menatap anaknya yang tengah berlari di hadapannya. Arsene pun menghentikan langkahnya dan menatap sang ibunda. Betapa terkejutnya Arsene menatap sosok yang sudah lama tidak dia lihat.

Kaisa perlahan memasukkan kakinya ke dalam perbatasan. Merasa tidak ada yang aneh, Kaisa memasukkan seluruh tubuhnya ke dalam perbatasan. Atensi Kaisa disuguhkan oleh pemandangan yang begitu indah, lalu dia mencoba untuk menjelajahi hutan yang tidak pernah dia sentuh. Lautan bunga dandelion serta bunga poppy liar menghiasi hutan ini, tidak lupa dengan beberapa pohon yang menjulang tinggi serta kicauan burung yang memekakkan telinga.

Kaisa berjongkok di rerumputan untuk membuka gulungan kertas yang dibawanya. Ada beberapa jalan menuju tempat peri bulan, kemudian dia berjalan mengikuti arah yang ditunjukkan sesuai peta.

DOOZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang