Chapter 18

7 2 0
                                    

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

________

Ibu panti membuka kedua matanya. Atensinya menatap dinding rumah yang usang nan kotor. Kedua tangannya telah diikat menggunakan rantai besi. Suhu kamar yang panas membuat rantai yang berada di pergelangan tangannya menjadi sedikit hangat. Dia diikat berdiri di sebuah tiang yang menyatu dengan lantai. Ibu panti berusaha melepaskan rantai tersebut dengan sekuat tenaganya. Tiba-tiba seseorang berpakaian hitam serta menggunakan topi hitam masuk ke dalam ruangan ini. Dia membawa sebuah cambuk di tangannya.

"Sudah sadar? Kenapa tidak mati sekalian?!" Tuturnya seraya berjalan menghampiri ibu panti.

"SIAPA KAMU?!" Pekik ibu panti seraya berusaha melepaskan rantai yang mengikat pergelangan tangannya.

"Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Aku disini hanya melakukan tugas untuk membuatmu tersiksa, nona Linn." Tutur orang tersebut sembari merentangkan cambuk yang begitu panjang.

Orang tersebut membuka topi yang menutupi kedua matanya.

"Long time no see, Mrs. Linn." Tuturnya seringai.

"Grusha," Gumam ibu panti.

Kedua tangannya bergetar hebat. Grusha adalah tangan kanan Arsene yang membantu pimpinan penyihir menyingkirkan ibu panti dari negerinya. Dia adalah orang yang paling kejam setelah Arsene. Grusha juga merupakan seorang penyihir yang ditugaskan khusus untuk menjaga Arsene.

"Sudah berapa bulan kita tidak bertemu? Oh, atau berapa tahun? Sebenarnya apa dendammu terhadap pangeran?!" Tutur Grusha setelah melayangkan cambuknya tepat di dada ibu panti.

Ibu panti hanya pasrah sembari menahan rasa sakitnya.

"Rupanya kamu bersembunyi di alam manusia, atau jangan-jangan kamu yang menyeret pangeran ke alam manusia?! Benar, kan?" Tanya Grusha seringai.

"Bukan, bukan aku! Aku hanya bersembunyi disini untuk menghindar hukuman dari raja. Aku juga masih mau hidup, Grusha!" Pekik ibu panti menatap tajam Grusha.

Grusha mencambuk kembali ibu panti, tepat di bagian tulang keringnya. Ibu panti menjerit kesakitan, namun Grusha tak memperdulikannya.

"Jika hanya untuk bersembunyi, lantas mengapa kamu menyusup ke rumah ini? Oh, aku paham sekarang. Kamu ingin menjadi pahlawan untuk anak manusia itu? Namun wajahmu tercetak jelas bahwa kamu yang menyeret pangeran ke alam manusia!" Tutur Grusha. Setelah itu dia mencambuknya kembali tanpa rasa belas kasihan.

"Lepaskan anak itu! Dia tidak bersalah sama sekali!" Pekik ibu panti.

"Tidak bersalah? Dia bahkan mengutuk pangeran agar pangeran mati mengenaskan!" Pekik Grusha.

"Jika pangeran mati, kamu akan terbebas dari pekerjaan yang mebahayakan naywamu, bukan? Pikirkanlah! Selama ini kamu hanya hidup untuk pangeran, kamu menyakiti dirimu sendiri untuk melindungi pangeran. Kamu tidak bisa menjaga tubuh yang kamu pakai, bahkan kamu malah menyakitinya." Tutur ibu panti menyeringai.

"Tubuhku adalah tubuhku. Aku melakukan apapun terhadap tubuhku sendiri, kamu tidak ada hak untuk mengatur tubuhku!" Tutur Grusha setelah mencambuk ibu panti.

Arsene tiba-tiba masuk sembari bertepuk tangan dengan sudut bibirnya yang menyeringai. Grusha memberi salam hormat kepada Arsene.

"Kamu ingin dia berkhianat dariku?" Tanya Arsene dengan tatapan menusuk kepada ibu panti. Kemudian dia mencambuk ibu panti berkali-kali hingga tubuh ibu panti bersimbah darah.

Tubuh Halena di dorong paksa ke depan oleh prajurit kerajaan Orc dengan kedua tangannya diikat di belakang. Dia bersama warga bangsa Orc tengah berjalan menuju suatu tempat untuk berlindung dari serangan virus yang mematikan itu. Mereka berjalan beriringan dengan di pimpin oleh beberapa penyihir tingkat bawah. Pemimpin menara penyihir tengah berada di istana kerajaan untuk melindungi anggota kerajaan.

DOOZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang