Chapter 7

67 37 359
                                    

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

______________________________

"Ngomong-ngomong bagaimana kamu bisa berada di belakang rumah ini?" Pria itu menatap ibu panti.

"Seseorang memanggil ku dengan cara yang lembut. Terimakasih telah menjagaku, suatu saat akan kubalas budi baikmu." Pria ini kemudian melenggang menuju pintu.

"Tunggu..."

Pria itu menoleh dan ibu panti beranjak dari kursi.

"Bagaimana jika kamu keluar nanti, anak-anak pasti sudah berada di bawah dan saya tidak mau ada salah paham denganmu." Pria itu mengangguk mengerti.

"Kamu bisa tidur disini, saya akan tidur di kamar tamu." Pria itu mengangguk lagi.

Kemudian ibu panti keluar dari kamar untuk mengecek anak-anak apakah sudah siap untuk sarapan. Semua anak terdiam saat ibu panti tengah berjalan ke arahnya. Lalu beberapa pramusaji mulai berdatangan mengantarkan makanan dan meletakkannya ke atas meja. Setelah menu makan malam lengkap, ibu panti memberi kode kepada anak-anaknya untuk segera memakan makanan tersebut.

"Ngomong-ngomong dimana Kaisa dan Lydia?" Bisik Aubree kepada Halena.

"Bicarakan itu nanti, jika ketahuan berbicara saat makan ibu panti akan memarahi kita. Apa kamu lupa? Sherin pernah dihukum puasa satu hari karena berbicara saat makan." Halena langsung mengalihkan pandangannya dari Aubree ketika ibu panti menoleh ke arahnya.

Ibu panti menuju dapur untuk mengambil sarapan yang sebenarnya untuk pria itu namun saat ditanyai oleh salah satu pramusaji, ibu panti mengatakan bahwa makanan itu untuk dirinya sendiri. Celyse tak sengaja menatap ibu panti yang tengah menaiki tangga seraya membawa nampan berisi makanan dan segelas susu. Kemudian Celyse melanjutkan sarapannya.

Kaisa membuka matanya perlahan. Kemudian menatap sesosok pria memakai berjubah putih tengah menulis sesuatu seraya berdiri di sampingnya. Siapa lagi jika bukan Valentin. Pria yang merelakan terjaga semalaman untuk menemani Kaisa. Kemudian dirinya berusaha untuk duduk dan Valentin tiba-tiba membantunya.

"Kamu... baik-baik saja?" Tanya Valentin seraya membantu menaikkan ranjang pasien agar Kaisa nyaman saat duduk seraya bersender.

"Aku baik-baik saja, jadi-bisakah dokter mengantarkan ku pulang?" Kaisa menganggap jika ibu panti tidak ingin menjemputnya pulang dan Valentin harapan satu-satunya untuk mengantarkannya pulang.

"Maaf, mungkin anda sibuk. Jadi anggap saja aku tak pernah mengatakan hal itu." Kaisa yang melihat Valentin terdiam seraya mengalihkan pandangannya menghela mengerti. Sebagai seorang dokter pasti sangat sibuk dan mana mungkin bisa untuk mengantarkan dirinya. Kemudian Valentin pergi dari ruangan ini tanpa mengatakan sepatah kata pun. Kaisa mendesah kesal.

"Heh, apa-apaan ini! Jika tidak mau setidaknya bilang bukannya dicampakkan seperti ini!" Kemudian Kaisa menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya.

"Siapa yang berani mencampakkan mu?" Valentin berjalan mendekati Kaisa. Lalu sang pemilik nama menurunkan selimutnya dan menatap Valentin.

"Bagaimana pakaian saya?" Valentin sedikit merentangkan kedua tangannya.

"Bagaimana pakaian saya?" Valentin sedikit merentangkan kedua tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DOOZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang